Petinggi Software AR Google Mundur, Visi Perusahaan Disebut Tidak Jelas

Mark Lucovsky, mantan petinggi Google di bidang AR, memutuskan mundur dan menyebut bahwa komitmen perusahaan untuk bidang tersebut tidaklah stabil

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Jul 2023, 13:00 WIB
Google. Pawel Czerwinski/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Mark Lucovsky, mantan petinggi Google untuk bagian Augmented Reality (AR), memutuskan untuk mundur dari perusahaan teknologi itu.

Lucovsky pun tidak lagi menjabat sebagai Senior Director of Engineering, yang bertanggung jawab untuk platform OS dan Software untuk perangkat AR dan XR di Google.

Lucovsky mengutip alasan pengunduran dirinya juga terkait perubahan dalam kepemimpinan dan komitmen AR, serta visi Google yang menurutnya tidak jelas.

"Saya telah memutuskan untuk mundur dari peran saya di Google, di mana saya menjabat sebagai Director of Engineering, yang bertanggung jawab atas Platform OS dan Software untuk perangkat AR dan XR," ujarnya.

"Perubahan baru-baru ini dalam kepemimpinan AR dan komitmen serta visi Google yang tidak stabil telah sangat membebani keputusan saya," kata Lucovsky melalui Twitter-nya, seperti dikutip dari 9to5Google.

Mengutip The Verge, Rabu (12/7/2023), cabutnya Lucovsky menambah tantangan yang dihadapi tim Google AR dalam beberapa bulan terakhir, termasuk PHK dan mundurnya mantan kepala VR Clay Bavor.

Pada bulan Juni, Insider melaporkan Google tampaknya telah menyerah pada rencananya untuk pengembangan kacamata AR, dengan kode nama Project Iris. Ini juga menghentikan Google Glass Enterprise Edition.

Lucovsky sebelumnya bekerja di Facebook selama empat tahun, di mana dia menjabat sebagai General Manager Oculus VR. Dia bergabung dengan Google pada tahun 2021 untuk memimpin tim OS untuk AR di Google.


Google Hentikan Pengembangan Proyek Kacamata AR Iris

Kacamata Augmented Reality Google Iris. (Google)

"Ke depan, saya ingin sekali mengeksplorasi peluang yang memungkinkan saya untuk lebih memajukan teknologi Augmented Reality dan interseksinya dengan AI generatif," kata Lucovsky lebih lanjut.

"Saya mendekati bab berikutnya dengan antusiasme dan antisipasi untuk kemungkinan-kemungkinan menarik yang terbentang di depan," imbuhnya.

Usai mundurnya Lucovsky, upaya AR dipindahkan ke divisi Platforms & Ecosystems (Android, Chrome/OS, dll.) di bawah Hiroshi Lockheimer, serta Devices & Services (Pixel, Nest, Chromecast) Rick Osterloh.

Dengan peluncuran headset Quest 3 dan Apple Vision Pro, industri Mixed Reality pun jadi semakin ramai dan jauh lebih kompetitif.

Google sebelumnya memutuskan untuk menghentikan proyek kacamata AR yang secara internal dikenal dengan proyek Iris. Pilihan ini diambil perusahaan untuk fokus pada pengembangan perangkat lunak AR. 

Dikutip dari The Verge, Senin (3/7/2023), pemberhentian ini juga akan berdampak pada fitur transkripsi dan navigasi di kacamata yang disebut akan diuji coba secara publik.


Sejumlah Tantangan yang Dihadapi AR Google

Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Meski telah dikerjakan selama bertahun-tahun, penghentian ini hadir menyusul gelombang pemutusan kerja (PHK) dan perombakan perusahaan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Alasan lain mungkin memengaruhi keputusan tersebut adalah kepergian Clay Bavor, selaku mantan Kepala Augmented Reality dan Virtual Reality Google. Hengkangnya Clay disebut karena ia ingin membentuk sebuah startup dengan co-CEO Salesforce, Bret Taylor. 

Dilansir Engadget, hal ini menjadikan Google terus mengubah strateginya untuk kacamata Iris, yang menimbulkan kebingungan dan frustasi bagi anggota tim proyek ini.

Sebelumnya, perangkat ini dilaporkan dapat meluncur pada tahun 2024 dengan versi awal menyerupai produk Focals dari perusahaan asal Kanada, North, yang telah diakuisisi Google.

 


Masih Ambisi Kembangkan AR

Kantor pusat Google. Foto: Digital Trends

Google juga sempat merilis video demonstrasi dari versi terbarunya yang menunjukkan fitur terjemahan AR secara real-time. Sayangnya, kacamata Iris tidak akan lagi dikembangkan, setelah empat bulan ditinggal oleh kepala proyek. 

Meskipun gagal membuat perangkat keras AR, Business Insider menyatakan Google masih berambisi dalam mengembangkan augmented reality yang lebih besar. 

Kini, Google disebut sedang membangun sebuah platform perangkat lunak AR. Rencananya, platform ini akan mengadopsi model bisnis dengan software AR yang dapat dilisensikan kepada produsen lain.

Sistem tersebut mirip dengan cara Google menyediakan Android untuk ekosistem ponsel yang luas. 

Selain mengembangkan Android XR untuk perangkat wearable “extended reality milik Samsung, raksasa teknologi ini juga dikabarkan sedang mengerjakan platform baru yang disebut “micro XR”. 

(Dio/Isk)

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya