Liputan6.com, Jakarta Miliarder sekaligus orang terkaya di dunia, Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah meluncurkan startup barunya bernama xAI.
Melansir Channel News Asia, Kamis (12/7/2023) startup yang menggiati bidang Artificial Intelligence itu akan dipimpin oleh Musk, yang sudah menjadi CEO pembuat mobil listrik Tesla, CEO SpaceX dan pemilik Twitter.
Advertisement
Tim insinyur di xAI termasuk Igor Babuschkin, mantan insinyur di DeepMind Google, Tony Wu, yang bekerja di Google, Christian Szegedy, yang juga seorang ilmuwan riset di Google, dan Greg Yang, yang sebelumnya bekerja di Microsoft.
Dan Hendrycks, yang akan menjadi penasihat tim xAI, saat ini menjabat sebagai direktur Pusat Keamanan AI dan pekerjaannya berkisar pada risiko AI.
xAI juga mengungkapkan sedang merekrut insinyur dan peneliti berpengalaman lainnya di San Francisco Bay Area, San Fransisco, Amerika Serikat.
Sebelum meluncurkan xAI, Musk telah beberapa kali menyuarakan kekhawatirkan bahwa pengembangan AI harus dihentikan sementara dan sektor tersebut memerlukan regulasi.
Dalam acara Twitter Spaces pada Rabu malam, Musk menjelaskan rencananya untuk membangun AI yang lebih aman. "xAI akan berusaha untuk menciptakan AI yang membangun rasa ingin tahu", kata sang miliarder.
"Jika mencoba memahami sifat sebenarnya dari alam semesta, itu sebenarnya hal terbaik yang bisa saya dapatkan dari sudut pandang keamanan AI," ujar Musk.
Musk pada bulan Maret mendaftarkan sebuah perusahaan bernama X.AI Corp, yang didirikan di Nevada, menurut sebuah dokumen pengajuan.
Perusahaan itu mencantumkan Elon Musk sebagai direktur tunggal dan Jared Birchall, direktur pelaksana kantor keluarga Musk, sebagai sekretaris.
Pada April 2023, Musk mengatakan dia akan meluncurkan TruthGPT, untuk menyaingi Bard Google dan AI Bing Microsoft yang mencoba memahami sifat alam semesta.
xAI Bakal Kerja Sama dengan Gurita Bisnis Elon Musk
Perusahaan baru Elon Musk terpisah dari X Corp, tetapi akan bekerja sama dengan Twitter, Tesla, dan perusahaan lain, menurut situs web tersebut.
Sebelum mendirikan xAI, Elon Musk ikut mendirikan OpenAI, perusahaan di belakang ChatGPT, pada tahun 2015, tetapi mengundurkan diri dari dewan perusahaan pada 2018. Microsoft pun menjadi salah satu investor di OpenAI.
Advertisement
Artificial Intelligence Tak Ancam Sektor Ketenagakerjaan, AI Justru Bantu Minimalkan Kesalahan
President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih melihat dengan optimis bahwa perekonomian Indonesia bisa semakin maju bila tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
"Karena kita tidak bisa mengesampingkan juga mengenai perkembangan teknologi. Salah satu yang mendorong kemajuan atau stabilitas ekonomi di Indonesia, itu adalah pertumbuhan pasar domestik," kata Roy Kosasih kepada Liputan6.com di The Plaza, Jakarta, pada Rabu (5/7/2023).
Salah satu penyokong dalam pertumbuhan pasar domestik itu pemakaian dalam negeri seperti industri ecommerce misalnya, yang bertumbuhnya sangat besar. Berarti di situ, kehadiran teknologi teknologi yang mendukung perkembangan tersebut harus selalu kita dukung," sambungnya.
Di sisi lain, muncul kekhawatiran tentang penerapan teknologi AI yang dapat mengganti peran manusia, khususnya di sektor ketenagakerjaan. Beberapa waktu lalu, laporan World Economic Forum mengungkapkan bahwa sebanyak 83 juta pekerjaan dikhawatirkan hilang, dengan sejumlah negara yang mulai dengan cepat mengadopsi teknologi AI. Survei ini disusun berdasarkan survei terhadap lebih dari 800 perusahaan di berbagai negara.
Namun, menurut Roy Kosasih, dampak kehadiran AI pada ketenagakerjaan tidak perlu kita khawatirkan, terutama di Indonesia. Pasalnya, perkembangan teknologi AI sendiri masih memerlukan kontribusi manusia, tentang bagaimana mengoperasikannya, juga bagaimana menerapkannya di suatu platform.
"Jadi sebagai contoh, ChatGPT misalnya. yang merupakan pemrograman untuk menyusun teks atau tulisan. Di situ tetap dibutuhkan seseorang yang membantu memasukkannya, maunya digunakan (dengan cara seperti apa)," jelasnya.
"Jadi tetap harus dikendalikan oleh tenaga kerja manusia, mulai dari panduan panduannya, termasuk dari sisi kode etik, pemerintahan. Tetap nanti manusia yang harus menyusun panduannya akan seperti apa," papar Roy Kosasih.
Meningkatkan Kemampuan Tenaga Kerja
Di saat yang bersamaan, penerapan dan penggunaan AI di kehidupan sehari hari, menurut Roy Kosasih, bukan untuk menggantikan tenaga kerja manusia melainkan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.
"Jadi apa yang terjadi? (dengan AI) performa pekerjaan yang dilakukan akan jauh lebih baik, kemudian meminimalkan kesalahan, yang biasanya kalau kita sebagai manusia sulit lepas, atau mungkin saat pikiran kita terganggu oleh hal lain," katanya.
"Masalah ini bisa diminimalkan (dengan AI). Berarti hasil kerja manusia tersebut akan menjadi jauh lebih cepat, akurat, dan kalau dalam kasus seorang pimpinan, pada saat mengambil keputusan jadi jauh lebih baik. Kita pun sering mendengar, bahwa pengambil keputusan yang baik itu adalah yang berdasarkan fakta dan data. Jadi ketika kita mendapatkan akses informasi secara cepat , datanya lebih akurat, berarti keputusan yang diambil menjadi lebih baik," pungkasnya.
"Maka dari itu, untuk menjaga sektor ketenagakerjaan, yang harus kita persiapkan adalah mengedukasi setiap orang yang kita rencanakan untuk penggunaan AI ini, tentang bagaimana menerapkannya, termasuk panduan panduannya. Jadi pemahaman AI secara mendetail, juga kemudian bagaimana menggunakannya itu harus kita latih," tambah Roy Kosasih.
Advertisement