Liputan6.com, Jakarta PT Bumi Mineral Sulawesi sebagai anak usaha dari Kalla Grouo tengah menjalankan sejumlah proyek pembangunan di kawasan pabrik. Mulai dari pasokan energi, pasokan air, hingga smelter yang ada di kawasan.
Sesuai namanya, BMS berdiri di kawasan Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Untuk proyek pembangunan skala besar, ada dua smelter yang tengah dibangun, salah satunya akan segera rampung.
Advertisement
Mengacu pada video progres pengerjaan di PT BMS, pembangunan Ferronickel Smelting Plant sudah mencapai 90,07 persen per Juli 2023. Perusahaan menargetkan smelter ini mampu beroperasi September 2023 dan memproduksi 33 ribu ton nikel per tahun.
Kemudian, untuk pembangunan Nickel Sulfate Smelting Plant baru mencapai 6,77 persen. Terlihat dari konstruksi fisik yang baru bagian awal pembangunan. Perusahaan menargetkan smelter ini akan rampung di Juli 2024 dan memproses 31.400 ton nikel pertahun.
Bukan cuma itu, BMS juga membangun Area power house, Powerhouse BMS HEPP 3X75 MW dengan progres pengerjaan mencapai 63,58 persen. Mendukung pasokan listrik, ada pula pengerjaan Transmisi 150kV yang sudah mencapai 53,3 persen.
Lalu, ada bendungan sebagai penopang suplai air. Pembangunan Bendung Water Supply sudah mencapai 93,65 persen. Bisa dibilang, ini yang rampung lebih dulu dalam waktu dekat.
Guna memudahkan proses mobilisasi nikel untuk diproses dan setelah proses, BMS juga membangun dermaga pribadi. Private Terminal (Jetty) yang sedikit menjorok ke laut ini telah dibangun dengan progres 66,34 persen.
Secara keseluruhan, pembangunan kawasan Bumi Mineral Sulawesi sudah mencapai 54,34 persen hingga Juli 2023.
Serius Garap Energi Hijau
Diberitakan sebelumnya, Kelompok bisnis keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kalla Group menginjak usia 70 tahun. Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) disebut jadi satu prioritas yang akan diambil kedepannya.
President Director Kalla Group Solihin Jusuf Kalla menyebut bauran EBT ditarget mencapai 23 persen di 2024. Sementara, pada 2020 lalu, bauran EBT belum sampai setengahnya dari target itu. Kalla Group, melihat peluang tersebut.
Solihin mengatakan, Kalla Group memiliki komitmen dalam pemenuhan Net Zero Emission pada 2060. Dukungan terhadap visi green energy telah direalisasikan melalui anak perusahaan, yakni PT Poso Energy dan PT Malea Energy.
“Kami mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy, agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon, untuk bumi yang lebih baik,” ujarnya dalam Peringatan 70 Tahun Kalla Group, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, ditulis Sabtu (29/10/2022).
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan energi baru terbarukan. Transisi energi menjadi salah satu dari tiga topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini, dan menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.
Advertisement
Tak Bisa Kerja Sendiri
Mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pembangkit listrik berbahan bakar batu bara masih mendominasi dari total kapasitas nasional, yaitu sebesar 50 persen. Pembangkit listrik berbahan bakar gas sekitar 28 persen. Sementara itu, bauran energi baru terbarukan pada tahun 2021 sebesar 11,7 persen.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri mewujudkan green energy. Upaya ini membutuhkan kerjasama banyak pihak, termasuk swasta yang bergerak di sektor energi.
“Melalui PT Poso Energy, Kalla membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah, dan telah menghasilkan listrik sejak tahun 2012. PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 MW,” jelasnya.
PLTA Poso
PLTA Poso memanfaatkan energi dari aliran air Danau Poso. Pembangkit listrik ini terhubung ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan saluran transmisi 275 kV, dan tersambung ke Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan saluran transmisi 150 kV.PLTA Poso telah menyumbang sekitar 10,69 persen dari total bauran energi baru dan terbarukan ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
“PT Malea Energy juga mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA Malea telah beroperasi sejak tahun 2021 dengan kapasitas 90 MW. Pengoperasian PLTA Poso dan PLTA Malea telah meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8 persen,” paparnya.
Saat ini, Kalla sedang mengembangkan beberapa PLTA di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas 1.230 MW. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah, serta PLTA Kerinci Merangin.