Pasar Saham Indonesia Mulai Positif pada Awal Semester II 2023

Momen kampanye untuk sambut pemilihan umum (Pemilu) pada semester II akan jadi katalis positif untuk laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jul 2023, 11:27 WIB
Memasuki semester II 2023, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas. Hal ini dinilai sinyal pasar saham Indonesia mulai positif pada awal semester II.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki semester II 2023, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas. Hal ini dinilai sinyal pasar saham Indonesia mulai positif pada awal semester II.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 0,28 persen year to date (ytd) ke posisi 6.859,57 pada perdagangan Jumat, 14 Juli 2023. Pada 10-14 Juli 2023, IHSG melonjak 2,2 persen, yang didorong sektor saham kesehatan dan teknologi. Sektor saham kesehatan dan teknologi masing-masing beri kontribusi 6 persen dan 4,26 persen. Investor asing membukukan aksi beli saham USD 38 juta.

Ashmore Asset Management Indonesia melihat, indeks IHSG membawa imbal hasil positif pada semester II dan ungguli indeks IBPA yang merupakan kebalikan dari apa yang terjadi pada semester I. Pada saat itu, indeks IBPA naik 6,61 persen, ungguli IHSG yang turun 2,76 persen.

“Titik balik ini mungkin menjadi tanda kalau saham Indonesia mulai meningkat pada awal semester ini karena didukung data ekonomi makro yang kuat bersama dengan antisipasi belanja kampanye pemilu yang besar yang dapat bertindak sebagai katalis dalam dongkrak saham,” tulis Ashmore.

Di sisi lain, imbal hasil laba perusahaan tercatat 6,64 persen, di atas imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun dan tenor dua tahun masing-masing 6,18 persen dan 6,03 persen.

“Oleh karena itu, saham Indonesia tetap relatif undervalue dibandingkan obligasi. Kami merekomendasikan tetap investasi dan diversifikasi di reksa dana,” tulis Ashmore.

 


Data Inflasi Bayangi Pasar

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, pada pekan ini, Ashmore melihat perlambatan di pasar besar seperti inflasi 0 persen di China, ekonomi negative lebih dalam di Jerman, kontraksi dari ekonomi di Inggris. Indonesia juga alami penurunan pengeluaran ritel pada Mei, menjadi angka negative pertama sejak Januari. Ini sebagian dari efek yang tinggi dari libur Idul Fitri pada Mei 2022.

Sedangkan data inflasi dari Amerika Serikat (AS) cenderung melandai. “Data inflasi terbaru minggu ini dari AS membawa harapan untuk puncak lebih dekat dan rendah suku bunga the Fed baik sebagai headline dan inflasi inti untuk Juni menurun lebih jauh dari yang diharapkan,” tulis Ashmore.

Terlepas dari itu, inflasi inti tetap tinggi dan tetap di atas inflasi sejak Maret 2023. Sebagai hasil dari penurunan tingkat inflasi, pasar prediksi the Fed kerek suku bunga menjadi 5,25 persen-5,5 persen dengan tingkat probabilitas hampir 95 persen. Selanjutnya diharapkan tingkat bunga mencapai puncak dan tetap stabil dalam pertemuan dari September hingga akhir tahun.

“Meski demikian, the Fed terus memantau data makro Amerika Serikat tersebut sebagai pasar kerja yang tetap kuat dalam membuat keputusan suku bunga,”


Kinerja Perdagangan Sepekan

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) catat penguatan pada 10-14 Juli 2023. Analis menilai, penguatan IHSG itu seiring sentimen global dengan inflasi Amerika Serikat (AS) cenderung melandai.

Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (15/7/2023), IHSG melambung 2,28 persen ke posisi 6.869,57 pada 10-14 Juli 2023. IHSG sepekan ini lanjutkan penguatan dari pekan yang lalu yang naik 0,82 persen ke posisi 6.716,45.

Kapitalisasi pasar bertambah 2,26 persen menjadi Rp 9.912,89. Kapitalisasi pasar itu juga setara naik Rp 218,95 triliun dari pekan lalu Rp 9.693,94 triliun.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 5,32 persen menjadi Rp 8,78 triliun dari Rp 9,28 triliun pada penutupan pekan lalu. Frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 2,75 persen menjadi 1.176.724 transaksi dari 1.209.956 transaksi pada pekan sebelumnya.

Rata-rata volume transaksi bursa selama sepekan merosot 2,12 persen menjadi 17,37 miliar saham dari 17,75 miliar saham pada pekan lalu. Investor asing mencatatkan aksi beli Rp 622,16 miliar pada Jumat, 14 Juli 2023. Sepanjang 2023, investor asing membukukan nilai beli bersih Rp 18,02 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG selama sepekan ditutup naik 2,2 persen seiring sentimen global masih mempengaruhi pergerakan IHSG.

“Di mana kita ketahui inflasi AS cenderung melandai dan pelaku pasar mengharapkan the Fed menahan FFR di bulan Juli ini meskipun ada probabilitas kebijakan moneter masih cukup ketat,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.

Pada pekan depan, Herditya prediksi, IHSG naik terbatas untuk menguji rentang 6.874-6.888 dengan support 6.835 dan resistance 6.897.

“Untuk sentimen aka nada rilis GDP China dan neraca perdagangan Indonesia, dari Amerika Serikat juga akan rilis data penjualan ritel,” kata dia.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya