Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merilis tinjauan terbaru terkait pemanis buatan aspartam yang berisiko menyebabkan kanker.
Namun, bersamaan dengan itu, pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration) Amerika Serikat yang pernah menyetujui aspartam pada 1974 mengkritisi WHO.
Advertisement
Menurut FDA, pemanis buatan aspartam aman. Dalam sebuah pernyataan, pihak FDA menyebut bahwa mereka tidak setuju dengan kesimpulan WHO melalui International Agency for Research on Cancer (IARC) yang menyebut aspartam berisiko menyebabkan kanker.
"Aspartam diberi label oleh WHO sebagai kemungkinan karsinogenik bagi manusia tidak berarti bahwa aspartam sebenarnya terkait dengan kanker," ujar pihak FDA seperti dikutip melalui New York Times, Jumat (14/7/2023).
Aman Bila Digunakan Terbatas
FDA menyebut bahwa bukti ilmiah terus mendukung kesimpulan bahwa aspartam aman untuk masyarakat umum bila digunakan secara terbatas.
"Hampir semua zat bisa berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan," kata pakar nutrisi di Indiana University School of Public Health-Bloomington, David Klurfeld.
"Dosisnya yang dapat menjadikan itu sebagai racun. Bahkan, nutrisi penting seperti vitamin A, zat besi, dan air juga bisa membunuh Anda dalam beberapa jam jika memang terlalu banyak dikonsumsi," sambung Klurfeld mengutip AP News.
Seperti diketahui, aspartam adalah pemanis buatan rendah kalori yang 200 kali lebih manis daripada gula biasa. Sejak puluhan tahun, aspartam telah digunakan di dunia dan kerap ditemukan dalam makanan dan minuman rendah kalori.
Anjuran WHO terkait Aspartam yang Harus Dibatasi
Pihak WHO menegaskan bahwasanya konsumsi aspartam bukan sepenuhnya harus dihentikan. Sebab, konsumsi aspartam yang sesuai dengan batasan masih diperbolehkan.
"Kami tidak menyarankan konsumen untuk berhenti mengonsumsi (aspartam) sama sekali. Kami hanya menyarankan sedikit moderasi," ujar direktur Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO, Dr Francesco Branca.
Pendapat selaras diungkapkan oleh direktur eksekutif Center for Science in the Public Interest, Dr Peter Lurie. Menurutnya, ada pilihan yang lebih mudah bagi masyarakat atau konsumen.
"Setidaknya untuk minuman, pesan kami adalah pilihan terbaik Anda adalah air putih atau minuman tanpa pemanis," kata Peter.
Advertisement
Aspartam yang Dikaitkan dengan Risiko Kanker
Lebih lanjut Branca mengungkapkan bahwa kanker telah menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global. Ilmu pengetahuan yang saat ini terus berkembang pun menilai kemungkinan faktor pemicu kanker.
Termasuk kali ini soal pemanis buatan aspartam. Selama ini, aspartam dinilai aman dikonsumsi jika sesuai batas.
Namun, menurut Branca, penilaian untuk aspartam yang terbaru menunjukkan jikalau keamanan terkait dosis penggunaannya bukanlah yang utama. Sebab, efek potensial bahaya lain sudah ditemukan meski dibutuhkan penelitian lanjutan.
"Efek potensial telah dijelaskan, yang mana perlu diselidiki oleh penelitian yang lebih banyak dan lebih baik," kata Branca.
Evaluasi Aspartam Sudah Dilakukan pada 1981
Dahulu pada 1974, aspartam disetujui oleh FDA dengan asupan harian yang dibatasi yakni sekitar 40 miligram per kilogram berat badan.
Misalnya, dengan sekaleng minuman ringan rendah kalori yang mengandung 200-300 miligram aspartam, orang dewasa dengan berat 70 kilogram perlu mengonsumsi lebih dari 9-14 kaleng per hari untuk melebihi asupan harian yang dapat diterima.
Para pakar sendiri telah mengevaluasi keamanan aspartam pada tahun 1981.
Itulah mengapa tampaknya banyak yang terkejut dan tidak setuju dengan pernyataan WHO. Sebab, selama bertahun-tahun, aspartam dianggap aman jika dikonsumsi tidak melebihi batas anjurannya.
Advertisement