Liputan6.com, Yogyakarta - Kuda lumping merupakan sebuah kesenian, budaya, dan tradisi yang cukup populer di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Bahkan tarian kuda lumping menjadi tarian tradisional masyarakat Jawa yang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Mengutip dari laman Kemendikbud, kuda lumping juga dikenal sebagai jaran kepang atau jathilan. Kuda lumping merupakan sebuah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit penunggang kuda.
Menurut seorang peneliti seni asal Kanada yang tinggal di Warsawa Polandia, Monika Proba, tarian kuda lumping sebenarnya berasal dari Yogyakarta.Tarian ini menggunakan properti yang dibuat dari anyaman bambu atau bahan lain dan dibentuk menyerupai kuda.
Baca Juga
Advertisement
Anyaman itu lalu dihias dengan rambut tiruan dari tali plastik dan kain warna. Terdapat lubang pada bagian kepala kuda yang digunakan sebagai pegangan oleh para penarinya.
Selain menampilkan adegan prajurit berkuda, tarian ini juga seringkali menyajikan atraksi ekstem, seperti kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Tak jarang, mereka juga memamerkan aksi memakan beling hingga ilmu kebal terhadap deraan pecut.
Meski berasal dari Jawa, tarian ini sebenarnya juga banyak dilakukan oleh orang-orang Jawa yang menetap di Sumatera maupun di beberapa daerah di luar Indonesia. Bahkan, beberapa orang juga mementaskan tarian ini hingga ke negara lain, seperti Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang, dan Amerika.
Awalnya, atraksi kuda lumping merupakan sebuah pertunjukan untuk merefleksikan semangat juang. Tarian ini juga digunakan sebagai simbol perlawanan pasukan berkuda Pangeran Diponegoro saat melawan penjajahan Belanda.
Dalam perkembangannya, pertunjukan kuda lumping pun mulai ditambah dengan memasukkan unsur spiritual. Atraksi kuda lumping juga bisa digunakan sebagai bentuk perlawanan non-militer terhadap pasukan Belanda.
Gerakan-gerakan dalam tarian ini mencerminkan semangat heroisme dan aspek militer dari sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal itu terlihat dari gerakan yang ritmis, dinamis, dan agresif, dengan mengibaskan anyaman bambu menirukan gerakan kuda di medan perang.
Selain itu, tarian kuda lumping juga ditujukan sebagai sarana hiburan. Hingga kini, tarian kuda lumping masih sering ditampilkan di berbagai acara.
Penulis: Resla Aknaita Chak