Liputan6.com, Jakarta Virus rubella membawa dampak signifikan bagi seorang warga Pangkalan Balai, Banyuasin, Sumatera Selatan, Santi.
Akibat terserang virus tersebut saat hamil, ibu berusia 37 ini akhirnya melahirkan buah hati dengan disabilitas.
Advertisement
Sang putra, Aidil menyandang berbagai disabilitas seperti disabilitas daksa, disabilitas netra, Tuli, dan tuna wicara.
“Enggak bisa bicara, enggak bisa dengar, enggak bisa lihat,” kata Santi kepada Disabilitas Liputan6.com saat ditemui dalam rancakaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Rimba Balai, Banyuasin, pada Kamis, (6/7/2023).
Bocah yang lahir pada 2010 ini memiliki perawakan kurus dan tidak bisa hidup mandiri tanpa bantuan orangtuanya.
Sehari-hari, ia hanya bisa tidur di ayunan tanpa bisa bermain seperti anak-anak seusianya. Untuk berjalan, ia harus berpegangan ke dinding atau dipapah oleh orang lain.
Meski begitu, bocah usia 12 ini bukan anak yang rewel kecuali jika sedang sakit.
“Enggak rewel, kalau sakit agak rewel,” ujar Santi.
Sejauh ini, Aidil tidak sering dibawa ke rumah sakit. Dulu, ia pernah menjalani operasi katarak, sayangnya operasi itu tidak berhasil.
“Enggak sering ke rumah sakit, paling setahun ke Palembang periksa mata, matanya katarak pernah operasi tapi enggak berhasil, dari lahir memang sudah ada katarak.”
Terima Bantuan Kursi Roda
Kedatangan Santi dan Aidil ke Desa Rimba Balai adalah untuk menerima bantuan kursi roda dari pemerintah.
Terlihat kursi roda khusus anak sudah mejeng di depan tenda. Santi pun mengaku senang bisa mendapat bantuan tersebut.
“Senang, enggak nyangka bisa dapat bantuan. Awalnya dari kelurahan datang ke rumah dan dibilang mau dapat bantuan,” katanya.
Menurut Santi, bantuan ini datang dari Kementerian Sosial dan kursi roda yang didapat pun disesuaikan dengan kebutuhan Aidil.
Advertisement
Acara Dihadiri Wapres Ma’ruf
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Presiden Ma’ruf Amin hadir dalam acara tersebut. Kedatangannya sekaligus meninjau Kampung Keluarga Berencana (KB) yang kini sedang dalam masa pembangunan perumahan bagi keluarga berisiko stunting.
Dalam kesempatan tersebut, Ma’ruf membahas soal peran keluarga dalam mencegah stunting dan membangun bangsa yang kuat.
Menurutnya, masalah stunting bukan semata persoalan tinggi badan.
“Namun yang lebih buruk adalah dampaknya terhadap kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan kecerdasan, dan kalah dalam persaingan.”
Ia menambahkan, saat ini prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen, sementara target yang ingin dicapai adalah 14 persen pada 2024.
Artinya, setiap tahunnya Indonesia harus bisa menurunkan 3,8 persen sehingga nantinya target bisa tercapai. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.
Perkokoh Peran Keluarga
Seluruh keluarga Indonesia perlu memperkokoh peranannya dalam mencetak generasi penerus yang bebas stunting, lanjut Ma’ruf.
Anak-anak harus sehat secara fisik dan mental. Karena, kelak mereka akan menjadi generasi yang mampu mengguncang dunia.
Dalam sambutannya, Ma'ruf Amin juga mengatakan bahwa keluarga merupakan kunci dalam membentuk generasi masa depan dan mengatasi stunting.
“Keluarga harus menjadi aktor kunci dalam mengatasi stunting. Memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan," ujar Ma’ruf.
Advertisement