Liputan6.com, Manila - Bocah perempuan usia sembilan tahun di Filipina terpaksa bertahan dengan gunting yang menancap di kepalanya selama seminggu lantaran orang tuanya tidak mampu membiayai operasi.
Dilansir Mirror, Selasa (11/7/2023), anak bernama Nicole Raga itu sedang bertengkar dengan adik laki-lakinya soal sebatang pensil hingga kemudian adiknya memukul kepala Nicole dengan ransel yang ternyata berisi gunting.
Advertisement
Sontak, gunting menancap di kepala Nicole. Peristiwa ini terjadi pekan lalu, tidak disebutkan detail waktunya.
Mengetahui insiden itu, ayah Nicole, Rene, langsung melarikan putrinya ke rumah sakit. Namun sayangnya, dia tidak bisa membayar biaya operasi darurat sebesar 30.000 peso atau sekitar Rp8,2 juta.
Nicole pun dipaksa bersabar di rumah sakit selama seminggu dalam kondisi gunting masih tertancap di kepalanya.
Tante Nicole, Kim Abrenica, mengisahkan bagaimana keponakannya merasa tidak nyaman karena tidak bisa leluasa bergerak.
"Keponakan saya tidak kesakitan, namun dia bosan. Ingin jalan-jalan dan bermain," tutur Kim.
Nicole akhirnya menjalani bisa menjalani operasi setelah mendapat sumbangan warga. Dia kini dalam proses pemulihan di rumah sakit di Kota General Santos.
"Saya berterima kasih kepada semua orang yang telah memberikan bantuan. Kami orang miskin, jadi saya tidak tahu dari mana mendapatkan uang untuk operasi. Saya sangat beruntung banyak orang menyumbangkan uang dan berdoa untuk Nicole," ujar Rene.
"Dokter mengatakan bahwa Nicole akan pulih sepenuhnya. Tidak ada kerusakan pada otaknya dan lukanya akan sembuh. Dia akan kembali normal dengan sangat cepat. Namun, dia harus berhati-hati."
Pelajaran bagi Orang Tua Lain
Berkaca dari pengalaman pahitnya, Rene mengajak para orang tua agar lebih berhati-hati.
"Menurut saya, penting bagi orang tua untuk memeriksa kondisi rumah... Benda tajam seperti gunting atau pisau harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak," kata Rene.
"Kami telah memeriksa semuanya di rumah untuk memastikan tidak ada yang berbahaya. Kami tidak ingin hal seperti ini terulang."
Advertisement