Jalan Panjang Transisi Energi Indonesia, Butuh Waktu 30 Tahun

Pemerintah Indonesia tengah menjalankan misi untuk transisis energi, dari yang selama ini banyak menggunakan sumber energi fosil, akan beralih ke sumber energi ramah lingkungan.

oleh Ilyas Istianur Praditya Diperbarui 07 Jul 2023, 11:31 WIB
Pemerintah Indonesia tengah menjalankan misi untuk transisis energi, dari yang selama ini banyak menggunakan sumber energi fosil, akan beralih ke sumber energi ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia tengah menjalankan misi untuk transisis energi, dari yang selama ini banyak menggunakan sumber energi fosil, akan beralih ke sumber energi ramah lingkungan.

Menteri ESDM periode tahun 2000-2009 Purnonomo Yusgiantoro menilai, proses transisi energi membutuhkan waktu dan keterlibatan semua stakeholder. Untuk menuju optimalisasi pemanfaatan energi baru terbarukan secara optimal, pada fase transisi energi, peran gas bumi menjadi sangat strategis.

Apalagi Indonesia memiliki cadangan yang masih sangat besar di sejumlah wilayah kerja migas, baik yang sudah maupun belum di eksplorasi dan berproduksi.

“Kita masih punya cadangan di Masela, IDD (Indonesia Deep Water), Natuna dan juga yang sudah berproduksi seperti Tangguh yang sudah masuk train III. Gas bumi akan menjadi bagian penting pada fase transisi energi menuju energi baru terbarukan. Transisi energi juga tidak bisa cepat karena kita adalah negara berkembang,” kata Purnomo dalam diskusi energi ditulis, Jumat (7/7/2023).

Arcandra Tahar juga memiliki pandangan yang sama. Dalam bukunya ia mengatakan bahwa dalam kurun waktu 30 tahun ke depan merupakan masa transisi energi yang sangat penting untuk dipersiapkan.

“Gas bumi sebagai energi bersih yang ramah lingkungan dan cadangannya di dalam negeri masih cukup besar akan menjadi komoditas penting pada fase transisi tersebut. Harganya juga cukup kompetitif dibandingkan dengan energi fosil lainnya,” jelas Arcandra.

 


Eksplorasi dan Eksploitasi

PT PLN (Persero) siap memimpin peta jalan transisi energi terintegrasi sebagai langkah menuju target net zero emission 2060.

Sementara itu Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam sambutannya pada acara itu juga menekankan pentingnya pemanfaatan energi di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Pemerintah, kata dia, saat ini terus menggalakkan eksplorasi dan eksploitasi wilayah kerja migas untuk meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi.

“Kita masih punya potensi besar kalau dilihat dari 2,4 billion barel yang masih bisa kita bor, masih ada 45 TCF dan di luar itu ada banyak daerah yang sekarang secara intens melakukan eksplorasi," ujar Arifin

 

 


Mayoritas Sumber Energi PLN

PLN mendorong skema kontrak jangka panjang dengan penambang. Hal terjadi dijadikan strategi jitu untuk mengamankan pasokan batu bara bagi pembangkit milik perseroan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasojo menjelaskan bahwa saat ini 60% sumber energi listrik PLN berasal dari PLTU yang menggunakan batubara. Namun, PLN juga terus meningkatkan penggunaan sumber energi baru terbarukan yang harganya per KWh juga semakin menurun.

“Dulu dalam beberapa kali lelang harga listrik dari angin yang sebelumnya mencapai USD 12,5 cent per KWh, saat ini sudah sekitar USD 5,5 cent per KWh. Begitu juga dengan sumber energi dari sinar matahari (solar) dalam lelang terakhir sudah di harga USD 4,5 cent per KWh,” jelas Darmawan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya