Liputan6.com, Jakarta Bisphenol A atau BPA merupakan salah satu bahan kimia yang berguna untuk mengeraskan plastik, mencegah pertumbuhan bakteri dalam makanan, dan mencegah kaleng berkarat. Bahan kimia tersebut jamak ditemui dalam barang kegunaan sehari-hari, mulai dari botol bayi hingga wadah penyimpanan makanan.
Dengan kata lain, BPA dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui barang-barang tersebut. Paparan BPA yang masuk ke dalam tubuh tersebut pun dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh seseorang, terutama anak-anak.
Advertisement
Dilansir dari Mayo Clinic, paparan BPA kemungkinan dapat memberikan efek kesehatan pada otak dan kelenjar prostat janin, bayi, dan anak-anak. Selain itu, paparan BPA juga dapat meningkatkan tekanan darah, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
Selain itu, dilansir dari Public Health Columbia, para peneliti mengaitkan BPA dengan masalah perkembangan dan kesehatan pada anak-anak, termasuk kondisi belajar dan perilaku Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), kecemasan, pubertas dini pada anak perempuan, diabetes, kegemukan, dan penyakit jantung.
Berkaitan dengan itu, Pelaksana Harian Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Cucu Cakrawati Kosim mengatakan bahwa sejumlah penelitian menunjukkan BPA pada kemasan dapat terurai dan masuk dalam produk pangan.
"BPA bisa memicu berbagai masalah kesehatan otak dan kelenjar prostat pada bayi dan anak, selain juga dipercaya bisa memicu perubahan perilaku anak," katanya.
Berdampak Negatif pada Kesehatan
Ahli dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Anwar Daud mengungkapkan bahwa sejumlah studi biomonitoring yang menunjukkan paparan BPA melebihi ambang batas berdampak negatif pada kesehatan manusia. Ia menjelaskan, berdasarkan sebuah penelitian, manusia bisa terpapar BPA melalui jalur dan sumber berbeda, tetapi kemasan pangan sebagai sumber utama paparan BPA sudah terkonfirmasi.
"Sebagai xenoestrogen (tipe senyawa kimia yang mengimitasi estrogen-hormon seksual dan berperan dalam perkembangan sistem reproduksi dan karakter seks sekunder), BPA menjadi fokus perhatian para ahli terkait perkembangan sejumlah penyakit," ungkapnya.
"Sebagai contoh, beberapa studi epidemiologi melaporkan peningkatan kadar urin yang berhubungan dengan obesitas, gangguan kesuburan, dan penyakit kardiovaskular," imbuh Anwar.
The French Agency for Food, Environmental and Occupational Health & Safety atau ANSES menjelaskan bahwa paparan BPA bisa mengakibatkan janin bayi dalam kandungan terkena kanker payudara di kemudian hari.
’’Perempuan hamil yang terkena paparan BPA dapat menimbulkan risiko bagi kelenjar susu pada bayi yang belum dilahirkan,’’ tulis ANSES.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives pada tahun 2014. Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan antara paparan BPA pada wanita yang sedang hamil dengan peningkatan risiko kanker payudara pada keturunan perempuan.
Advertisement
Negara-Negara yang Batasi Penggunaan BPA
Menindaklanjuti berbagai penemuan tersebut, beberapa negara pun proaktif dalam mengambil langkah guna membatasi penggunaan BPA pada kemasan dan makanan serta minuman. Negara mana saja yang sudah mengimplementasikan kebijakan tersebut?
Pertama adalah Kanada yang melarang penggunaan BPA dalam botol bayi dan peralatan makan anak-anak sejak 2010 silam. Larangan tersebut muncul berdasarkan studi yang menunjukkan bahwa paparan BPA dapat menyebabkan gangguan hormon, masalah reproduksi, dan kesehatan bayi.
Kedua adalah Denmark yang melarang penggunaan BPA dalam botol bayi dan gelas makanan anak-anak sejak 2010. Langkah ini diambil setelah sebuah penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA dapat mengganggu hormonal dan masalah perkembangan.
Negara ketiga adalah Belgia yang melarang penggunaan BPA dalam produk bayi dan anak-anak. Larangan ini timbul berdasarkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa paparan BPA dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan menyebabkan masalah perkembangan seksual.
Keempat adalah Selandia Baru yang melarang penggunaan BPA dalam botol bayi dan gelas makanan anak-anak. Larangan ini berdasarkan temuan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa paparan BPA dapat menciptakan masalah perkembangan otak, gangguan hormon, dan risiko kanker.
Kelima adalah Malaysia yang melarang penggunaan BPA dalam botol bayi dan peralatan makan anak-anak sejak 2012 silam. Larangan ini didasarkan pada bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan antara paparan BPA dan gangguan hormonal serta risiko kesehatan.
Dan keenam, adalah Perancis yang melarang penggunaan BPA dalam kemasan makanan dari tahun 2015. Larangan tersebut keluar karena adanya efek negatif yang dihasilkan BPA untuk kesehatan manusia, khususnya pada janin dan bayi.
(*)