Liputan6.com, Jakarta Faktor usia acap kali dianggap sebagai satu-satunya faktor pemicu impotensi atau disfungsi ereksi. Padahal, kondisi ini dapat pula dipicu oleh berbagai masalah lain seperti stres dan kelelahan.
Menurut dokter spesialis urologi Eka Hospital BSD Dyandra Parikesit, disfungsi ereksi bisa berujung pada berbagai keluhan termasuk masalah mental.
Advertisement
“Kebanyakan pria merasa malu untuk memeriksakan diri dan menimbulkan banyak masalah mulai dari kehidupan seksual hingga kesehatan mental,” kata Dyandra dalam keterangan pers dikutip Senin (10/7/2023).
Maka dari itu para pria perlu mengetahui faktor risiko disfungsi ereksi dan menghindarinya. Faktor-faktor risiko itu adalah:
- Stres dan kelelahan
- Gangguan hormon
- Gangguan pada pembuluh darah
- Obesitas
- Kurang berolahraga
- Merokok
- Konsumsi minuman beralkohol
- Konsumsi obat-obatan tertentu
- Riwayat penyakit tertentu.
Tanda Adanya Gangguan Mental Kronis
Biasanya, disfungsi ereksi yang terjadi selama beberapa waktu tidak berbahaya dan bisa diatasi dengan beberapa pengobatan dan terapi.
Namun jika disfungsi ereksi berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak kunjung pulih, itu bisa menandakan adanya suatu penyakit serius. Seperti tekanan darah tinggi, diabetes, sumbatan pada pembuluh darah, kanker, hingga gangguan mental kronis.
“Disfungsi ereksi juga dapat menyebabkan permasalahan antar pasangan dan tak jarang mengganggu hubungan dan kebutuhan reproduksi baik untuk pasangan dan diri sendiri,” ucap Dyandra.
Mengenal Disfungsi Ereksi
Sebelumnya Dyandra menjelaskan, impotensi atau disfungsi ereksi adalah gangguan reproduksi pria yang risikonya bertambah tinggi seiring bertambahnya usia.
Disfungsi ereksi (DE) merupakan kondisi di mana alat kelamin pria mengalami gangguan sehingga tidak dapat melakukan ereksi atau tidak dapat mempertahankan ereksi untuk mendapatkan hubungan intim yang memuaskan.
Derajat disfungsi ereksi beragam, mulai dari gangguan minimal terhadap ereksi hingga tidak bisa ereksi sama sekali. Pada kasus ini, kebanyakan pria merasa malu untuk memeriksakan diri dan menimbulkan banyak masalah mulai dari kehidupan seksual hingga kesehatan mental.
Faktanya, disfungsi ereksi adalah sebuah penyakit yang bisa dikeluhkan semua pria, karena risiko penyakit ini akan semakin tinggi seiring bertambah tua.
“Oleh karena itu, sudah sebaiknya kita untuk terus waspada dan siap tanggap untuk segera memeriksakan diri ketika mulai merasakan gejalanya,” kata Dyandra.
Advertisement
Malu Bercerita
Sayangnya, masih banyak pria yang enggan untuk menceritakan dan memeriksakan disfungsi ereksi yang mereka alami.
Ini karena masalah gangguan reproduksi seringkali dipandang sebelah mata dan kerap menyebabkan rasa malu pada pengidapnya hingga akhirnya mereka menyembunyikan gangguan tersebut.
“Disfungsi ereksi adalah penyakit yang bisa ditangani dengan pengobatan dari dokter, maka dari itu jangan merasa malu untuk mendiskusikan hal ini kepada pasangan serta dokter urologi terkait,” ujar Dyandra.
“Dengan mengidentifikasi penyebab disfungsi ereksi, Anda bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan lebih cepat dan kembali dalam menjalani kehidupan seksual yang sehat bersama dengan pasangan Anda,” tambahnya.
Pengobatan Tergantung pada Penyebab Disfungsi Ereksi
Pada pengobatan disfungsi ereksi, ada beberapa obat serta terapi lain yang bisa dilakukan. Ini tergantung pada permasalahan utama yang menyebabkan disfungsi ereksi tersebut.
Sebelum memulai pengobatan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi penyebab dari disfungsi ereksi, sehingga dokter akan menanyakan riwayat obat-obatan hingga gaya hidup yang dijalankan pasien.
Setelah itu, dokter dapat merekomendasikan beberapa upaya seperti:
- Meresepkan obat-obatan
- Injeksi obat
- Terapi Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)
- Terapi hormon
- Injeksi intrakavernosa
- Penggunaan alat bantu pompa vakum ereksi.
Dokter juga dapat merekomendasikan untuk melakukan sesi terapi dengan psikolog jika dirasa gangguan disfungsi ereksi disebabkan karena masalah mental.
“Namun jika disfungsi ereksi Anda disebabkan karena masalah kesehatan serius seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, maka Anda mungkin akan melakukan penanganan lebih lanjut bersama dengan dokter terkait dalam menangani permasalahan tersebut,” pungkas Dyandra.
Advertisement