Liputan6.com, Jakarta Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk pertama kalinya tahun ini. Hal itu menyusul prospek ekonomi global yang memburuk yang membebani negara-negara ekonomi maju.
Mengutip CNBC International, Jumat (14/7/2023) IEA mengatakan permintaan minyak dunia diperkirakan akan mencapai 2,2 juta barel per hari pada tahun 2023 untuk mencapai rata-rata 102,1 juta barel per hari.
Advertisement
Ini menandai penurunan dari prediksi IEA sebelumnya untuk permintaan minyak dunia 2,4 juta barel per hari.
"Hambatan ekonomi makro yang terus-menerus, terlihat dalam kemerosotan manufaktur yang semakin dalam, telah membuat kami merevisi perkiraan pertumbuhan 2023 kami lebih rendah untuk pertama kalinya tahun ini," kata IEA dalam laporan pasar minyak bulanan terbaru yang dirilis Kamis (13/7).
"Permintaan minyak dunia berada di bawah tekanan dari lingkungan ekonomi yang menantang, paling tidak karena pengetatan kebijakan moneter yang dramatis di banyak negara maju dan berkembang selama dua belas bulan terakhir," tambah badan tersebut.
IEA juga memperkirakan, China akan menyumbang 70 persen dari peningkatan pertumbuhan permintaan minyak dunia.
Untuk tahun depan, IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak dunia akan berlanjut melambat menjadi 1,1 juta barel per hari, karena pemulihan kehilangan momentum dan seiring semakin besarnya langkah-langkah elektrifikasi dan efisiensi armada kendaraan.
Sebelum memangkas prediksinya, IEA bulan lalu mengatakan bahwa permintaan global akan hampir berhenti dalam beberapa tahun mendatang dan mencapai puncaknya sebelum akhir dekade ini, karena transisi dari bahan bakar fosil semakin cepat.
Harga minyak diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada Kamis pagi, memperpanjang kenaikan bulan ini.
Harga minyak mentah Brent berjangka dengan kedaluwarsa September naik sekitar 0,4 persen menjadi USD 80,42 per barel sekitar pukul 9 pagi waktu London, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS dengan pengiriman Agustus naik 0,3 persen, diperdagangkan USD 75,98 per barel.
Harga Minyak Dunia Naik, Menggapai Level Tertinggi Hampir 3 Bulan
Harga minyak mentah dunia naik, mencapai level tertinggi hampir 3 bulan dipicu meredanya inflasi Amerika Serikat (AS).
Harga minyak dunia naik lebih dari 1% ke level tertinggi dalam hampir 3 bulan setelah data inflasi AS menunjukkan suku bunga di ekonomi terbesar dunia itu mendekati puncaknya.
Melansir laman CNBC, Jumat (14/7/2023), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,25, atau 1,6%, menjadi USD 81,36 per barel. Harga minyak mencapai sesi puncak di level USD 81,57, tertinggi sejak 25 April.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik USD 1,14, atau 1,5%, menjadi USD 76,89. Dengan sesi tertinggi pada posisi USD 77,13, terkuat sejak 26 April.
Data pada hari Rabu menunjukkan harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juni dan mencatat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun karena inflasi terus mereda.
"Data tersebut menyebabkan indeks dolar AS turun ke level terendah sejak April 2022, yang membantu mendorong harga minyak," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.
Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. "Kami mengalami angka inflasi yang sangat rendah hari ini," kata Phil Flynn, Analis di Price Futures Group.
Dia menambahkan, kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga telah menimbulkan hambatan bagi minyak.
Advertisement
Naik 11%
Pasar mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga lagi. Tingkat yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Harga minyak telah naik lebih dari 11% dalam dua minggu, terutama sebagai tanggapan atas pemotongan pasokan dari produsen utama Arab Saudi dan Rusia, kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Struktur kontrak berjangka dari patokan global Brent menunjukkan pengetatan pasar dan bahwa OPEC dapat berhasil dalam misinya untuk mendukung pasar.
Premi kontrak Brent bulan depan menjadi kontrak enam bulan Februari 2024 naik menjadi $2,64 per barel pada hari Rabu. Pada akhir Juni, kontrak bulan depan didiskon dari kontrak enam bulan.