Liputan6.com, Jakarta - Pemilik Twitter, Elon Musk menuturkan, arus kas Twitter tetap negatif karena penurunan pendapatan iklan hampir 50 persen. Ditambah beban utang yang berat.
“Perlu mencapai arus kas positif sebelum memiliki kemewahan untuk hal lain,” kata Musk dalam cuitan pada Sabtu pagi, 15 Juli waktu setempat dikutip dari Channel News Asia, Minggu (16/7/2023).
Advertisement
Setelah Elon Musk akuisisi Twitter pada Oktober 2022, perusahaan media sosial itu hadapi kekacauan selama berbulan-bulan, termasuk PHK ribuan karyawan, kritik atas moderasi konten yang lemah, dan eksodus banyak pengiklan yang tidak ingin iklan mereka muncul di samping konten yang tidak pantas.
Di sisi lain, Elon Musk yang merekrut Linda Yaccarino, mantan kepala periklanan di Comcast’s NBCUniversal sebagai CEO Twitter mengisyaratkan penjualan iklan tetap menjadi prioritas Twitter bahkan saat berhasil meningkatkan pendapatan subscription. Yaccarino mulai bekerja di Twitter pada awal Juni.
Pada Kamis, Twitter menuturkan, pembuat konten terpilih akan berhak mendapatkan bagian dari pendapatan iklan yang diperoleh perusahaan dalam upaya menarik lebih banyak pembuat konten ke situs tersebut.
Ancam Gugat META
Sebelumnya, Twitter mengancam akan menggugat Meta terkait aplikasi Threads yang baru dirilis perusahaan media sosial itu, Kamis 6 Juli 2023.
Menurut sebuah surat yang ditujukan kepada CEO Meta Mark Zuckerberg, pengacara Twitter Alex Spiro berpendapat, Meta menggunakan rahasia dagang dan kekayaan intelektual Twitter untuk membuat Threads.
Spiro, yang juga adalah pengacara pribadi Elon Musk mengklaim bahwa Meta mempekerjakan belasan matan karyawan Twitter untuk mengembangkan Threads.
Hal ini dianggap tidak terlalu mengejutkan, pasalnya setelah Elon Musk mengambil alih Twitter, ada ribuan karyawan Twitter yang di-PHK.
Sebagaimana dikutip The Verge, Jumat (7/7/2023), menurut Twitter, banyak dari mantan karyawan mereka yang masih memiliki akses ke trademark Twitter dan informasi-informasi rahasia lainnya.
Twitter pun menuding Meta memanfaatkan hal tersebut dan menugaskan para eks karyawan Twitter untuk mengembangkan aplikasi "peniru" yang melanggar hukum negara bagian dan federal.
Imbasnya, Twitter mengancam akan mengambil langkah hukum baik dalam bentuk perdata maupun ganti rugi terkait Threads ini.
Komentar Elon Musk: Curang Itu Tidak Baik
Twitter juga menuntut Meta agar mengambil langkah segera, menghentikan pemakaian trademark Twitter atau informasi rahasia lainnya.
Twitter pun tidak mengizinkan Meta untuk melakukan data scraping platformnya.
Belakangan, Elon Musk juga ikut bicara tentang surat peringatan terhadap Meta.
"Kompetisi baik, tetapi kecurangan tidak," kicau Elon Musk tentang surat tersebut.
Meta Berkilah, Tak Ada Bekas Karyawan Twitter di Tim Engineering Threads
Sementara itu, Meta menanggapi surat Twitter dengan sebuah uanggahan di Threads. Di mana, Direktur Komunikasi Meta Andy Stone menyebut, "Tidak ada seorang pun di tim engineering Threads yang merupakan mantan karyawan Twitter, itu bukan apa-apa."
Tampaknya Meta memang tidak terlalu khawatir tentang ancaman penuntutan tersebut. Mungkin karena Twitter bukan hanya sekali mengancam untuk mengambil tindakan hukum.
Advertisement
Sebelumnya Twitter Tuding Microsoft Salahgunakan API Twitter
Sebelumnya, Mei lalu, Twitter menuding Microsoft menyalahgunakan API perusahaan melalui integrasi dengan beberapa produknya.
Sekadar informasi, Meta melalui Mark Zuckerberg merilis Threads pada Rabu malam atau Kamis waktu Indonesia. Selebritas dan brands lebih dahulu mendapatkan akses ke Threads.
Selanjutnya, kurang dari 24 jam setelah aplikasi mandiri ini dirilis di Android dan iOS, Threads telah dibanjiri 30 juta pengguna yang melakukan registrasi.
Sementara, data internal mengindikasikan, para pengguna tersebut telah membuat lebih dari 95 juta unggahan threads.