Liputan6.com, Jakarta Proyek genom yang sedang dilakukan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2022 terus berjalan. Ditargetkan pada dua tahun berjalan, Indonesia dapat mengumpulkan 10.0000 genom sekuensing.
Iqbal Mochtar dari Departemen Dokter Luar Negeri Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyoroti proyek genom BGSi Kemenkes tersebut. Menurutnya, Indonesia masih minim sumber daya manusia, seperti ahli biomolekuler dan tenaga ahli genetik.
Advertisement
"Kita, Indonesia ini masih minim tenaga ahli. Tenaga ahli biomolekuler, tenaga ahli biotech, tenaga ahli genetik yang tentu saja diperlukan kerja sama ini," terang Iqbal saat media briefing tentang Dampak RUU Kesehatan bagi Masyarakat dan Siapa yang Dirugikan dalam RUU Kesehatan pada Kamis, 6 Juli 2023.
"Dan kalau kita ingin memiliki tenaga nasional yang mumpuni yang di bidang ini, tentu itu harus menyekolahkan banyak anak bangsa."
'Ingin Mendapatkan Sesuatu di Balik Proyek Genom'
Untuk proyek genom BGSi, lanjut Iqbal, Kemenkes melakukan kolaborasi dan meminta donasi dari beberapa institusi. Misalnya, lewat fund, bank, dan East Venture.
"Dan mereka lakukan kerja sama dengan Beijing. Di sini, tentu saja semua kolaboratif donatur bukan pekerjaan yang sifatnya freelance ya, tentu mereka 'ingin mendapatkan sesuatu di balik itu' ya paling tidak itu minimal bunga nomnial," katanya.
"Apalagi pendanaan genom ini buat dua tahun dari info yang beredar dengan target bahwa kita akan mencapai 10.000 genom."
Proyek Genom Sangat Kompleks dan Mahal
Iqbal Mochtar pun mewanti-wanti Indonesia dalam melakukan pengumpulan data genom. Sebab, proyek ini memakan biaya sangat mahal dan kompleks.
Di negara lain, pendanaan proyek genom ini tak main-main, bahkan mencapai jutaan sampai miliaran dolar AS.
"Kita perlu sangat berhati-hati dalam proyek genom. Yang pertama adalah proyek ini sangat kompleks dan mahal. Karena itu intensifikasi proyek ini buat negara berkembang itu perlu, di Cina telah dilakukan ya sekitar USD2 miliar," beber Iqbal.
"Kalau data National Human Genetic Resource bahwa untuk memulai program genom di suatu negara, dana di awal sekitar USD25 sampai USD50 juta. Dan ini belum termasuk proses maintenance, pengecekan, dan software dasarnya."
Advertisement
Kebanyakan Negara Berkembang Tak Mampu Biayai
Menilik pembiayaan proyek genom di negara lain yang sampai miliaran dolar AS, Iqbal Mochtar berpendapat itu membutuhkan pembiayaan besar bagi Indonesia.
Di negara berkembang lainnya pun, proyek genom juga tidak mampu dibiayai.
"Jadi ini merupakan pembiayaan yang sangat besar. Karena ini merupakan sebuah proyek yang mahal dan besar, kebanyakan negara berkembang tidak mampu membiayai," pungkas Iqbal.
Pemanfaatan Genom Sekuensing
Dalam pertemuan 'Koordinasi Nasional Laboratory Genomic Sequencing Network dan The Biomedical Genome Science Initiative (BGSi)' pada 2 Mei 2023 di Bali, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu memberikan sambutan.
Ia menegaskan bahwa sebagaimana arahan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, pemanfaatan Whole Genome Sequencing (WGS) selain untuk penyelenggaraan surveilans genom virus SARS-CoV-2, ke depannya juga dapat digunakan untuk beberapa hal.
Pertama, surveillans penyakit menular berbasis genom seperti pada tuberkulosis (TB), HIV/AIDS, arbovirosis dan penyakit menular lainnya. Kedua, inisiatif pengembangan bioteknologi.
Ketiga, mendukung penelitian kesehatan yang dapat memberikan manfaat dalam peningkatan layanan kesehatan masyarakat.
Saat ini, Pemerintah sedang menyusun Peta Jalan Implementasi Teknologi Sekuencing untuk Pemeriksaan TB di Indonesia. Dokumen ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk pengambilan kebijakan pemanfaatan teknologi sequencing dalam program nasional penanggulangan TB.
Advertisement