Liputan6.com, Jakarta - Kisah inspiratif lainnya datang dari mantan pegawai salah satu perusahaan provider ternama Indonesia Alpin Arapli. Dia memutuskan untuk membuka bisnis furnitur di kampungnya hingga berhasil meraup pendapatan puluhan juta.
Lantas, bagaimana kisahnya?
“Sebelumnya saya bekerja di salah satu perusahaan provider ternama di Indonesia. Seiring waktu berjalan saya banyak ketemu dengan orang-orang hebat yang bergerak di usaha, wirausaha, terutama yang mengajarkan bagaimana cara seseorang berkembang dan maju akhirnya menjadi motivasi untuk diri saya,” cerita dia kepada tim Berani Berubah.
Advertisement
Berawal sejak pandemi ketika tidak sedikit orang memiliki keterbatasan ruang gerak, Alpin justru memberanikan diri untuk membuka usaha furnitur. Dia bercerita bahwa kala itu tanaman hias begitu booming khususnya janda bolong. “Pada akhirnya saya membuat rak-rak tanaman hias yang Alhamdulillah saya pasarkan di marketplace dan Alhamdulillah laku keras,” tutur dia.
Sementara untuk bahannya, Alpin mendapatkannya dari limbah-limbah kayu. Dia menuturkan, “Dari pabrik-pabrik yang ada di daerah Bogor, itu yang saya manfaatkan. Mulai dari kayu-kayu bekas palet, peti kemas, dan sebagainya. Itu kita pilah sesuai kriteria. Pada akhirnya kita proses pemotongan, mulai dari proses pembelahan di situ ada proses ampelas. Di mana proses ampelas itu sangat detail karena untuk menguji kualitas kayu tersebut layak atau tidak untuk dipasarkan. Pada akhirnya si kayu yang sudah selesai kita rakit sesuai kriteria produk yang akan dibuat. Pada akhirnya si kayu itu kita bawa ke finishing, itu pengecatan dan packing.”
Di samping itu, Alpin juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kesulitan dalam membuat furnitur ini. Salah satunya faktor kelembapan yang bisa memengaruhi produksi. “Karena Bogor ini kota hujan ya karena lebih ke faktor cuaca karena ketika si kayu lembab dia akan sulit diproduksi,” katanya.
Meski demikian, dia tetap mampu bertahan bahkan membuka peluang kerja untuk masyarakat sekitar. “Alhamdulillah untuk saat ini saya mempekerjakan terutama warga saya, masyarakat sekitar, dan tetangga khususnya yang terdekat bagaimana menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar,” tambah dia.
Seperti ungkap salah satu pekerjanya yang merasa bersyukur karena bisa bergabung dengan usaha furnitur milik Alpin.
“Dulu saya kerja di Jakarta sebagai pedagang keliling, terus saya hijrah ke kampung karena situasi Covid-19, memang sudah niat ingin di kampung. Alhamdulillah ketemu tetangga punya usaha di sini saya ikut gabung. Beryukur sekali sampai sekarang sudah tiga tahun. Alhamdulillah ekonomi mencukupi untuk keluarga, terpenuhi,” cerita Sukatani.
Omzet Puluhan Juta
Sementara untuk harga, kata Alpin, itu variatif. Mulai Rp 15 ribu, itu biasanya rak set box untuk tv digital. “Untuk kisarannya Rp 15-170 ribu dan Alhamdulillah saya sehari bisa mengirim 30-40 produk,” ungkap dia.
“Saya tahu produk ini sering lihat di media sosial bahwa di Kampung Parungsari itu ada produk-produk yang jual rak-rak kayu. Buat harga sangat terjangkau, kualitas bagus, warna juga bagus,” ujar salah satu pembeli Ajis Zidan.
Sementara itu, Alpin mengungkapkan pula bahwa dia berhasil meraup pendapatan hingga Rp 30 juta sebulan. “Alhamdulillah kalau untuk omzet itu relatif. Ketika mungkin penjualan kita lagi menurun mungkin di angka Rp 30 juta per bulan. Akan tetapi ketika Alhamdulillah mungkin meningkat, di kisaran Rp 45 juta per bulan,” terang dia.
“Pemuda harus berani berinovasi dan berkarya dan mengabdikan dirinya untuk daerahnya sebagaimana terbangunnya entrepreneurship, menciptakan lapangan kerja baru di daerahnya, untuk membangun daerahnya, meningkatkan ekonomi. Pemuda berani berubah!” pungkasnya.
Advertisement