Obesitas Picu Masalah Kesehatan Mental Seperti Kecemasan dan Depresi

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes Em Yunir mengatakan bahwa obesitas memiliki kaitan dengan kesehatan mental.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Jul 2023, 10:00 WIB
Obesitas Picu Masalah Kesehatan Mental Seperti Kecemasan dan Depresi (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes Em Yunir mengatakan bahwa obesitas memiliki kaitan dengan kesehatan mental.

Seseorang dengan tubuh terlalu gemuk acap kali mendapat pandangan negatif dari orang lain. Hal ini membuat pasien obesitas lebih memilih menarik diri dari kehidupan sosial dan bahkan mengurung diri.

Obesitas berkaitan dengan kesehatan mental? Pasti lah. Jadi, di titik tertentu ketika pasien obesitas sudah kewalahan terhadap berat badannya, biasanya menarik diri, mengurung diri,” ujar Yunir dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (10/7/2023).

“Selain karena memang sudah susah bergerak, juga mungkin dia malu dan biasanya mengalami gangguan psikologis, bisa depresi, bisa gangguan kecemasan,” kata Yunir.

Masalah mental juga bisa menambah parah pada tingkat kegemukan karena biasanya orang yang ada dalam keadaan stres sering kali pelariannya pada makanan.

“Apalagi saat ini makanan itu mudah untuk didapatkan. Kalau dulu orang mau makan harus keluar, kalau sekarang dengan telepon saja makanan sudah bisa datang,” ucap Yunir.

Cegah Obesitas dengan Rutin Olahraga

Mengingat dampak negatif obesitas bisa mengganggu berbagai aspek kehidupan. Maka Yunir menyarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat salah satunya dengan rutin olahraga.

“Semakin banyak olahraga semakin baik, aktivitas untuk fisik biasanya disarankan 10.000 langkah. Tapi ada baiknya jika tubuh dan lutut masih baik aktivitas fisiknya ditingkatkan, bukan hanya berjalan kaki.”

Intensitas olahraga dapat ditingkatkan dengan:

  • Jogging
  • Main sepeda
  • Stretching (peregangan)
  • Senam aerobik
  • Sit up
  • Push up.

Obesitas Picu Masalah Kulit

Selain menganggu kesehatan mental, obesitas juga bisa memicu masalah kulit. Foto: Freepik.

Selain menganggu kesehatan mental, obesitas juga bisa memicu masalah kulit. Menurut Em Yunir, orang dengan obesitas memiliki risiko terserang gatal di lipatan tubuh termasuk selangkangan. Gatal-gatal pada orang obesitas sebetulnya disebabkan oleh jamur.

“Gatal-gatal ini sebenarnya jamur di sela-sela kulit yang lembab. Apalagi pada orang gemuk lipatan-lipatan itu menjadi lebih tebal sehingga lembab tidak bisa menguap dengan baik,” ucap Yunir.

Dalam kondisi seperti ini, jamur akan sangat mudah tumbuh. Ditambah kalau tubuh kurang bersih, misalnya ketika mandi, sela-sela atau lipatan tubuh tidak dibersihkan dengan baik.

“Ditambah lagi dengan obesitas, imunitas jadi turun apalagi kalau disertai gula darah tinggi, itu risiko tumbuhnya jamur menjadi lebih tinggi,” ucap Yunir.

Maka dari itu, kebersihan tubuh harus dijaga dan bisa pula diberi obat anti jamur.


Hiperpigmentasi pada Beberapa Bagian Kulit

Selain menganggu kesehatan mental, obesitas juga bisa memicu masalah kulit Credit: freepik.com.

Selain gatal, orang-orang gemuk juga tak jarang mengalami perubahan warna kulit di beberapa bagian tubuhnya. Misalnya, kulit menghitam di belakang leher.

“Ini hiperpigmentasi akibat resistensi insulin. Orang gemuk sel lemaknya itu mengeluarkan hormon yang menyebabkan insulinnya menjadi resisten atau tidak peka,” kata Yunir.

Pada orang yang gemuk atau mengarah gemuk, resistensi insulin yang berlangsung lama itu akan menyebabkan hiperpigmentasi atau kehitaman di kulit.

“Biasanya di daerah-daerah tertentu, biasanya di tengkuk, di lipatan leher bagian belakang, di siku, di ketiak sering kita temukan kehitaman akibat resistensi insulin,” jelas Yunir.


Butuh Peran Pemerintah

Obesitas Picu Masalah Kesehatan Mental Seperti Kecemasan dan Depresi. (Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash)

Guna mengurangi kasus obesitas, maka pemerintah perlu berperan dalam pembatasan konsumsi kalori maksimal bagi perusahaan yang menjual makanan.

“Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada pembatasan maksimal kalori yang bisa disajikan dalam satu jenis makanan yang dijual. Kalau kita lihat makanan seperti cake, kue, roti dan sebagainya itu di mal-mal pakai topping keju, coklat, disiram lagi dengan susu, manis-manis,” Yunir mengatakan.

Sajian manis yang berlebihan dapat membuat standar manis seseorang berubah. Bagi orang yang jarang makan manis, sajian itu bisa terasa terlalu manis sehingga kurang nikmat dikonsumsi. Sedangkan, bagi orang yang sudah biasa, maka rasa manis itu tidak dianggap sebagai masalah yang mengintai.

“Ditambah lagi tidak ada pembatasan, mungkin nanti pemerintah harus mengawasi produk-produk makanan siap saji, makanan jadi yang mengandung banyak kalori. Atau mencerdaskan masyarakat untuk lebih selektif memilih makanan sehat,” pungkasnya.

Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya