Ternyata Indonesia Punya Aset Penting di Paris, Apa Itu?

Sri Mulyani menegaskan bahwa Kedutaan Besar Indonesia di rue Cortambert no. 49 Paris dibiayai dan dirawat dengan anggaran negara APBN, untuk mendukung tugas para diplomat dalam menjalankan tugas mewakili Indonesia di kancah global.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Jul 2023, 08:00 WIB
Menteri keuangan Sri Mulyani saat diwawancarai oleh Liputan6 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (16/3/2023). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia memiliki aset penting di Paris, yaitu Kedutaan Besar Indonesia di rue Cortambert no. 49 Paris 75016 dan Wisma Duta yang berlokasi di Boulevard Bineau 154 Neuilly Sur‑Seine yang diperoleh dan dibeli sejak 1954.

Dikutip dari instagram pribadinya @smindrawati Senin (10/7/2023) bendahara negara ini diundang Duta Besar Indonesia untuk Prancis dan UNESCO Mohamad Oemar saat kunjungan kerjanya ke Paris. Saat itu Menkeu diundang untuk makan siang sekaligus melihat hasil renovasi Wisma Duta di Paris.

"Tiga minggu lalu sewaktu saya melakukan kunjungan kerja di Paris, Duta Besar Indonesia untuk Perancis dan UNESCO - Bapak Mohamad Oemar mengundang makan siang dan sekaligus menjelaskan Wisma Duta di Paris ini baru saja direnovasi dan diperbaiki dengan dana APBN #uangkita," tulis Sri Mulyani.

Menkeu pun memuji hasil renovasi tersebut. Dia menilai interior desainnya apik dan elegan. Dimana gaya Iwan Tirta menjadi jendela Indonesia di Paris dan sangat representatif dipergunakan untuk melakukan pertemuan dinas bila sedang di Paris.

Lebih lanjut, Menkeu mendeskripsikan keadaan di Wisma Duta di Paris. Di halaman belakang terdapat lapangan rumput yang asri dan ada Balai Rakyat yang berguna untuk berkumpulnya masyarakat Indonesia di Paris- Perancis -pada saat perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia atau Peringatan Hari Raya.

Kemudian, juga ada ruang makan indah dan bagus untuk menjamu tamu. Beberapa kamar tidur diperbaiki siap menerima tamu dinas yang sedang bertugas di Paris.

Sri Mulyani menegaskan bahwa semua fasilitas tersebut dibiayai dan dirawat dengan anggaran negara APBN #UangKita, untuk mendukung tugas para diplomat dalam menjalankan tugas mewakili Indonesia di kancah global, guna menjaga dan melindungi kepentingan Indonesia melalui hubungan perdagangan, investasi, kebudayaan dan hubungan bilateral maupun di Lembaga-lembaga multilateral, seperti UNESCO.

"Senang melihat APBN #uangkita bermanfaat mendukung tugas negara dan peran penting para diplomat kita," pungkasnya.


Sri Mulyani Ajak Cucu Belajar Sejarah, Jalan-Jalan ke Gedung Daendels

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak 4 cucunya berkeliling gedung AA Maramis, di Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat. (Dok Instagram Sri Mulyani)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengajak 4 cucunya berkeliling gedung AA Maramis, di Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat. Sri Mulyani didampingi suaminya Tonny Sumartono.

Sri Mulyani dan suaminya terlihat mengenakan setelan olah raga. Memakai kaos polo dengan celana panjang dan dilengkapi topi. Begitu juga dengan 2 cucu laki-lakinya yang memakai kaos bergambar yang sama sedangkan 2 cucu perempuannya memakai pakaian main.

Menkeu mengajak para cucunya berkeliling Gedung AA Maramis. Sambil berkeliling dia juga menceritakan tentang sejarah gedung yang baru selesai direnovasi tersebut.

“Musim Libur sekolah-saya ajak cucu melihat Gedung Daendels (Gedung Maramis Kemenkeu) sambil bercerita sejarahnya,” kata Sri Mulyani lewat akun Instagramnya @smindrawati, dikutip Sabtu (8/7/2023).

Dia bercerita Jakarta dulu bernama Batavia yang juga menjadi Pusat Pemerintahan Hindia Belanda. Kala itu, Batavia pernah dijuluki ‘Kuburan dari Timur’ karena penyakit kolera dan malaria yang menyebar dan mematikan.

Fenomena tersebut mendorong Gubernur Hindia Belanda, H.W. Daendels memindahkan pusat pemerintahan dari Oud Batavia di muara Sungai Ciliwung (sekarang kawasan Kota Tua) ke Niew Batavia di Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng dan sekitarnya).

Pada 7 Maret 1809, Gubernur Jenderal H.W. Daendels membangun istana tempat tinggal dan sekaligus pusat pemerintahan. Istana tersebut diberi nama De Witte Huis (Gedung Putih) atau Grote Huis (Rumah Besar).

 


Gedung Daendels

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak 4 cucunya berkeliling gedung AA Maramis, di Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat. (Dok Instagram Sri Mulyani)

Sementara itu, gedung Daendels yang sekarang bernama Gedung AA Maramis merupakan bangunan tertua kedua di Jakarta setelah Istana Negara. 

Namun pada tahun 1811 Daendels berhenti menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Sehingga pembangunan baru dilanjutkan oleh Letnan Kolonel J.C Schultze, seorang perwira yang berpengalaman membangun gedung Societet Harmonie di Batavia.

Weltevreden  atau yang sekarang dikenal sebagai Lapangan Banteng dibangun menggunakan pola konsentrik (memusat). Di Pusat Kawasan Weltevreden, terletak Istana Besar (Het Groote Huis) atau Het Witte Huis (Gedung Putih) - Istana Gubernur Jenderal yang sekarang menjadi  Kementerian Keuangan dengan Lapangan Parade - Parade Plaats (Lapangan Banteng).

Kawasan pemerintahan ini pun didukung dengan sejumlah gedung-gedung pemerintahan. Antara lain Gedung Pengadilan Tertinggi di Hindia Belanda atau Hooggerechtshof  yang sekarang menjadi Gedung Jusuf Anwar, Kemenkeu). 

Lalu ada gedung Citadel Prince Frederik yang sekarang Masjid Istiqlal. gedung  Great Palace of Weltevreden yang kini menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). 


Gedung Freemasons

Kemudian gedung Freemasons yang sekarang menjadi  Gedung Kimia Farma. Ada juga kawasan Militaire Sociëteit Concordia (The Concordia Military Society yang ini menjadi  Gereja Katedral, dan Gedung Stadsschouwburg  sekarang menjadi Gedung Kesenian Jakarta. 

“Reflect back of our history - shared with future generations. Merefleksikan sejarah dan dibagikan untuk generasi ke depan,” kata dia. 

“JASMERAH- Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah..!” pungkasnya. 

  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya