Liputan6.com, Jakarta - Video seorang anak terkapar tak berdaya dengan luka bakar di punggung hingga ke bagian bokong viral di media sosial. Anak perempuan berusia 7 tahun itu ternyata korban perundungan temannya sendiri. Warga Dusun Doplang II, Desa Pakis, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu dibakar temannya saat ingin jajan ke warung yang tak jauh dari rumah korban pada Sabtu, 24 Juni 2024 silam.
Advertisement
Kakak korban, Farahma Dina menceritakan, saat berjalan menuju warung, korban diadang oleh temannya.
"Saat dicegat, dia dijenggung (ditoyor) lalu rambutnya dibakar, juga di bagian rok bawahnya. Saat dibakar, dia berteriak meminta tolong, tapi tidak ada orang di sekitarnya," kata Dina kepada wartawan, Selasa (11/7/2023).
Merasakan rambut dan pakaiannya terbakar, korban yang masih kecil lalu berlari mencari pertolongan, lantaran lokasi pengadangan pelaku terjadi di kebun yang sepi.
"Kejadian itu pas siang hari," katanya.
Tetangga korban yang melihat itu langsung berusaha memadamkan api menggunakan air yang ada di masjid. Korban pun langsung dibawa ke bidang lalu dirujuk ke RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Usai kejadian itu, korban dirawat sampai 9 hari, namun sekarang sudah kembali ke rumah meski belum sembuh total.
Keterbatasan Biaya Pengobatan
Keterbatasan biaya membuat korban tidak bisa datang lagi ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan, sehingga perawatan harus dilakukan keluarga sendiri di rumah.
Bukan hanya luka bakar, gadis kecil itu juga mengalami trauma yang mendalam, bahkan korban seperti ketakutan saat jendela rumahnya dibuka.
Dibagikan di Media Sosial
Video korban terkapar dengan luka bakar di punggung diunggah banyak akun di media sosial. Salah satunya akun Instagram @yuni.rusmini.58.
Dalam unggahannya itu pemilik akun menuliskan:
"Seorang bocah perempuan di Kabupaten Semarang Jawa Tengah mengalami luka bakar serius di bagian punggung dan pantat karena dduga dibakar oleh temannya sendiri saat hendak membeli jajanan di warung. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit dan disarankan untuk berobat jalan, namun keterbatasan ekonomi membuat korban hanya dirawat mandiri oleh orangtuanya di rumah."
Advertisement