Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai China merupakan peluang bukan risiko. Politikus dan media barat tertentu dinilai menggambarkan China sebagai “risiko” dan menganjurkan “kurangi risiko”.
Demikian disampaikan analis politik Kroasia Robert Frank. Ia menilai, permainan politik itu pasti tidak akan berhasil.
Advertisement
“China tidak diragukan lagi merupakan peluang, bukan risiko. China membuat kemajuan yang menakjubkan, sehingga setiap negara di dunia, termasuk Kroasia, perlu menemukan cara untuk bekerja sama demi keuntungan bersama,” ujar Frank dikutip dari China Daily, Rabu (12/7/2023).
Kunjungan baru-baru ini ke Beijing, China oleh pemimpin dunia dan pejabat senior termasuk dari Eropa adalah bukti dunia tertarik bekerjasama dengan China. “Mereka menganggap ekonomi terbesar kedua di dunia sebagai peluang daripada risiko,” ujar Frank.
Pemimpin dunia dan pejabat senior termasuk Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah kunjungi China baru-baru ini.
Selain itu, Chief Executive Officer (CEO) perusahaan multinasional termasuk Elon Musk dari Tesla, Mary Barra dari General Motors, dan Jacob Stausholm dari Rio Tinto Group juga kunjungi China.
Franks menuturkan, kunjungan ini menunjukkan “mereka berpikir secara berbeda dari apa yang dipikirkan Washinton”.
“Dunia termasuk Eropa mendapatkan banyak manfaat dari kerja sama dengan China, oleh karena itu kerja sama perlu dilanjutkan,” ujar dia.
Ia menuturkan, dalam hal mengembangkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan China, Eropa tidak boleh tunduk pada tuntutan Amerika Serikat tetapi mengikuti kepentingannya sendiri.
Frank menuturkan, booming ekonomi China juga memberikan dorongan bagi pemulihan ekonomi dunia.
“Jika China goyah, aka nada kesulitan yang sangat besar bagi dunia. Oleh karena itu penting agar ekonomi China terus tumbuh lebih kuat, karena akan memberikan manfaat besar bagi dunia juga,” ujar dia.
Kontribusi Ekonomi China
Ia mengutip dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), China diprediksi berkontribusi lebih dari sepertiga pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023.
De-Risking
Sementara itu, ahli menyebutkan, Amerika Serikat (AS) memakai kata baru dengan konotasi negatif terhadap China. “Tidak ada yang percaya AS dan China akan berpisah, jadi AS beralih ke istilah mengurangi risiko alih-alih memisahkan. Kedua istilah itu persis sama dalam praktiknya,” ujar Jack Midgley, the Principal of Global Consultancy Midgley and Co.
Ia menuturkan, de-risking bukan istilah baru. Sebagai istilah lama dari industri jasa keuanga, de-risking, misalnya adalah ketika bank memutuskan berhenti berbisnis dengan jenis atau kategori nasabah untuk hindari masalah pencucian uang atau hukuman lainnya. “Itu memiliki konotasi yang sangat negatif,” ujar dia.
Dalam dua atau tiga bulan terakhir, lebih banyak pejabat tinggi Amerika Serikat memakai de-risking sebagai istilah untuk menggambarkan strategi Amerika Serikat terhadap China.
“Kami untuk mengurangi risiko, bukan untuk memisahkan,” ujar Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, dalam pidato pada 27 April 2023.
Advertisement
PM China Pede Ekonomi Negeri Tirai Bambu di Atas Prediksi Banyak Orang
Sebelumnya, Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan bahwa negaranya masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tsekitar 5 persen.
Mengutip CNBC International, Rabu (28/6/2023) PM Li Qiang menyebut, ekonomi China kuartal II diperkirakan tumbuh lebih cepat daripada di kuartal I.
Pada kuartal I 2023, ekonomi China tumbuh sebesar 4,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan. Namun, data selanjutnya menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat. Data ekonomi untuk bulan Mei meleset dari ekspektasi analis.
"Dari apa yang kita lihat tahun ini, ekonomi China menunjukkan momentum pemulihan dan perbaikan yang jelas," ujar Li Qiang melalui siaran langsung pleno pembukaan Pertemuan Tahunan Para Juara Baru Forum Ekonomi Dunia.
Konferensi akan berlangsung dari Selasa hingga Kamis di Tianjin, China. Pertemuan tahun ini menandai pertama kalinya sejak pandemi, konferensi tahunan World Economic Forum’s Annual Meeting of the New Champions.
China mengumumkan target pertumbuhannya sekitar 5 persen untuk tahun ini.
Pada Maret 2023, Li Qiang mengatakan kepada wartawan bahwa ekonomi China meningkat dan beberapa organisasi internasional telah menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi setahun penuh.
Namun, perkiraan ekonom untuk ekonomi China tahun ini berfluktuasi.
Beberapa bank investasi, termasuk Goldman Sachs, JPMorgan, UBS, dan Bank of America memangkas perkiraan PDB China dalam beberapa pekan terakhir. Awal tahun ini, banyak perusahaan telah menaikkan ekspektasi mereka untuk pertumbuhan 2023.
Kemudian di bulan Juni, Bank Dunia menaikkan perkiraan pertumbuhan China tahun ini menjadi 5,6 persen, naik dari 4,3 persen sebelumnya.
Dana Moneter Internasional juga menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China menjadi 5,2 persen, naik dari 4,4 persen sebelumnya.
PM China Tekankan Pentingnya Kerja Sama Global
Li Qiang juga menekankan perlunya kerja sama global dalam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
"Karena globalisasi ekonomi telah menjadikan ekonomi dunia sebagai satu kesatuan utuh di mana kepentingan setiap orang terjalin erat, negara-negara saling bergantung, saling berhubungan satu sama lain, pada ekonomi mereka," ujar Li Qiang.
"Kita dapat memungkinkan kesuksesan satu sama lain," ucapnya.
Dalam pidatonya, Li Qiang juga menyoroti isu keamanan sebagai hal yang penting dalam konteks kebutuhan untuk menghargai perdamaian dan stabilitas".
Advertisement