Jika Permasalahan JIS Diselesaikan dari Awal, Tak Ada Polemik

Renovasi Jakarta Internasional Stadium (JIS) karena jadi salah satu opsi venue Piala Dunia U-17 terus menuai polemik. Pasalnya, ada yang mengaitkan ini dengan situasi politik yakni Pemilu 2024.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 08 Jul 2023, 16:05 WIB
Tribun penonton di Jakarta Internasional Stadium (JIS) sebelum laga International Youth Championship 2021 antara Barcelona U-18 melawan Atletico Madrid U-18 di Jakarta International Stadium, Jakarta, Jumat (15/04/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Liputan6.com, Jakarta Renovasi Jakarta International Stadium (JIS) karena jadi salah satu opsi venue Piala Dunia U-17 terus menuai polemik. Pasalnya, ada yang mengaitkan ini dengan situasi politik yakni Pemilu 2024.

Namun, pengamat tata kota Nirwono Yoga menilai penataan transportasi pendukung seharusnya diselesaikan oleh JIS.

“Jadi sebenarnya kalau diantisipasi dari awal tidak akan menjadi masalah pembangunan JIS itu sendiri,” kata dia, Sabtu (8/7/023).

Dia menjelaskan, harusnya Pemprov DKI Jakarta saat itu sudah membuat dan mempersiapkan sistem transportasi terlebih dahulu sebelum dibangun stadion, hal itu untuk menjamin ketersediaan akses terhadap arus keluar masuk orang menuju stadion.

Menurutnya, penataan akses JIS harus dibagi menjadi dua, yakni penataan kawasan di sekeliling JIS atau penataan secara makro dan cara pencapaian atau aksesibilitas di kawasan JIS untuk mendukung semua aktivitas di stadion dengan kapasitas penonton 82 ribu itu.

“Nah sebagai pembanding kita lebih mudah kalau kita bandingkan dengan kawasan GBK,” ujarnya.

Untuk itu, penataan JIS harus dikaji ulang demi memenuhi standar yang sudah ditentukan FIFA, karena standar FIFA bukan hanya pada stadion seperti lapangan, rumput, penerangan, akses pemain, akses penonton tetapi juga pada kawasan di sekitar stadion.

“Pasti kawasan sekitarnya JIS itu sendiri harus mendukung, pendukungnya itu tidak hanya stadionnya tetapi kawasan di sekitarnya juga ditata. Yang saya lihat justru belum ditata sama sekali, seperti mulai dari jalur sirkulasi kendaraan, area parkir kemudian kawasan pendukung sekitarnya seperti ada gedung parkir atau hotel, bahkan mungkin pusat perbelanjaan untuk mendukung atau orang-orang ngerem dulu untuk datang ke stadion itu juga kan perlu dipertimbangkan,” jelasnya.


Sudah Ada Masalah Sejak Lama

Sementara itu, Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan mengungkapkan permasalahan yang dihadapi oleh JIS terkait akses parkir dan transportasi publik.

Menurut dia, polemik ini sebenarnya sudah hadir bermula dari konser Rakyat 30 Tahun Dewa 19 Berkarya yang saat itu meninggalkan banyak catatan dan layak dievaluasi untuk gelaran berskala besar, termasuk Piala Dunia U-17.

“Beberapa kali event, terutama pernah suatu event konser di sana kan terjadi problem tuh, orang mau masuk juga masalah aksesnya kan, terus juga mau pulang akhirnya ngantri panjang sampai pagi, sampai subuh karena antri juga, nah ini menunjukkan bahwa aksesnya memang harus ada perbaikan,” kata Nainggolan.

Meski di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa JIS sudah sesuai dengan standar FIFA, nyatanya saat ini masih meninggalkan banyak masalah.

Ia mencontohkan persoalan akses pemain yang tidak memenuhi standar, dimana bus pemain tidak bisa masuk sampai ke depan pintu lobi sebagaimana yang ada di stadion-stadion lain.

“Misalnya bus-bus untuk pemain yang mengangkut pemain tidak bisa masuk karena plafonnya terlalu rendah, nah ini harus diperbaiki,” ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya