Helikopter yang Hilang di Dekat Gunung Everest Ternyata Jatuh, 6 Penumpang Tewas

Pihak berwenang setempat di Nepal mengatakan korban tewas akibat helikopter jatuh di dekat Gunung Everest terdiri dari seorang pilot laki-laki dan lima turis Meksiko.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 12 Jul 2023, 20:00 WIB
Sebuah helikopter yang membawa jenazah korban kecelakaan helikopter tiba di Kathmandu, Nepal, Selasa, 11 Juli 2023. (AP Photo/Niranjan Shrestha)

Liputan6.com, Jakarta - Helikopter yang sempat diberitakan hilang ternyata jatuh saat melakukan perjalanan wisata di atas Gunung Everest, menurut pejabat setempat di Nepal. Enam orang dinyatakan tewas pada Selasa pagi, 11 Juli 2023.

Mengutip dari Daily Mail, Rabu (12/7/2023), jenazah lima turis Meksiko terdiri dari dua pria dan tiga wanita. Seorang lainnya adalah pilot pria asal Nepal. Namun, penyebab helikopter jatuh itu belum diketahui secara jelas.

"Keenam jenazah telah ditemukan dan dibawa ke Kathmandu," para pejabat mengumumkan, saat petugas layanan darurat terlihat membawa kantong jenazah dari helikopter yang kembali.

"Jenazah hancur," kata Sita Adhikari, seorang pejabat setempat di wilayah tersebut.

Seorang saksi mata setempat, Nima Tshering Sherpa, mengatakan helikopter itu jatuh di lereng bukit yang lebat. Keluarga beranggotakan lima orang, termasuk yang berusia 98 dan 95 tahun, berada di dalam pesawat yang diterbangkan oleh seorang pilot Nepal ketika jatuh di daerah Lamajura.

Penerbangan Manang Air sedang menuju ibu kota Kathmandu dari dekat Lukla, pintu gerbang ekspedisi pendakian ke puncak tertinggi dunia. Mereka kehilangan kontak delapan menit setelah lepas landas, menurut Otoritas Penerbangan Sipil Nepal (CAAN) dalam sebuah pernyataan.

Helikopter yang dioperasikan oleh Manang Air, lepas landas setelah pukul 10 pagi waktu setempat dan kehilangan kontak dengan kontrol lalu lintas udara dalam beberapa menit. Pesawat itu menuju ke Kathmandu, ibu kota Nepal dari Surke, kota kecil terdekat di wilayah terpencil dekat Gunung Everest.


Detail Nama Penumpang

Gunung Everest (sumber: unsplash)

Pada Selasa malam, otoritas penerbangan Nepal mengidentifikasi kelima penumpang antara lain Kapten Chet B Gurung sebagai pilot. Juga dilaporkan bahwa kelima penumpang tersebut adalah anggota keluarga yang sama: Sifuentes G. Fernando (95), Sifuentes Rincon Ismail (98), Sifuentes Gongalez Abril (72), Gongalez Olacio Luz (65), dan Sifuentes G. Maria Jese (52).

Perusahaan menyampaikan belasungkawa kepada kerabat penumpang dan mengatakan akan terus bekerja sama dan memberikan informasi kepada pihak berwenang setempat. Sebelumnya, dua helikopter dikerahkan untuk pencarian dan penyelamatan tetapi tidak dapat mendarat di lokasi kecelakaan karena cuaca buruk. "Tim di lapangan membawa jenazah ke helikopter yang bisa mendarat di dekatnya," kata Tiwari.

Lhakpa Sherpa, seorang warga setempat yang ikut dalam upaya pencarian dan penyelamatan, mengatakan bahwa pemandangan itu 'sangat menakutkan'. Sepertinya helikopter pertama kali bertabrakan dengan pohon dan kemudian terbanting ke lantai.

"Kecelakaan ini telah menyebabkan lubang kecil di tanah," katanya.  


Kondisi Cuaca Buruk

Pesawat itu lepas landas pada pukul 10.04 waktu setempat dari Surke ke distrik Solukhunvhu. Setelah 10 menit terbang, helikopter itu kehilangan kontak. (AP Photo/Niranjan Shrestha)

Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal mengaku bersedih atas insiden tersebut, berdasarkan cuitan akun Kantor Kepresidenan di Twitter. Pejabat Bandara Sagar Kadel mengatakan kondisi cuaca sebelumnya juga menyebabkan perubahan pada rencana rute penerbangan helikopter Manang Air.

Biasanya penerbangan ditunda dan rute diubah selama musim hujan di tengah hujan lebat. Helikopter tersebut awalnya diyakini hilang sebelum petugas menemukan puing-puing di sekitar Lamjura Pass Kecamatan Solukhumbu. Polisi mengatakan mereka yakin kecelakaan itu terjadi sekitar 3.500 meter (hampir 2,2 mil) di atas permukaan laut. 

Mengutip dari laman Global Liputan6.com, 29 April 2023, sebanyak 463 izin sudah diberikan oleh Nepal kepada pendaki di ekspedisi musim semi ke Gunung Everest. Ratusan izin tersebut dikeluarkan meski ahli mengkhawatirkan akan terjadi kepadatan di puncak yang mungkin berbahaya. 

Sekitar 367 pendaki pria dan 96 wanita dari 65 negara sejauh ini sudah mendapat izin untuk mendaki gunung tertinggi di dunia yang terletak di sisi Nepal, Yubaraj Khatiwada. Direktur Departemen Pariwisata Nepal mengungkapkan pendaki gunung asal Amerika dan China menempati urutan teratas daftar pendaki.


Izin Pendakian ke Gunung Everest

Pemandangan Gunung Himalaya, Gunung Kangtega (ketinggian 6782 meter) dari desa Khumjung di wilayah Everest, sekitar 140km timur laut Kathmandu (16/4). (AFP Photo/Prakash Mathema)

Melansir dari BBC, Sabtu, 29 April 2023, diketahui bahwa musim semi disebut sebagai waktu utama atau terbaik untuk mendaki Gunung Everest. Meskipun beberapa pendaki mungkin lebih memilih menelusuri gunung itu di musim gugur yang walaupun tak lebih menguntungkan.

Sebagian besar pendaki mencoba mendaki puncak Everest pada bulan Mei. Biasanya setelah pertengahan Mei, suhunya lebih hangat dan angin di ketinggian yang dikenal sebagai jet stream telah menjauh dari pegunungan.

Timing yang pas ini sangat berhubungan dengan keselamatan para pendaki. Setiap langkah yang diambil para pendaki telah terlebih dahulu melewati pertimbangan dan perencanaan, keselamatan tetap jadi yang paling utama.

Situasi dan kondisi ekstrem di atas gunung menjadi tantangan besar. Untuk mencapai puncak, para pendaki membutuhkan waktu lebih dari empat minggu. Para pendaki, bersama anggota staf dan pemandu Sherpa, bakal menghabiskan hampir dua minggu mendaki ke base camp Everest, yang berada di ketinggian sekitar 5.200 meter. 

Infografis Risiko Bencana di Daerah Wisata. (Dok: Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya