Viral Jemaah Haji Pamer Perhiasan Emas, Bagaimana Kondisi Orang Sombong di Hari Kiamat?

Beberapa waktu terakhir, foto dan video jemaah haji yang pamer perhiasan emas terus menjadi perbincangan. Pasalnya, semula perhiasan emas itu disebut berbobot hingga setengah kilogram

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2023, 04:30 WIB
Ilustrasi perhiasan emas.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, foto dan video jemaah haji yang pamer perhiasan emas terus menjadi perbincangan. Pasalnya, semula perhiasan emas itu disebut berbobot hingga setengah kilogram.

Jika dinilai dengan rupiah, tentu perhiasan emas merupakan angka yang fantastis. Terlebih, perhiasan emas itu, konon, dibeli di Arab Saudi.

Usai menjadi sorotan, belakangan baru terungkap, perhiasan itu imitasi. Beratnya pun tak sampai 0,5 kg, melainkan hanya 180 gram.

Hal ini terkonfirmasi usai Bea Cukai Makassar bergerak dan memeriksa yang bersangkutan. Dari hasil pemeriksaan itu, Bea Cukai pun memastikan bahwa emas yang dikenakan adalah emas palsu atau imitasi. Hal itu dipastikan setelah dilakukan pemeriksaan oleh ahli, dalam hal ini pihak Pegadaian. 

Ihwal emas tersebut bukanlah emas asli, lanjut juga telah diakui oleh si pelaku pamer emas. Saat diinterogasi oleh Bea Cukai Makassar, pemilik mengakui bahwa emas itu adalah imitasi. 

Yang bersangkutan juga menyampaikan bahwa memang benar barang itu dibeli dari luar negeri dan emas imitasi kurang lebih harganya sekitar Rp900 ribu.

Terlepas dari persoalan ini, dalam Islam perilaku pamer harta atau flexing, sangat dilarang. Bahkan, sifat sombong ini akan membuat nasib pelakunya begitu tragis pada hari kiamat. Tak hanya itu, perilaku sombong juga bisa mengganjalnya ke surga.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Kondisi Orang Sombong di Hari Kiamat

Ilustrasi perhiasan emas. (Photo by Syed F Hashemi on Unsplash)

Perilaku gemar pamer harta ini bak penyakit menular. Masing-masing tentu memiliki motif tersendiri, namun yang jelas adalah memenuhi hasrat menyombongkan diri.

Padahal, Islam begitu melarang orang untuk sombong. Kesombongan ini bahkan akan mengganjalnya ketika yaumul hisab, pada hari kiamat.

Amal saleh atau kebaikannya di dunia tak lantas membuatnya otomatis selamat di hari perhitungan atau hisab. Perilaku sombong membuatnya merugi.

Bahkan, orang yang sombong ini akan dipermalukan ketika dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Mereka akan dibangkitkan dalam kondisi yang jelas memperlihatkan perilakuknya di dunia pada hari kiamat.

Mereka dibangkitkan usai kiamat kubra hanya sebesar semut.

Mengutip Mediadakwah.id, orang sombong dalam kehidupan dunia akan dibangkitkan dalam bentuk manusia yang berukuran kecil sebesar semut, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang dikutip dalam kitab Adabul Mufrad,

“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan). (HR Bukhari)

Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ûd r.a, orang sombong tidak akan ditempatkan di surga Allah Swt. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?).” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya Allah Swt Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. (HR Muslim no 2749).

 


Nasib Orang Sombong di Yaumul Hisab

Ilustrasi Pencurian emas di Probolinggo (Istimewa)

Kesombongan (al-kibr) sebagaimana yang Rasulullah jelaskan, adalah melihat dirinya sendiri melebihi al-haq (kebenaran) dan al-khalq (makhluk; orang lain). Jadi, orang sombong adalah yang melihat dirinya di atas orang lain dalam sifat kesempurnaan, sehingga meremehkan atau merasa lebih baik dari orang lain.

Seseorang tidak akan meremehkan orang lain, kecuali meyakini dirinya memiliki sifat-sifat yang sempurna. Imam Al Ghazali dalam kitabnya kitab Ihya’ Ulumuddin menjelaskan, penyebab orang berprilaku sombong yaitu karena ilmu, amal ibadah, dan keturunan (nasab). Penyebab lainnya, ketampanan atau kecantikan, harta, kekuatan dan kekuasaan (jabatan), serta banyaknya pengikutnya atau penolongnya.

Syekh Muhammad Shaleh al Munajjad dalam kitabnya Mufsidatul Qulub menjelaskan, Islam memperbolehkan seseorang menampakkan kenikmatan yang diberikan Allah Swt, namun harus dilandasi rasa syukur, bukan untuk pamer dan niat menyombongkan diri. Suka pamer adalah salah satu tanda paling mencolok dari orang sombong, dengan menampilkan segala sesuatu yang dimiliki dengan niat menyombongkan diri.

Rasulullah saw mengingatkan umatnya yang suka pamer dengan kehancuran dan kebinasaan di hari kiamat. Melalui hadist dari sahabat Abu Hurairah r.a yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, An-Nasa’i, Imam Ahmad dan Baihaqy: “Ada seorang mujahid, alim (berilmu), dan dermawan ditempatkan di neraka Allah Swt Bukan surgaNya”.

Orang pertama dipanggil menghadap Allah Swt merupakan seorang pria yang mati syahid. Ketika di hari perhitungan, Allah pun bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.”

Allah swt pun menyangkalnya, “Kamu telah berdusta. Kamu berperang agar namamu disebut manusia sebagai pahlawan, pejuang dan orang yang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.” Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahannam.

Orang kedua pun dipanggil. Ia seorang alim ulama yang mengajarkan manusia Alquran. Seperti orang pertama, Allah Swt bertanya hal yang sama, “Apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?”

Sang ulama menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari dan mengajarkan manusia Alquran karena Engkau.” Allah Swt berfirman, “Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim (dimuliakan, dihormati dan diagung-agungkan di kalangan manusia) dan kamu membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari.” Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka.

Tim Rembulan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya