Lebih dari 50 Persen Pantai Amerika Tercemar Tinja dan Tidak Aman untuk Berenang

Sebuah laporan mencatat bahwa 55 persen dari lebih dari 3.100 pantai di Amerika yang diuji pada 2022 memiliki setidaknya satu hari di mana "kontaminasi tinja" mencapai tingkat yang berpotensi tidak aman.

oleh Asnida Riani diperbarui 12 Jul 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi lebih dari setengah pantai di Amerika Serikat tercemar tinja dan tidak aman untuk berenang. (dok. pexels/Marta Ortigosa)

Liputan6.com, Jakarta - Laporan seputar polusi pesisir makin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Yang terbaru, lebih dari 50 persen pantai di Amerika Serikat (AS) terkontaminasi tinja dan limbah, membuat perairan mereka tidak aman untuk berenang, menurut laporan Environment America.

Melansir NY Post, Selasa (11/7/2023), kelompok tersebut menemukan 55 persen dari lebih dari 3.100 pantai yang diuji pada 2022 memiliki setidaknya satu hari di mana "kontaminasi tinja" mencapai tingkat yang berpotensi tidak aman, melampaui tolok ukur Badan Perlindungan Lingkungan AS untuk anjuran penutupan pantai.

Yang lebih menjijikkan, pantai-pantai Amerika tercemar kotoran manusia dan hewan yang dibuang ke laut dari limpahan limbah, pabrik peternakan, dan operasi industri peternakan. Pantai Texas termasuk yang terburuk di negara ini, dengan 90 persen dari 61 pantai yang diuji menunjukkan tingkat tidak sehat.

Lalu, secara wilayah, Gulf Coast mencatat skor terburuk, dengan 84 persen garis pantainya gagal memenuhi standar kebersihan, diikuti West Coast, kemudian Great Lakes. Louisiana dan Pennsylvania, dengan pantai Lake Erie mereka, adalah pelanggar teratas, dengan pantainya yang 100 persen tidak aman.

Survei tahunan pantai, danau, dan sungai mencakup fitur di mana pengguna dapat melacak pantai menurut negara bagian. Pantai Oregon adalah yang paling kotor secara konsisten di AS, dengan enam pantainya berada pada tingkat sanitasi yang tidak aman, lebih dari 75 persen dari waktu mereka diuji, menurut survei.

Kelompok lingkungan itu juga mencatat bahwa sebagian besar kontaminasi dalam bentuk kotoran dari selokan, septic tank pribadi, yang digunakan satu dari empat orang Amerika, dan kotoran hewan dari peternakan industri.


Risiko Berenang di Air Tercemar Tinja

Ilustrasi pantai AS tercemar tinja dan limbah. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Berenang di air tercemar tinja dapat menyebabkan "penyakit pernapasan, infeksi telinga dan mata, serta ruam kulit," kelompok tersebut memperingatkan. Mereka juga mencatat ada sekitar 57 juta kasus penyakit yang ditularkan melalui air yang dilaporkan di AS setiap tahun.

"Sayangnya, infrastruktur pembuangan limbah di seluruh negeri tidak memadai atau dalam perbaikan yang buruk, memungkinkan limbah masuk ke saluran air kita," bunyi laporan itu. "Selokan sanitasi meluap sebanyak 75 ribu kali setiap tahun di AS."

Pembangunan kota, seperti konstruksi baru, jalan beraspal, dan tempat parkir, juga tidak membantu. "Mengaspal lahan basah atau hutan yang pernah menyerap curah hujan dan menyaring polusi memperburuk masalah ini," kata pihaknya.

"Orang juga dapat mengembangkan penyakit gastrointestinal, termasuk hepatitis A dan norovirus, setelah makan kerang yang diambil dari air yang tercemar," sebut Kelly Johnson-Arbor, ahli toksikologi medis di National Capital Poison Control Center, pada Fox News.

"Pengunjung pantai harus memeriksa anjuran aktivitas di pantai dan menghindari masuk ke air jika mereka memiliki luka terbuka," kata Environment America.


Kasus Pencemaran Pantai Lainnya

Ilustrasi pantai AS tercemar tinja dan limbah. (unsplash)

Memperbarui sistem pembuangan limbah AS disarankan sebagai salah satu cara untuk mengurangi masalah pencemaran pesisir. Meski Kongres negara itu telah mengalokasikan lebih dari 25 miliar dolar AS untuk proyek pembuangan limbah dan air hujan sejak 2021, EPA mengatakan memperkirakan biayanya mendekati 271 miliar AS untuk memperbaiki infrastruktur air limbah di seluruh AS.

Masalah polusi pesisir nyatanya tidak hanya terjadi di AS, namun juga berbagai negara lain di dunia. Tahun lalu, pasir pantai di Tuscany, Italia telah memutih karena limbah batu kapur yang dibuang ke air. Padahal, pantai itu merupakan destinasi wisata populer bagi para pelancong dan terkenal di Instagram.

Setelah bertahun-tahun dikampanyekan kelompok lokal dan internasional, sebuah pabrik kimia akhirnya berjanji untuk berhenti memompa limbah ke laut di lepas pantai pasir putih tersebut. VICE World News melaporkan kondisi pesisir yang dimaksud, dilansir dari publikasi itu, 8 September 2022.

Kala itu, pihaknya mencatat bahwa penelitian apakah polutan lokal memengaruhi kesehatan penduduk sekitar masih menunggu pendanaan dari pemerintah daerah, yang saat itu menolak menjawab pertanyaan outlet berita tersebut.

Sebuah studi sebelumnya menemukan kelebihan yang signifikan dalam kematian untuk penyakit kronis, keberadaan polutan di udara dan laut, serta hubungan teoritis antara polutan ini dan penyakit kronis pada orang yang tinggal di dekat pabrik. Belum lagi bicara kekhawatiran ahli zoologi bahwa pembuangan tersebut telah menghancurkan biota laut.


Berhenti Total pada 2050

Ilustrasi pasir pantai Italia tercemar bahan kimia. (Sumber: Pixabay)

Kelompok bahan kimia Belgia Solvay berencana menghentikan semua pembuangan limbah batu kapur dari pabrik abu soda di Rosignano, Italia. Keputusan ini diambil setelah sebuah laporan PBB mengkritik kelambanan untuk mengatasi masalah yang dikatakan "sangat memengaruhi kesehatan masyarakat."

Solvay berjanji menginvestasikan 15 juta euro (sekitar Rp223 miliar) untuk mengurangi residu batu kapur dan emisi karbon. Pada 2030, pembuangan limbah kimia itu ke laut akan dikurangi sebesar 20 persen dibandingkan dengan apa yang diizinkan regulator saat ini. Lalu, residu limbang kimia itu dijanjikan akan turun hingga 40 persen pada 2040.

Pada 2050, pabrik diklaim akan benar-benar berhenti membuang limbah kimia ke laut. Kelompok investasi aktivis Bluebell Capital Partners di London, bersama politisi lokal dan aktivis lingkungan, telah menekan perusahaan selama bertahun-tahun untuk berhenti membuang limbah yang mengandung logam, seperti timbal dan arsenik.

Perwakilan lokal Francesco Berti membawa masalah ini ke Uni Eropa, yang mendorong seorang pelapor PBB mengunjungi situs tersebut pada akhir 2021. "Solvay telah berada di wilayah Livorno sejak 1913. 109 tahun kemudian (!) kami dengan senang hati mengumumkan hal-hal itu akan berubah," katanya di unggahan LinkedIn sebagai tanggapan atas pengumuman tersebut.

Berti menyambung, "Kami akan terus bekerja agar perjanjian dihormati dan pembersihan selesai: pengacara, aktivis, ekonom, dan profesional kesehatan berada dalam pertempuran ini."

Infografis bahaya sampah plastik di laut. (dok. TKN PSL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya