Digitalisasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Punya Banyak Tantangan, Bisakah Indonesia Menaklukkan?

Banyak sekali tantangan dalam melakukan transformasi digital sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah melalui Kemenparekraf banyak program yang dilakukan untuk mentransformasikan hal ini.

oleh Tira Santia diperbarui 10 Jul 2023, 10:00 WIB
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam dalam diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri hiburan dan pariwisata pasca pandemi, Minggu (9/7/2023). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam, membeberkan tantangan digitalisasi di sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Neil mengungkapkan, pada waktu pandemi memang terjadi akselerasi yang luar biasa terhadap transformasi digital, hampir semuanya beralih digital. Bahkan ketika ada pembatasan pergerakan, banyak orang yang tidak bisa datang lagi ke restoran.

Hal itu pun membuat restoran-restoran tutup. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa restoran yang tutup mulai beralih membuat makanan yang dibekukan dan dapat dipesan oleh masyarakat melalui online.

"Nah itu merupakan bentuk transformasi digital yang ada," kata Neil dalam diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri hiburan dan pariwisata pasca pandemi, yang berlangsung pada Minggu 9 Juli 2023.

Selain itu, transformasi juga dilakukan oleh industri pertunjukan hiburan. Dimana banyak acara musik yang beralih ke virtual. Awalnya lumayan berjalan dengan baik, namun konser virtual tidak bisa menggantikan pengalaman jika menonton langsung.

Oleh karena itu, sekarang penjualan tiket konser langsung habis atau sold out, baik tiket konser artis nasional maupun internasional. Hal itu membuktikan bagaimana pengalaman itu penting.

Virtual Tourism

Namun demikian ketika sudah masuk ke digital banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan utamanya dari sisi ekonomi digital. Misalnya dari sektor wisata, Kemenparekraf sempat menggagas tour guide virtual tourism, untuk mereka yang membeli paket pariwisata secara virtual.

Melalui gagasan tersebut, bagi masyarakat yang membeli paket pariwisata bisa melakukan komunikasi secara interaktif dengan tour guide dari jarak jauh. Tetapi gagasan itu belum bisa berjalan optimal karena masalah bandwidth.

"Cuma waktu itu belum bisa benar karena masalah bandwith. Itu yang mudah-mudahan bisa kita solusikan, karena itu bisa memberikan preview sebelum masyarakat datang langsung ke lokasi pariwisata. Itu bisa menjadi daya tarik baru untuk menarik masyarakat," ujarnya.

Dongkrak Literasi Digital 

Lebih lanjut, Neil mengakui banyak sekali tantangan dalam melakukan transformasi di bidang digital. Maka dari itu, Pemerintah melalui Kemenparekraf banyak program yang dilakukan untuk mentransformasikan hal ini.

"Karena memang salah satu yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan literasi digital masyarakat baik pelaku usahanya maupun masyarakat sebagai konsumen," ujarnya.

Menurutnya, dalam melakukan transformasi digital tidak bisa dilakukan satu persatu melainkan harus menyeluruh. Bukan hanya soal infrastruktur dan literasi digitalnya saja, tapi termasuk masalah keamanan.

"Jangan sampai data pribadi masyarakat bocor, dan itu menjadi tantangan tersendiri, itu perlu dipelajari dan mengedukasi kepada masyarakat agar data pribadi tidak boleh diumbar, kita boleh masuk ke transformasi digital tapi ada juga batasan yang harus dijaga," pungkasnya.


PHRI: Pergerakan Orang Jadi Kunci Perkembangan Industri Pariwisata dan Hiburan

Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana saat diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri Hiburan dan Pariwisata Pasca Pandemi yang digelar pada ajang Festival 6 di Senayan Park, Jakarta, Minggu (9/7/2023). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, kunci keberhasilan industri pariwisata dan hiburan adalah adanya pergerakan orang. Sebab, jika pergerakan orang dibatasi seperti pada waktu pandemi maka industri tersebut justru mati suri, termasuk industri perhotelan dan restoran.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran dalam diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri hiburan dan pariwisata pasca pandemi, Minggu (9/7/2023).

