Siswa Disabilitas di Bandung Tuangkan Kisah Asmara dan Cita-Cita dalam Karya Lagu sebagai Tugas Akhir

Dua lagu yang ditulis oleh Raihan penyandang Attention Deficit Disorder (ADD) asal Bandung terinspirasi dari pengalaman hidupnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Jul 2023, 10:00 WIB
Raihan Maulana Firdaus dan Chairul Senja adalah siswa disabilitas yang mengenyam pendidikan di Arttherapy Center Widyatama, Bandung. Foto: ATC Widyatama.

Liputan6.com, Jakarta Raihan Maulana Firdaus dan Chairul Senja adalah dua siswa disabilitas yang mengenyam pendidikan di Arttherapy Center Widyatama, Bandung.

Keduanya kini telah merampungkan karya lagu sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan. Dua lagu tersebut berjudul “Romansa Cerita" dan “Kisah Kita”.

Kedua lagu ini ditulis oleh Raihan yang menyandang Attention Deficit Disorder (ADD). Lagu-lagu ini terinspirasi dari pengalaman hidupnya. Misalnya, “Romansa Cerita” yang menceritakan pengalaman pria usia 25 itu ketika mencoba berkenalan dengan seorang wanita.

Sementara, lagu yang dibawakan Cahirul “Kisah Kita”menceritakan tentang semangat hidup untuk menggapai mimpi dan cita-cita. Chairul yang karib disapa Arul adalah penyandang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Menurut Direktur Arttherapy Center Widyatama Dadi Firmansyah, kedua lagu ini menjadi bentuk ekspresi dalam bermusik bagi Raihan dan Chairul Senja.

“Berbekal kemauan yang kuat dengan dibantu instruktur pengajar Artherapy Center Widyatama. Akhirnya, Romansa Cerita dan Kisah Kita menjadi cerita manis dan sudah siap didengarkan di layanan musik digital favorit pendengar,” kata Dadi kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Jumat (14/7/2023).

Dadi menambahkan, lagu-lagu ini membutuhkan waktu penggarapan sekitar tiga hingga empat bulan.

“Karena memang karya lagu ini di buat untuk tugas akhir jadi dalam rentang waktu satu semester pembelajaran hingga menuju proses sidangnya,” jelas Dadi.


Kendala Penggarapan Lagu

Raihan Maulana Firdaus adalah siswa disabilitas yang mengenyam pendidikan di Arttherapy Center Widyatama, Bandung. Foto: ATC Widyatama.

Tak dapat dimungkiri, selama penggarapan lagu, ada beberapa kendala yang dihadapi.

“Kendala yang sering dihadapi adalah perubahan mood siswa, karena memang kita tidak bisa memprediksi kapan mood yang baik dan tidak itu muncul pada saat penggarapan karya ini,” ujar Dadi.

Maka dari itu, lanjutnya, para pengajar harus bisa memanfaatkan semua situasi siswa di waktu produksi penggarapan lagu ataupun masa rekaman.

“Intinya para pengajar harus mampu memanfaatkan peluang untuk bisa menempatkan di mana mereka harus menyelesaikan projek sesuai jadwal yang sudah di tentukan.”


Pengalaman Berkesan Selama Penggarapan Lagu

Chairul Senja adalah siswa disabilitas yang mengenyam pendidikan di Arttherapy Center Widyatama, Bandung. Foto: ATC Widyatama.

Di balik kendala yang ada, tetap ada pengalaman berkesan saat menggarap dua lagu ini.

“Yang paling berkesan adalah proses pembuatan lirik dua lagu ini. Karena menentukan tema apa yang akan diangkat dan menjadi tantangan yang harus dikonsep secara baik dari struktur musik dan empiris si pembuat lirik.”

Sebelum pembuatan lirik, pengajar melakukan diskusi dengan Raihan yang memang ditunjuk untuk mengerjakan liriknya.

“Diskusi ini menjadi yang sangat penting perannya, bagaimana pengajar memicu imajinasi Raihan dan Chairul Senja dengan kembali menyusuri apa yang menjadi paling berkesan dalam kehidupan yang sudah pernah mereka jalani.”

Tujuannya, ketika karya itu tercipta dan mulai dipublikasikan ke masyarakat, cerita yang mereka tawarkan bisa lebih intim atau lebih mudah diterima oleh masyarakat luas.


Harapan usai Terciptanya Dua Lagu Karya Anak Disabilitas

Raihan Maulana Firdaus dan Chairul Senja adalah siswa disabilitas yang mengenyam pendidikan di Arttherapy Center Widyatama, Bandung. Foto: ATC Widyatama.

Kini dua lagu itu sudah bisa dinikmati di berbagai aplikasi pemutar lagu. Dadi berharap, dua karya ini bisa diapresiasi dan diterima semua pihak.

“Harapanya sederhana, mudah-mudahan kedua karya ini bisa diterima dan diapresiasi oleh semua pihak yang mendengarkan karya ini.”

Dadi ingin dua karya ini diterima seperti karya lainnya, bukan karena penyanyi dan penulis lagunya adalah seorang penyandang disabilitas.

“Kami tidak menjadikan kekhasan mereka menjadi objek dramatisasi semata. Ini pengoptimalan kemampuan siswa yang terarah ke industri musik.”

“Dan kami berharap karya mereka benar-benar dinilai secara objektif oleh masyarakat sebagai karya pada umumnya yang mempunyai takaran nilai bagus dan tidaknya sebuah karya seni khususnya musik,” pungkas Dadi.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya