Liputan6.com, Jakarta - Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mengalami sejumlah perubahan setelah proyek revitalisasi berjalan beberapa lama. Salah satunya adalah Danau Archipelago yang menampilkan pulau-pulau kecil yang merepresentasikan pulau-pulau di Nusantara.
Terletak di tengah area TMII, pengunjung bisa menikmati pemandangan anyar di kolam seluas dua hektare itu dengan naik kereta gantung. Pengunjung juga bisa memperhatikan perubahan di danau lebih dekat dengan menaiki perahu bebek.
Advertisement
Direktur Utama PT Bhumi Visatanda Indonesia Claudia Inkiriwang mengungkapkan proses transformasi itu belum akan berhenti. Pengelola TMII itu berencana untuk membangun air mancur menari lengkap dengan jalan cerita yang mendukung atraksi wisata itu. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman yang seru dan mengesankan bagi pengunjung.
"Danau Archipelago ini adalah pusat perhatian di TMII sebagai miniatur kepulauan Indonesia dengan keragaman budayanya," kata Claudia di sela Media Tour #TamanJelajahIndonesia di Jakarta, Kamis, 6 Juli 2023.
Danau Archipelago, sambung Claudia, berperan sebagai penghubung berbagai anjungan daerah yang ada di sekitarnya. Setiap bulan, TMII menghadirkan tema berbeda-beda dalam konsep Pulau-Pulau di Indonesia. Hal itu sebagai usaha untuk menghadirkan pengalaman autentik bagi pengunjung.
"Untuk bulan ini sampai bulan depan, tema yang diusung adalah Pulau Sumatra. Kemudian, bulan depannya akan berganti menjadi tema Pulau Sulawesi," kata Claudia. Maka, sepanjang Juli 2023, pengelola akan mengangkat kekayaan budaya di Pulau Sumatera, mulai dari lagu hingga kuliner.
Wahana Pengenalan Budaya di TMII
TMII juga memiliki Plaza Kori, sebuah tempat yang dirancang khusus untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya. Tujuannya agar pengunjung tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktif terlibat dalam kegiatan seni.
Claudia menekankan, "Kami ingin pengunjung yang datang dapat berinteraksi dengan kami sebagai penyelenggara wisata. Di sini kita belajar bersama, mendalami budaya-budaya di Indonesia."
Selain itu, Claudia juga menekankan bahwa pengelola TMII ingin menegaskan kata 'taman' yang terdapat dalam nama TMII. Dalam upaya menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung, TMII berkomitmen menjadi taman yang ramah terhadap pejalan kaki, penyandang disabilitas, dan anak-anak. Karena itu, proses revitalisasi TMII difokuskan pada empat pilar wisata, yaitu hijau, cerdas, budaya, dan inklusif.
TMII juga sedang memperketat aturan penggunaan motor listrik. Hal ini dipicu sejumlah kasus sejumlah pengendara mengendarai motor listrik dengan kecepatan tinggi, yang membahayakan pengunjung dan orang lain di TMII. Claudia mengungkapkan akan melarang penggunaan motor listrik yang berkecepatan di atas 40 km/jam.
TMII sebenarnya menyediakan angkutan keliling bertenaga listrik yang dinamai Angling. Fasilitas ini gratis digunakan pengunjung untuk berpindah-pindah tempat di dalam area TMII.
Advertisement
Angkutan Keliling Gratis di TMII
Revitalisasi bangunan-bangunan di TMII tidak hanya melibatkan pembaruan, tetapi juga pemugaran dan pengalihan fungsi. Salah satu perubahan signifikan adalah Taman Burung TMII. Wahana tersebut mendapatkan fasilitas baru berupa platform yang memungkinkan pengunjung bisa melihat burung-burung sejajar mata (eye-level).
Claudia menjelaskan, "Jadi, kami tidak akan menempatkan burung-burung dalam kandang yang kecil, karena itu 'kan kasihan. Kami membiarkan burung-burung terbang bebas di dalam ruangan, sementara kita sebagai manusianya dapat melihat mereka melalui platform dan fasilitas lainnya."
Gedung Pengelola TMII juga rencananya akan bertransformasi menjadi museum seni kontemporer yang menawan. Perubahan ini akan memberikan pengunjung pengalaman yang lebih mendalam dalam mengeksplorasi seni kontemporer yang kaya dan bervariasi. Pada 18 Juli 2023, pihaknya berencana membuka seluruh wahana yang telah direvitalisasi untuk umum.
Lihat Komodo Asli di TMII
Salah satu tambahan menarik di TMII adalah Taman Komodo dengan pengunjung bisa melihat komodo-komodo asli. Hal ini disebut sebuah pencapaian luar biasa mengingat komodo memiliki habitat yang rumit dan sulit untuk beradaptasi di tempat lain.
Claudia menyampaikan, "Tim kami berhasil membreeding komodo. Habitat di TMII dirancang sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, bagi anak-anak Jakarta yang belum pernah melihat komodo, mari berkunjung ke Taman Komodo di sini."
TMII yang berdiri di atas area seluas 150 hektare hadir sebagai etalase kebudayaan dari 34 provinsi di Indonesia. Tempat ini menampilkan anjungan daerah, bangunan dan arsitektur tradisional, kesenian daerah, taman rekreasi, serta berbagai macam wahana yang menawarkan sarana seni, rekreasi, dan edukasi bagi pengunjung.
Pembangunannya merupakan gagasan Tien Soeharto yang tercetus 13 Maret 1970 dalam pertemuan di Jalan Cendana No. 8, Jakarta Pusat. Idenya muncul setelah mendengarkan pidato Presiden Soeharto akan keseimbangan pembangunan umum DPR GR Tahun 1971 dan pengalamannya menyertai Presiden mengunjungi negara-negara sahabat.
TMII diresmikan pada 1975 dengan harapan agar budaya dan kekayaan Indonesia dapat terus dilestarikan dengan baik dan juga agar keunggulan unik masing-masing daerah Nusantara dapat selalu terjaga untuk generasi mendatang.
Advertisement