"Kita sama-sama paham sejak kejadian pandemi itu kunci nomor satu daripada pariwisata dan hiburan adalah pergerakan, begitu dia dibatasi semuanya akan mati apapun yang kita lakukan," ujarnya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, pasca dicabutnya pembatasan kegiatan masyarakat akibat covid-19, membuat pergerakan orang menjadi meningkat dan tentunya mendorong industri perhotelan dan restoran bergeliat kembali.

"Kemudian kalau kita perhatikan sekarang dari kacamata akomodasi dan restoran, bahwa segala bentuk kegiatan yang membentuk pergerakan orang yang cukup besar itu pasti akan berdampak besar pada sektor akomodasi dan pariwisata," tutur dia.

Lebih lanjut Maulana mengungkapkan, secara garis besar pendapatan Ibu kota Provinsi itu turut didukung oleh industri perhotelan dan restoran.

Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, ada sektor pariwisata yang ditonjolkan, ada juga sektor hiburannya. Kedua hal itu tentunya berdampak pada industri perhotelan dan restoran di daerah tersebut.

"Misalnya Jakarta. Jakarta itu kota bisnis dan kota yang memiliki fasilitas lengkap, seperti ada hiburan konser Coldplay dan piala dunia itu pasti dampaknya besar," ujarnya.

Begitupun dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pemerintah pusat di daerah seperti contohnya Hari pangan nasional dan lainnya.

"Justru event itu berdampak pada banyak hal pada sektor pariwisata. Kalau di hiburan itu banyak hal ada kuliner, serapan tenaga kerjanya, kebutuhan hotel, jadi impact-nya besar," pungkasnya.

 


Diskusi Lintas Generasi Festival 6, Semangat Bangkitkan Industri Hiburan dan Pariwisata Lewat Agenda KEN 2023

Wali Kota Tarakan Khairul, Sekjen PHRI Maulana, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur Sri Wahyuni bersama Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Muhammad Neil El Hikam (kiri ke kanan) usai diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri Hiburan dan Pariwisata Pasca Pandemi yang digelar pada ajang Festival 6 di Senayan Park, Jakarta, Minggu (9/7/2023). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Festival 6 yang dihelat Liputan6.com menghadirkan ragam agenda, termasuk Diskusi Lintas Generasi: Geliat Industri Hiburan dan Pariwisata Pasca-Pandemi. Diskusi ini terlaksana secara langsung di The Dome, Senayan Park, Jakarta, Minggu, 9 Juli 2023, dan disiarkan secara daring.

Agenda ini dibuka dengan keynote speech dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang disampaikan secara daring. Sandi, begitu ia akrab disapa, mengapresiasi berbagai capaian kinerja selama 2022 di sektor pariwisata.

"Di 2022 selepas Covid, kita naik 12 peringkat menuju peringkat ke-32 Travel & Tourism Development Index, sekarang posisi berada di atas Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina," kata Sandiaga Uno.

Ia menambahkan peningkatan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pariwisata 2022 dari 2,4 persen menjadi 3,6 persen. Ada peningkatan nilai devisa pariwisata 2022 dari 0,52 miliar dolar AS pada menjadi 4,26 miliar dolar AS, dan meningkatnya nilai tambah ekonomi kreatif dari Rp1.191 triliun di menjadi Rp1.236 triliun.

"Selain itu, 2022 kita melihat penciptaan lapangan kerja yang sangat luas dengan total ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif yang mencapai hampir 45 juta lapangan kerja," lanjutnya.

Sandi menerangkan tahun ini ada target baru bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan nilai devisa di 2023 mencapai hampir 6 miliar dolar AS dengan kontribusi PDB mencapai 4,1 persen, nilai ekspor produk ekonomi kreatif 26,5 miliar AS.

"Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tadinya 7,4 juta, dinaikkan menjadi 8,5 juta karena suatu pemulihan yang sangat kuat di luar ekspektasi, Alhamdulillah," jelasnya. 

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya