Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan Blockchain, PeckShield mengumumkan salah satu penerbit stablecoin USDC yang populer, Circle, telah memasukkan tiga alamat dompet ke dalam daftar hitam dan membekukan sekitar aset USDC senilai USD 63 juta terkait dengan serangan Multichain.
Circle bertindak cepat dalam menanggapi pelanggaran keamanan baru-baru ini pada protokol Multichain. Langkah tegas ini menunjukkan komitmen Circle untuk melindungi integritas dan keamanan stablecoinnya.
Advertisement
Menanggapi insiden tersebut, Multichain melalui laman Twitter resminya, memberi tahu pengguna tentang penangguhan sementara layanannya. Pemberitahuan ini dimaksudkan untuk memberikan transparansi kepada pengguna dan menyarankan mereka untuk hanya berinteraksi dengan platform setelah situasinya teratasi.
"Layanan Multichain sekarang turun, dan semua transaksi jembatan akan tetap tertahan di rantai sumber. Tidak ada waktu dimulainya kembali yang dikonfirmasi. Tolong jangan gunakan layanan penghubung Multichain saat ini,” mengutip pernyataan Multichain dari laman Crypto News, Sabtu (8/7/2023).
Pihak yang terkena dampak, termasuk Circle dan Multichain, kemungkinan besar akan bekerja keras untuk menyelidiki pelanggaran tersebut, menentukan penyebab utama, dan melakukan perbaikan yang diperlukan untuk mencegah insiden serupa pada masa mendatang.
Lebih dari 24 jam telah berlalu, namun informasi tentang penyebab peretasan belum terungkap. Layanan jembatan multi-rantai ini baru-baru ini menyebabkan banyak frustasi bagi pengguna karena insiden dan informasi negatif tentang pemimpin proyek.
Pada akhir Mei, proyek tersebut berhenti bekerja dengan alasan tidak ada akses ketika kehilangan kontak dengan CEO Zhao Jun. Sementara itu, tim pengembangan proyek dan CEO dikabarkan telah ditangkap oleh polisi China sebelumnya.
Bursa Kripto Bitfinex Berhasil Pulihkan Rp 4,7 Miliar Dari Kasus Peretasan 2016
Sebelumnya, Pertukaran kripto Bitfinex mengumumkan mereka telah memulihkan USD 312.219 atau setara Rp 4,7 miliar (asumsi kurs Rp 15.177 per dolar AS) dalam bentuk tunai dan USD 1.951 atau setara Rp 29,61 juta Bitcoin Cash yang dicuri selama peretasan 2016.
Dalam siaran pers, bursa Bitfinex mengatakan menerima aset dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat. Bitfinex yang berbasis di British Virgin Islands bekerja sama dengan penegak hukum untuk memulihkan aset dari peretasan bertahun-tahun yang lalu dan mengembalikannya ke pelanggan.
Pemulihan hari ini hanyalah sebagian kecil dari total kerugian. Klien Bitfinex kehilangan banyak Bitcoin dan aset lainnya karena peretas mengambil sekitar 120.900 BTC dalam peretasan saat ini bernilai USD 3,6 miliar atau setara Rp 54,6 triliun.
Pada saat itu, koin yang dicuri dihargai USD 72 juta atau sekitar Rp 1 triliun. Departemen Kehakiman mengatakan tahun lalu mereka telah menyita sebagian besar aset yang dicuri dan menangkap dua orang atas tuduhan konspirasi untuk mencuci mata uang kripto yang dicuri.
“Kami sangat senang dapat mencapai tonggak sukses lainnya dalam pemulihan aset yang dicuri dari Bitfinex pada tahun 2016,” kata CTO Bitfinex, Paolo Ardoino, dikutip dari Decrypt, Jumat (7/7/2023).
Ardoino berharap dapat memulihkan Bitcoin yang dicuri sebanyak mungkin dan mendistribusikannya kembali kepada pemegang token yang dikeluarkan sebagai tanggapan atas peretasan pada 2016.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Perdana 3 Bulan, Perdagangan Kripto Kian Tambah
Sebelumnya, volume perdagangan Crypto naik pada Juni untuk pertama kalinya dalam tiga bulan di tengah optimisme pengajuan proposal spot bitcoin exchange traded fund (ETF) oleh manajer aset BlackRock dan institusi besar lainnya.
Volume perdagangan spot dan derivatif gabungan di bursa terpusat naik 14 persen menjadi USD 2,71 triliun atau setara Rp 40.872 triliun (asumsi kurs Rp 15.082 per dolar AS), menurut laporan CCData. Itu kenaikan bulanan pertama sejak Maret, kata laporan itu.
Beberapa perusahaan keuangan terkemuka AS mengajukan atau mengajukan ulang pendaftaran ETF bitcoin spot ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) bulan lalu, termasuk Invesco dan WisdomTree, bersama dengan Fidelity.
“Peningkatan volatilitas setelah gugatan SEC terhadap Binance US dan Coinbase, dan prospek positif di pasar setelah pengajuan ETF Bitcoin spot oleh BlackRock dan Fidelity, telah berkontribusi pada peningkatan aktivitas perdagangan bulan lalu,” kata Data CC, dikutip dari CoinDesk, Kamis (6/7/2023).
Namun, volume perdagangan spot tetap pada level rendah secara historis. Volume perdagangan spot pada kuartal kedua adalah yang terendah sejak kuartal empat 2019, menurut laporan tersebut.
Untuk pasar derivatif, volume meningkat sebesar 14 persen pada Juni, mewakili 78,7 persen pasar kripto. Itu tetap turun dari 79,1 persen pada Mei, menandai penurunan pertama dalam pangsa pasar derivatif dalam empat bulan, sebuah indikasi menunjukkan pengajuan EFT mendorong akumulasi spot aset kripto, menurut laporan tersebut.
Laporan tersebut juga mencatat total volume derivatif yang diperdagangkan di Chicago Mercantile Exchange (CME), naik 23,6 persen pada Juni menjadi USD 48,3 miliar atau setara Rp 728,2 triliun.