Liputan6.com, Banyuwangi - Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi mengimbau kepada para peternak di daerahnya untuk membatasi lalu lintas ternak, terutama dari daerah endemik antraks seperti daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Plh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi Nanang Sugiaharto mengatakan, meski saat ini Banyuwangi bebas dari penyakit antraks, namun pihaknya tetap mewaspadai penyeberanya, dengan melakukan sejumlah langkah pencegahanya
Advertisement
“Untuk itu, kami tetap menjaga agar bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut tidak masuk ke wilayah kami,” ujarnya, Sabtu (15/7/2023).
Menurut Nanang, petugas kesehatan hewan di lapangan telah sosialisasi kepada para peternak, untuk mengajak tidak mendatangkan hewan ternak dari daerah endemis.
“Jadi tidak boleh mendatangkan hewan ternak dari luar Banyuwangi, terlebih lagi dari luar provinsi daerah endemis seperti Purwokarta, Yigyakarta, NTB, NTT maupun daerah lainya yang mempunyai resiko tinggi,” paparnya.
Banyuwangi, kata Nanang, masih belum melakukan vaksinasi antraks, Sebab vaksin yang terbuat dari bakteri yang dilemahkan dianggap tetap beresiko.
“Kami prinsipnya jangan sampai memasukkan sesuatu yang tidak ada di wilayah kita. Vaksin itu kan isinya bakteri yang dilemahkan. Sehingga kami meminimalisir resiko sekecil mungkin,”tegasnya.
Antraks merupakan penyakit yang bersifat zonasi, artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Spora antraks juga bisa bertahan hingga puluhan tahun di udara.
Banyuwangi Zero Antraks
Maka dari itu, antraks termasuk penyakit berbahaya yang harus diminimalisir reskio penularanya. Sehingga Banyuwangi bisa selalu bebas antraks.
“Karena di daerah Banyuwangi zero antraks, laporan penularan pada manusiapun juga tidak ada, dan smoga tidak pernah ada,”pungkasnya.
Advertisement