Kecam Operasi Militer Israel di Tepi Barat, PBB: Patuhi Hukum Internasional

Pernyataan Sekjen PBB Antonio Guterres tersebut muncul pada Kamis (6/7/2023), setelah Israel mengakhiri operasi militernya di Jenin, Tepi Barat, yang dimulai pada Senin (3/7).

oleh Khairisa Ferida diperbarui 07 Jul 2023, 10:02 WIB
Dalam operasi militer Israel diwarnai serangan drone dan pengerahan ratusan tentara Israel di Jenin. (AFP/Ahmad Gharabli)

Liputan6.com, New York - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengecam keras seluruh tindakan kekerasan terhadap warga sipil di Tepi Barat. Pernyataannya tersebut muncul pada Kamis (6/7/2023), setelah Israel mengakhiri operasi militernya di Jenin, yang dimulai pada Senin (3/7).

"Serangan udara dan operasi darat Israel di kamp pengungsi (Palestina) yang padat adalah kekerasan terburuk di Tepi Barat dalam beberapa tahun terakhir," ujar Guterres seperti dilansir dari situs resmi PBB, Jumat (7/7).

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, 12 orang tewas termasuk di antaranya tiga anak, selama apa yang diklaim Israel sebagai operasi kontraterorisme itu. Sedikitnya 120 orang terluka, termasuk 20 orang yang masih dalam kondisi kritis.

Sementara itu, setidaknya 3.000 orang dilaporkan terpaksa mengungsi.

Guterre mencatat bahwa operasi militer Israel di Jenin telah merusak sekolah, rumah sakit, dan jaringan air serta listrik. Selain itu, dia juga mengingatkan Israel agar menahan diri.

"Semua yang terluka harus memiliki akses ke perawatan medis dan pekerja kemanusiaan harus dapat menjangkau semua orang yang membutuhkan," tegas Guterres. "Saya sekali lagi meminta Israel untuk mematuhi kewajibannya di bawah hukum internasional, termasuk kewajiban untuk menahan diri dan hanya menggunakan kekuatan yang proporsional dan kewajiban untuk meminimalkan kerusakan dan cedera serta menghormati dan melestarikan kehidupan manusia."

Guterres menggambarkan penggunaan serangan udara sebagai wujud tidak konsistennya Israel dengan pelaksanaan operasi penegakan hukum.

"Israel sebagai kekuatan pendudukan bertanggung jawab untuk memastikan semua warga sipil dilindungi dari semua tindakan kekerasan," ungkap Guterres.


PBB: Lebih Banyak Kekerasan Bukan Jawaban

Penarikan pasukan dari kamp mengakhiri operasi dua hari yang intens yang menewaskan sedikitnya 13 warga Palestina, termasuk seorang tentara Israel. (AP Photo/Majdi Mohammed)

Dalam pernyataan yang sama, Guterres mengatakan bahwa dia memahami kekhawatiran sah Israel atas keamanannya.

"Namun, eskalasi bukanlah jawabannya; itu hanya mendukung radikalisasi dan mengarah pada siklus kekerasan dan pertumpahan darah yang semakin dalam," tutur sekjen PBB itu.

Guterres menekankan adalah kepentingan jangka panjang Israel untuk mematuhi solusi dua negara (two state solution), hidup berdampingan dengan negara Palestina merdeka.

"Memulihkan harapan rakyat Palestina dalam proses politik yang bermakna, yang mengarah pada solusi dua negara dan akhir pendudukan, merupakan kontribusi penting Israel untuk keamanannya sendiri," imbuhnya.​


Serangan Balasan Hamas

Juru bicara militer Israel menuturkan kepada AFP bahwa tentara-tentara Israel mulai ditarik mundur dari Jenin pada Selasa (4/7) tengah malam waktu setempat. (AFP/Ronaldo Schemidt)

Tentara Israel mengklaim telah menimbulkan kerusakan parah pada kelompok militan dalam operasi militernya di Jenin, yang berakhir pada Rabu (5/7).

Menjelang penarikan pasukan Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji akan kembali menggelar operasi serupa jika diperlukan.

Jenin telah menjadi titik konflik sejak kekerasan meningkat pada Musim Semi 2022.

Pada Kamis, sehari setelah pasukan Israel mundur dari Jenin, seorang militan Hamas melepaskan tembakan di dekat pemukiman Israel di Kedumim, Tepi Barat, menewaskan seorang tentara Israel. Penyerang Palestina itu kemudian ditembak mati pasukan Israel. Demikian seperti dilansir The Guardian.

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, pemimpin pemukim Yahudi yang berapi-api, tinggal di area penembakan. Dia juga telah diberi mandat untuk mengawasi perencanaan permukiman di Tepi Barat.

Kelompok militan Hamas mengaku bertanggung jawab atas penembakan itu. Mereka mengatakan itu adalah "tanggapan alami" terhadap operasi militer ke Jenin. Penyerang berusia 19 tahun, Ahmed-Yassin Ghaidan, menurut mereka memang telah menargetkan pemukiman Smotrich.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya