Bukan Cuan, Kesalahan Investasi Ini Bisa Bikin Boncos

Berikut sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat berinvestasi di produk investasi pasar modal. Hal ini agar optimalkan imbal hasil investasi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Jul 2023, 14:16 WIB
Money Buzz: Investasi, Ketika Uang Menghasilkan Uang, Selasa (11/7/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi menjadi salah satu cara menghimpun pundi-pundi untuk masa depan. Salah satu instrumen atau alat investasi yang bisa dijajal yakni produk pasar modal, antara lain saham, reksa dana, dan obligasi. Namun, untuk mendapatkan imbal hasil yang maksimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

VP Distribution and Marketing, Ashmore Asset Management Indonesia, Monicha Augustia menjelaskan, ada beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan investor dalam investasi.

Pertama, yakni terkait risiko. Mengutip investor kenamaan, Warren Buffett, risk come for not knowing what you doing. Maksudnya, seseorang atau calon investor sebaiknya mengetahui tujuan dari investasinya agar dapat menentukan strategi yang paling sesuai.

Di sisi lain, mengetahui tujuan investasi dapat membantu investor menentukan waktu atau time horizon untuk mencapai tujuan investasi tersebut. Misalnya, seseorang ingin berinvestasi untuk dana pendidikan. Maka dapat dihitung berapa nilai investasi yang akan dilakukan, menyesuaikan tenggat waktu yang dibutuhkan untuk menghimpun dana pendidikan itu.

"Jadi penting banget untuk tahu tujuannya apa, supaya dari situ baru kita pikirkan strateginya, seperti instrumen apa yang akan dipilih dan juga jangka waktu investasinya," kata Monicha dalam Money Buzz, Selasa (11/7/2023).

Kesalahan kedua yang acap dilakukan investor utamanya pemula adalah kurang realistis. Hal ini seiring tren FOMO atau fear of missing out, di mana seseorang memiliki kekhawatiran jika ketinggalan sesuatu yang sedang populer. Sehingga tak jarang mereka hanya tergiur imbal hasil besar dan mengabaikan faktor risiko. Padahal, imbal hasil investasi berbanding lurus dengan risiko.

 


Pentingnya Kedisiplinan

Money Buzz: Investasi, Ketika Uang Menghasilkan Uang, Selasa (11/7/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Maksudnya, semakin tinggi imbal hasil investasi yang ditawarkan, semakin tinggi pula potensi risikonya. Sebaliknya, investasi dengan imbal hasil lebih rendah juga cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih minim. Masih setali dengan tren FOMO, kesalahan lain dalam investasi yang mungkin terjadi adalah kurangnya analisis.

Investor mungkin saja termakan tren untuk mengikuti strategi tertentu dengan motif ingin segera mendapat hasil instan. Monicha mengatakan, sikap tersebut biasanya juga dibarengi dengan pola konsumtif. Di mana seseorang cenderung ingin segera membelanjakan hasil investasi jangka pendek.

Padahal, menurut Monicha, investasi mestinya dilakukan untuk waktu yang lebih panjang dengan tujuan tidak sekedar untuk konsumtif.

"Mindset jangka pendek, generasi sekarang semuanya serba instan. Jadi kadang nggak sabar. Lihat untung dikit, hura-hura. Padahal the beauty of investing itu kalau terus dilakukan secara disiplin dalam jangka waktu yang panjang supaya compound interest nya, bunga impactnya eksponensial," ujar Monicha.


Menakar Imbas Pemilu 2024 ke Pasar Saham Indonesia, Modal Asing Bakal Mampir atau Kabur?

Money Buzz: Raup Cuan Jelang Pemilu Tahun Depan, Selasa (13/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Sebelumnya, pemilihan Umum (Pemilu) yang akan berlangsung pada 2024 turut menjadi sentimen pasar modal Indonesia.  Head of Equity Research & Strategy, Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer cukup optimistis pasar modal akan mencatatkan tren positif sepanjang periode tersebut.

Keyakinan itu merujuk pada tren pemilu sebelumnya yang secara historis tetap positif meski berlangsung usai krisis. Misalnya, seperti pada pemilu 2024, yang terjadi setelah ada taper tantrum pada 2013. Kemudian pemilu 2009 terjadi setelah global financial crisis 2008. Di sisi lain, kondisi fundamental ekonomi dalam negeri sejauh ini juga terpantu cukup resilien.

"Kita melihat masih optimistis di semester II 2023. Kita melihat dari sisi inflasi Indonesia yang sudah terkendali dengan kedisiplinan fiskal dan monetary policy dari pemerintah, maka sebenarnya memiliki ruang di semester II ini untuk bisa genjot sedikit untuk pertumbuhan konsumsi dan juga pertumbuhan ekonomi domestik. Maka harusnya pada saat itu terjadi, akan tampak lebih positif ke bursa saham," ujar Adrian dalam Money Buzz - Raup Cuan Jelang Pemilu Tahun Depan, Selasa (13/6/2023).

Dari sisi valuasinya, Adrian mengatakan, pasar saham RI tidak berada pada posisi overvalue dibandingkan dengan negara-negara seperti Amerika atau Thailand untuk emerging market.

"Mereka secara valuasi jauh di atas Indonesia, dan kita punya valuasi itu saat ini berada di level 13 kali PE rationya, sehingga kalau saya melihat harusnya secara risk reward lebih positif," imbuh Adrian.

Adapun faktor yang lebih mendominasi pasar saham tahun depan lebih pada faktor global, di mana ada kemungkinan investor melakukan rotasi portofolio menyesuaikan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Informasi saja, saat ini pasar usnag di Amerika memberikan imbal hasil di atas 5 persen.

 


Jika The Fed Pangkas Suku Bunga

Money Buzz: Raup Cuan Jelang Pemilu Tahun Depan, Selasa (13/6/2023). (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Namun, jika The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuan pada 2024, pasar negara bekembang )emerging merket) termasuk Indonesia masih cukup menarik.

"Jadi saya melihat bahwa penguatan bursa saham yang terjadi di 2014, 2019 maupun pemilu 2009, sama-sama terjadi setelah efek tightening. Seperti 2024, terjadi setelah ada taper tantrum di 2013. Kemudian pemilu 2009 terjadi setelah global financial crisis 2008. Kali ini, kita lihat tightening (suku bunga) sudah mencapai puncaknya. Sehingga harusnya pattern-nya mungkin bisa agak mirip. Sehingga kita melihat optimis ke bursa saham di tahu ini," tutur Adrian.

Potensi Dana Investor Asing

Pada kondisi tersebut, Adrian mengatakan potensi masuknya dana asing terbuka lebar. Sebagai gambaran, dia menjabarkan terdapat capital outflow atau dana asing yang kabur dari Indonesia pada akhir 2022 hingga awal tahun ini mencapai Rp 24 triliun.

Namun, kondisi tersebut telah berbalik, bahkan dana asing masuk tercatat lebih besar. Kaburnya dana investor asing pada Desember lalu ditengarai pembukaan ekonomi China. Sehingga terjadi kekhawatiran di benak investor mengenai proyeksi ekonomi Indonesia yang ditakutkan tidak lagi menjadi primadona. Namun, seiring berjalannya waktu, Indonesia kembali kebanjiran dana asing ditopang kondisi ekonomi dalam negeri yang cukup baik.

 


Aksi Investor Asing

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Jadi meskipun investor pasti tahu tahun depan adalah tahun pemilu, tapi kita lihat secara fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh lebih baik strukturnya. Sudah terjadi hilirisasi, pembangunan infrastruktur yang sangat masif. Jadi secara fondasi ekonomi sudah jauh lebih baik dari sisi current account deficit, dari sisi ketahanan eksternal faktor kita juga lebih baik. Jadi saya melihat bahwa YTD ini cukup menarik," ujar Adrian.

"Jadi investor asing sudah melakukan penjualan sebesar Rp 24 triliun di Desember dan Januari. Angka tersebut balik arah sebesar hampir sama yaitu Rp 24-25 triliun di periode Februari tahun ini hingga kemarin. jadi kalau kita lihat bahwa investor asing pun sebenarnya masih cukup optimis dengan bursa saham Indonesia," ia menambahkan.

Tren serupa disebutkan juga terjadi di pasar obligasi. Di mana inflow sata ini tercatat sudah mencapai Rp 70 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berkisar Rp 40-50 triliun.

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya