Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kondisi suhu Bumi yang hampir mendekati ambang batas 1,5 derajat celcius. Tak hanya itu, Menkeu juga menyuarakan kondisi iklim di Indonesia yang sudah menunjukkan gejala dari perubahan iklim.
"Bumi kita menurut Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC telah mengalami kenaikan temperatur 1,1 derajat celcius sejak revolusi industri. Ini artinya tinggal sedikit lagi suhu bumi mencapai 1,5 derajat celcius yang merupakan ambang batas bagi yang disebut kenaikan suhu yang menimbulkan dampak yang luar biasa bagi manusia dan kelanjutan bumi ini," ujar Sri Mulyani dalam 11th Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2023, yang disiarkan secara daring pada Rabu (12/7/2023).
Advertisement
Sri Mulyani juga menyoroti laporan yang diterbitkan World Economic Forum, Global Risk Report 2023, yang mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun mendatang 6 dari 10 risiko terbesar yang dihadapi setiap emasyarakat dan negara semuanya 60 persen adalah terkait perubahan iklim.
Indonesia sendiri, sebagai negara kepulauan, telah menghadapi konsekuensi dan risiko dari perubahan iklim. Hal itu salah satunya dari data BMKG yang menggambarkan bahwa hampir 40 tahun terakhir, dari tahun 1981 hingga 2018 Indonesia mengalami kenaikan suhu hingga 0,03 derajat celcius per tahun.
Permukaan Air Laut Naik
Permukaan air laut di Indonesia juga naik 0,8 hingga 1,2 centimeter per tahun. "Keliatannya kecil tapi kalau 40 tahun berarti bisa mencapai 40 centimeter atau menjadi setengah meter," tambah Menkeu.
Tanah di Demak Hilang
Sri Mulyani juga menceritakan pengalaman ketika pulang ke kampung halamannya di Semarang. Dirinya mendapati keluhan sejumlah tanah di daerah Demak yang sudah hilang ditelan laut.
"Jadi Indonesia sudah merasakan dan akan menghadapi implikasi yang tidak mudah dan tidak murah akibat perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca Indonesia juga cenderung mengalami kenaikan. Setiap tahun menambah 4,3 persen per tahun sejak 2010," imbuhnya.
Menkeu menyampaikan, hal ini semakin memperlihatkan bahwa perubahan iklim bukan hanya pembahasan akademik, bukan hanya topik yang atraktif dan menarik untuk didiskusikan di forum manapun, tapi sudah menjadi risiko terbesar bagi kemanusiaan dan negara manapun.
Advertisement
Dampak ke Negara Berpenghasilan Rendah
"Sayangnya, bagi negara berpenghasilan rendah dan negara berkembang, implikasi perubahan iklim akan lebih signifikan dan merusak," ujar Sri Mulyani dalam acara dikusi panel bertajuk From Commitment to Action: Safeguarding Energy Transition Towards Indonesia Net Zero Emissions 2060.
"Jadi kalau kita berharap dan menginginkan dunia ini main maju bersama, terutama bagi negara berkembang dan negara miskin untuk meneruskan upaya mencapai kemakmuran maka kemungkinan negara negara berkembang dan miskin akan menghadapi dampak yang berat dari perubahan iklim yang akan menimbulkan set back pada seluruh proses pembangunannya," sebutnya.