Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan Matahari berada di atas kabah pada 14-18 Juli 2023.
Adapun menurut BMKG, sebagaimana dikutip dari akun Instagramnya, Jumat (14/7/2023), fenomena Matahari di atas kabah berlangsung dua kali dalam setahun. Sebelumnya pada 26-30 Mei 2023 pukul 16.18 WIB.
Advertisement
Selain itu fenomena Matahari berada di atas kabah untuk yang kedua kalinya tahun ini adalah pada tanggal 14-18 Juli 2023 pada pukul 16.27 WIB.
Seiring dengan fenomena ini, BMKG pun mengajak masyarakat, terutama umat muslim yang ada di Indonesia bagian Barat serta Indonesia Tengah bagian barat untuk mengecek kembali kesesuaian arah kiblat.
“Ayo cek kembali arah kiblatmu, kesempatan ini hadir pada tanggal 14-18 Juli 2023 untuk wilayah Indonesia bagian Barat dan Tengah bagian barat,” kata BMKG dalam unggahannya.
Sementara itu, untuk masyarakat di wilayah Indonesia bagian Timur dan sebagian Indonesia Tengah bagian timur penentuan kembali arah kiblat bisa dilakukan saat Matahari di atas antipoda Kabah (sebalik arah kabah).
Kondisi antipoda Kabah di wilayah Indonesia bagian Timur dan sebagian Indonesia Tengah bagian timur ini terjadi setiap 14 Januari pukul 06.30 WIB dan 29 November pukul 06.09 WIB.
Cara Cek Arah Kiblat
BMKG juga mengumumkan bagaimana cara mengecek kembali arah kiblat. Adapun yang dibutuhkan dalam mengecek kembali arah kiblat adalah alat berupa bandul, tiang, atau dinding bangunan yang tegak lurus dengan tanah.
Berikut cara cek arah kiblat:
- Sesuaikan jam yang digunakan dengan jam atom BMKG, kamu bisa lihat di http://bmkg.go.id atau http://ntp.bkmg.go.id
- Gunakan alat yang dapat dijadikan tegak lurus pada permukaan yang datar. Alat bisa berupa bandul, tiang, atau dinding bangunan yang tegak lurus dengan tanah datar
- Lakukan proses kalibrasi sejak 5 menit sebelum dan sesudah 16.27 WIB atau 17.27 WITA, waktu ini merupakan waktu puncak saat Matahari berada di atas Kabah
- Perhatikan arah bayangan yang terjadi saat waktu puncak. Tarik garis dari ujung bayangan hingga ke posisi alat. Garis itulah yang menjadi arah kiblat yang telah dikalibrasi dengan posisi Matahari saat tepat berada di atas Kabah.
- Kondisi seperti ini akan terulang setiap tahunnya pada tanggal 26-30 Mei dan 14-18 Juli
Advertisement
Teleskop James Webb Pamar Potret Kelahiran Matahari
Sementara itu masih soal Matahari, teleskop antarikssa James Webb NASA, merayakan satu tahun beroperasinya mereka di luar angkasa, dengan meluncurkan sebuah gambar kelahiran bintang yang mirip matahari.
"Hanya dalam satu tahun, Teleskop Luar Angkasa James Webb telah mengubah pandangan manusia tentang kosmos, mengintip ke dalam awan debu dan melihat cahaya dari sudut jauh alam semesta untuk pertama kalinya," kata Bill Nelson, Administrator NASA.
"Setiap gambar baru adalah penemuan baru, memberdayakan para ilmuwan di seluruh dunia untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah mereka impikan," ujarnya, mengutip laman resmi NASA, Kamis (13/7/2023).
Gambar yang dipamerkan teleskop antariksa James Webb ini menampilkan wilayah pembentuk bintang kecil di kompleks awan Rho Ophiuchi.
Gambar Webb baru yang dirilis ini menunjukkan wilayah pembentuk bintang terdekat dengan kita. Kedekatannya pada 390 tahun cahaya memungkinkan untuk close-up dengan sangat detail, tanpa bintang latar di depan dalam ruang intervensi.
Nicola Fox, Associate Administrator, Science Mission Directorate NASA, Washington mengatakan, pada ulang tahun pertamanya, James Webb Space Telescope telah memenuhi janjinya untuk mengungkap alam semesta.
Menurutnya, hal ini "memberikan umat manusia harta karun gambar dan sains yang menakjubkan yang akan bertahan selama beberapa dekade."
Penjelasan NASA
NASA mencatat, gambar dari teleskop luar angkasa ini menunjukkan wilayah yang berisi sekitar 50 bintang muda, yang semuanya punya massa yang mirip dengan matahari, atau lebih kecil.
"Daerah tergelap adalah yang terpadat, di mana kepompong debu tebal masih membentuk protobintang," tulis NASA.
Sementara, pancaran bipolar besar dari molekul hidrogen, yang direpresentasikan dengan warna merah, mendominasi gambar, muncul secara horizontal di sepertiga bagian atas dan vertikal di sebelah kanan.
NASA menjelaskan, ini terjadi ketika sebuah bintang pertama kali menerobos selubung debu kosmik kelahirannya, menembakkan sepasang pancaran yang berlawanan ke luar angkasa seperti bayi baru lahir, yang pertama kali merentangkan tangannya ke dunia.
"Citra Webb tentang Rho Ophiuchi memungkinkan kita untuk menyaksikan periode yang sangat singkat dalam siklus hidup bintang dengan kejelasan baru," kata Klaus Pontoppidan, ilmuwan proyek Webb di Space Telescope Science Institute di Baltimore, Maryland.
"Matahari kita sendiri mengalami fase seperti ini, dahulu kala, dan kini kita memiliki teknologi untuk melihat awal kisah bintang lain," imbuhnya.
Advertisement