Liputan6.com, Jakarta Para prajurit TNI AD di Papua tengah berduka. Salah satu rekannya meninggal dunia akibat digigit oleh nyamuk Anopheles yang sebabkan malaria.
Mendiang Muhammad Ardiansyah Taena meninggal dunia saat melaksanakan Satgas Pamtas Mobile di wilayah Papua. Upacara pengantaran jenazah sudah dilakukan pada Minggu, 9 Juli 2023 lalu.
Advertisement
"Almarhum Pratu (Anumerta) Muhammad Ardiansyah Taena meninggal dunia dikarenakan sakit malaria ketika melaksanakan Satgas Pamtas Mobile Wilayah Papua TA 2023," tulis keterangan dalam rilis yang disampaikan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) ditulis Rabu, (12/7/2023).
"Upacara pengantaran dimulai pukul 15.55 WITA secara militer. Setelah upacara, jenazah kemudian diterbangkan menuju Manado untuk dibawa ke rumah kediaman di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara," sambung keterangan itu.
Seperti diketahui, malaria disebabkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Malaria
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr Imran Pambudi mengungkapkan ciri-ciri nyamuk penyebab malaria satu ini.
Imran menjelaskan, nyamuk Anopheles akan mulai menggigit saat petang. Tepatnya pukul enam sore sampai enam pagi, di dalam maupun luar rumah.
"Salah satu ciri khas dari nyamuk Anopheles ini adalah kalau menggigit itu nungging," ujar Imran saat konferensi pers Peringatan Hari Malaria Sedunia 2023 beberapa waktu lalu.
Ada pun ciri lain dari nyamuk Anopheles. Biasanya, menurut Imran, nyamuk Anopheles akan ditemukan di daerah yang banyak genangan air.
"Nyamuk ini pada umumnya ditemukan di daerah-daerah yang terdapat genangan air. Seperti di rawa, lagun, muara sungai," kata Imran.
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Penyebab Malaria
Lebih lanjut Imran mengungkapkan bahwa siklus hidup nyamuk Anopheles terjadi kurang lebih 8-12 hari. Nyamuk akan berkembang mulai dari telur hingga menjadi dewasa dalam kurun waktu tersebut.
"Siklus hidup nyamuknya itu antara 8-12 hari. Mulai dari telur hingga nyamuk dewasa," ujar Imran.
Sebelumnya, keterangan Kemenkes RI pun menyebutkan jikalau malaria memang lebih banyak terjadi di Indonesia Timur.
Setidaknya 80 persen kasus disumbang oleh daerah-daerah di sana, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku.
Advertisement
Banyaknya Kasus Malaria di Indonesia Timur
Dalam kesempatan berbeda, Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Dr dr Maxi Rein Rondonuwu pernah mengonfirmasi bahwa penyakit malaria didominasi oleh daerah Indonesia Timur.
"Saat ini memang paling banyak Malaria itu 80 persen di wilayah Timur," ujar Maxi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Maxi menyebutkan, penanganan Malaria di Indonesia sendiri sudah masuk dalam prioritas nasional demi mendukung eliminasinya pada 2030.
"Jumlah kasus Malaria di Indonesia pada tahun 2021 ditemukan sebanyak 304.607 kasus. Jumlah ini sebenarnya menurun dibandingkan pada tahun 2019," kata Maxi.
Target Eliminasi Malaria di Indonesia
Berdasarkan jumlah kasus tersebut diketahui angka kasus kesakitan malaria, yang dinyatakan dalam indikator Annual Parasite Incidence (API) ada sebesar 1,1 kasus per 1000 penduduk.
"Rata-rata nasional saat ini yang tertinggi itu di wilayah Timur. Terutama Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku," ujar Maxi.
"Kita ingin tahun 2030 itu sudah eliminasi Malaria di nasional, di Indonesia," pungkasnya.
Advertisement