Liputan6.com, Jakarta Menyukai lawan jenis menjadi karunia dari sang pencipta kepada makhluknya. Lelaki dan perempuan punya keterkaitan sejak diciptakannya. Begitu pula makhluk lain salah satunya spesies burung. Siapa sangka, burung juga bisa berselingkuh layaknya manusia. Bahkan ada sebab yang mendasari burung selingkuh dengan pasangannya.
Para peneliti dari China dan Jerman lewat jurnal Proceedings of the Royal Society B mengungkap perilaku burung. Peneliti menyimpulkan bahwa lebih dari 90% spesies burung umumnya memiliki pasangan tunggal selama setidaknya satu musim kawin. Fenomena burung berganti pasangan meski pasangan asli masih hidup oleh ilmuwan disebut perceraian burung.
Advertisement
Bahkan sebelumnya, burung paling setia dengan pasangan (monogami), Albatros juga bisa bercerai dari pasangannya. Fenomena ini disebabkan dengan krisis iklim. Siapa sangka, penyebab lain burung bercerai ialah LDR dan pergaulan bebas. Temuan ini menjadi fokus tersendiri para ilmuwan.
"Pergaulan jantan mengikuti pola yang serupa. Misalnya, burung plover, burung layang-layang, burung martin, burung oriole, dan burung hitam memiliki tingkat perceraian yang tinggi dan pergaulan bebas jantan yang signifikan,” tulis dalam penelitian.
Aneh tapi nyata, ternyata tak hanya manusia saja yang bisa mengalami cinta jarak jauh (LDR) dan pergaulan bebas. Burung menunjukkan keunikannya tersendiri. Berikut Liputan6.com merangkum LDR dan pergaulan bebas sebabkan burung bercerai melansir dari berbagai sumber, Senin (10/7/2023).
LDR dan Pergaulan Bebas pada Burung Sebabkan Tingkat Perceraian Tinggi
Penelitian sebelumnya telah mencoba mempelajari faktor-faktor yang terkait dengan perceraian burung. Penelitian-penelitian tersebut cenderung fokus pada spesies individu atau kelompok spesies tertentu. Namun, sekarang para peneliti telah menemukan dua faktor kunci yang terlibat dalam perceraian pada berbagai spesies burung, yaitu pergaulan bebas jantan dan migrasi jarak jauh.
Burung burung plover dan burung layang-layang punya tingkat perceraian yang tinggi. Tidak dengan burung petrel, albatros, angsa, dan burung angsa memiliki tingkat perceraian yang rendah dan pergaulan bebas jantan yang minim.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Cina dan Jerman, mereka menggunakan data yang telah dipublikasikan sebelumnya tentang tingkat perceraian pada 232 spesies burung, data tentang kematian burung, dan informasi tentang lama migrasi.
Berdasarkan data dan perilaku burung, tim peneliti juga memberikan "skor pergaulan bebas" yang berbeda untuk jantan dan betina dari setiap spesies. Selain itu, mereka melakukan analisis untuk memperhitungkan hubungan evolusi antara spesies untuk memahami pengaruh nenek moyang yang sama.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa spesies burung yang memiliki tingkat perceraian tinggi cenderung memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Hal yang sama berlaku untuk spesies dengan tingkat perceraian rendah.
Advertisement
Pergaulan Bebas Burung Jantan Disebabkan Kurangnya Komitmen
Menurut Dr. Zitan Song dari Institut Perilaku Hewan Max Planck Jerman, hubungan antara pergaulan bebas burung jantan lebih tinggi dan tingkat perceraian lebih tinggi tidak berlaku dalam konteks pergaulan bebas betina. Bagi burung jantan, terlibat dalam perilaku bebas dengan kawin dengan banyak betina sering kali dianggap sebagai tanda kurangnya komitmen.
Ketika burung jantan memiliki banyak pasangan, perhatiannya dan sumber dayanya terbagi di antara mereka, sehingga dia menjadi kurang menarik sebagai pendamping dan cenderung "bercerai" pada musim kawin berikutnya. Di sisi lain, kawin dengan banyak betina dapat meningkatkan kebugaran secara keseluruhan bagi burung jantan tersebut. Dr. Song menyatakan bahwa pergaulan bebas burung betina mungkin memiliki implikasi yang berbeda.
Pergaulan bebas burung betina dapat meningkatkan keterlibatan burung jantan dalam pengasuhan bayi burung. Pasalnya, adanya ketidakpastian mengenai paternitas bayi yang mungkin timbul akibat pergaulan bebas perempuan.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa hewan dengan jarak migrasi yang lebih jauh memiliki tingkat perceraian yang lebih tinggi. Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa angka kematian dan jarak migrasi tampaknya terkait dengan pergaulan bebas laki-laki, yang mengindikasikan bahwa perceraian mungkin memiliki efek tidak langsung.