Rumah Pasangan Lansia di Bekasi Tertutup Bangunan Hotel, Akses Jalan Hanya Lewat Got

Nasib memprihatinkan dialami pasangan suami istri Ngadenin (63) dan Nurhidayati (54), warga Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03/04 Jati Cempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 11 Jul 2023, 05:23 WIB
Ngadenin (63), warga Jalan Raya Jatiwaringin RT 03 RW 04 Jati Cempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi, terpaksa harus melewati saluran got untuk menuju rumahnya, karena akses jalan tertutup tembok hotel. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Nasib memprihatinkan dialami pasangan suami istri Ngadenin (63) dan Nurhidayati (54), warga Jalan Raya Jatiwaringin, RT 03/04 Jati Cempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Pasangan lansia itu sehari-hari mengalami kesulitan akses keluar masuk ke kediamannya. Hal ini dikarenakan akses jalan menuju rumah mereka sudah tertutup tembok hotel setinggi 15 meter.

Akses jalan satu-satunya yang bisa dilalui Ngadenin untuk bisa sampai ke rumah, yakni melalui saluran got. Untuk melewati saluran sepanjang 60 meter dan lebar 2 meter itu, ia biasanya memakai sepatu boot.

Kondisi jalan yang sulit dan faktor usia, membuat pasangan lansia itu kewalahan setiap kali bolak-balik menuju rumah mereka. Alhasil keduanya memilih tinggal di warung sate yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Ngadenin mengaku telah tinggal di rumah tersebut selama 24 tahun atau sejak 1999. Sementara tembok hotel yang menutup akses jalan rumahnya sudah berdiri selama tiga tahun terakhir.

Sebelumnya Ngadenin tinggal di pinggir jalan raya yang berada persis di belakang warung sate miliknya.

"Saya kan tadinya (tinggal) di depan pinggir jalan, saya beli, saya bangun (rumah dan warung sate)," katanya kepada awak media, Senin (10/7/2023).

Warung Ngadenin kala itu berdekatan dengan warung ayam bakar milik tetangganya yang sekarang sudah dijual ke pihak hotel. Ia juga mengaku dipaksa pihak hotel untuk menjual rumah dan warungnya dengan disertai ancaman.

"Kalau enggak mau jual ke dia (pihak hotel), nanti saya ditakut-takuti akan dikurung, ditutup (akses jalan) akhirnya saya nyerah," ujarnya.


Enggan Jual Lapak Sate

Sebenarnya Ngadenin enggan menjual rumah dan lapaknya lantaran ditawar dengan harga rendah. Namun karena takut dengan ancaman pihak hotel, akhirnya ia pun terpaksa menjualnya.

"Ditawar harganya sangat rendah, tidak sesuai kalau buat beli rumah pengganti enggak dapat, setengah saja enggak dapat," ungkapnya.

Dengan uang hasil penjualan tersebut, Ngadenin kemudian membeli rumah yang tak jauh dari kediamannya semula. Sang pemilik rumah sebelumnya sempat berujar, bahwa tanah sekitar merupakan tanah wakaf.

Namun, setelah sekitar 10 tahun menempati rumah tersebut, Ngadenin baru mengetahui jika akses jalan sekitar dikuasai oleh pihak hotel.

"Saya beli di sini awalnya ada jalan, katanya sudah diwakafkan. Tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya saya enggak tahu," ucapnya.

Alhasil, akses jalan di samping rumah Ngadenin tertutup tembok seiring dimulainya pembangunan hotel di lokasi tersebut. Selama berbulan-bulan, ia dan sang istri terpaksa melewati saluran air got sebagai satu-satunya akses jalan menuju rumah.


Ditawarkan Sistem Tukar Guling

Ngadenin mengaku sempat berkomunikasi dengan pihak hotel dan ditawarkan sistem tukar guling. Namun ia menolak karena selain lokasi yang jauh, kondisi rumah yang ditawarkan juga rusak serta rawan banjir.

"Saya sudah tidak nyaman lagi menempati rumah milik saya sendiri. Saat ini, saya terpaksa tinggal di warung karena sudah tidak memungkinkan untuk kembali ke rumah," keluhnya.

Sejauh ini pemerintah setempat belum bisa menyelesaikan permasalahan ini. Karena itu Ngadenin berharap pemerintah daerah bisa turun tangan mencari solusi untuknya dan istri agar bisa menikmati hari tua dengan nyaman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya