Liputan6.com, Jakarta - PT Multisarana Intan Eduka Tbk, perusahaan bergerak di bidang real estate akan melepas saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).
Dikutip dari laman e-ipo, Minggu (16/7/2023), PT Multisarana Intan Eduka Tbk akan melepas 417,30 juta saham ke publik dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Jumlah saham yang dilepas itu maksimal 27,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO.
Advertisement
PT Multisarana Intan Eduka Tbk menawarkan harga saham perdana Rp 100-Rp 110 per saham dalam rangka IPO. Dengan demikian, perseroan mengincar dana IPO maksimal Rp 41,73 miliar.
Selain itu, perseroan juga menerbitkan waran maksimal 208,65 juta waran. Jumlah waran yang diterbitkan itu setara 18,97 persen dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penih pada saat pernyataan pendaftaran. Waran itu diberikan secara cuma-Cuma kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal penjatahan. Setiap pemegang dua saham baru akan memperoleh satu waran seri I.
Waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. Waran seri I dapat dilaksanakan menjadi saham perseroan sejak enam bulan diterbitkan dan memiliki jangka waktu berlaku hingga enam bulan berikutnya. Masa berlaku waran seri I sejak 9 Februari 2024-9 Agustus 2024. Perseroan akan meraih dana maksimal Rp 52,16 miliar dari penerbitan waran.
Dana IPO
Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 70 persen untuk rencana pengadaan lahan baik melalui akuisisi ataupun sewa/kerja sama jangka panjang serta pembangunan gedung sekolah baru. Perseroan menargetkan lokasi di Jawa Tengah dan Bali untuk pengadaan lahan seiring dekat lokasi usaha perseroan saat ini. Selain itu, potensi di kedua wilayah itu diyakini cukup besar.
Sedangkan sisanya sekitar 30 persen akan digunakan untuk modal kerja yang akan digunakan perseroan untuk membiayai aktivitas operasional rutin dari manajemen properti perseroan yakni biaya karyawan, perawatan dan perbaikan ringan gedung serta biaya operasional lainnya.
“Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan waran seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja yang akan digunakan perseroan untuk membiayai aktivitas operasional rutin dari manajemen properti perseroan,” tulis perseroan.
Jadwal IPO
Hingga 2022, perseroan mencatat pendapatan Rp 3,77 miliar dari periode 2021 sebesar Rp 3,1 miliar. Sedangkan laba bersih tahun berjalan tercatat Rp 67,77 miliar hingga Desember 2022 dari 2021 sebesar Rp 250,27 juta.
Perseroan mencatat Rp 92,61 miliar pada 31 Desember 2022 dari 2021 sebesar Rp 23,57 miliar. Sedangkan liabilitas tercatat Rp 12,31 miliar hingga Desember 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 12,05 miliar.
Untuk kebijakan dividen, setelah IPO, perseroan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham maksimal 50 persen dimulai 2024 berdasarkan laba bersih 2023.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan investasi.
Untuk melakukan IPO, perseroan telah menunjuk PT MNC Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Berikut rencana jadwal IPO:
Perkiraan masa penawaran awal pada 17-24 Juli 2023
Perkiraan tanggal efektif pada 31 Juli 2023
Perkiraan masa penawaran umum pada 1-7 Agustus 2023
Perkiraan tanggal penjatahan pada 7 Agustus 2023
Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 8 Agustus 2023
Perkiraan tanggal pencatatan saham di BEI pada 9 Agustus 2023
Perkiraan awal perdagangan waran seri I pada 9 Agustus 2023
Perkiraan masa pelaksanaan waran seri I pada 9 Februari 2024-9 Agustus 2024
Perkiraan akhir perdagangan waran seri I
-pasar regular dan negosiasi pada 7 Agustus 2024
-pasar tunai pada 9 Agustus 2024
Akhir masa berlaku waran seri pada 9 Agustus 2024
Advertisement
46 Perusahaan Antre di Pipeline IPO BEI Memasuki Semester II 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO) hingga memasuki semester II 2023.
Adapun hingga 7 Juli 2023, terdapat 45 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 45 emiten itu mencapai Rp 44,6 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 46 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclicals.
"Hingga saat ini, terdapat 46 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (8/7/2023).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 26 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 4 Perusahaan dari sektor basic materials
• 10 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 8 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 5 Perusahaan dari sektor energy
• 1 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 4 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 3 Perusahaan dari sektor teknologi
• 3 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
OJK Sebut 65 Perusahaan Antre IPO di Pasar Modal
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menyebut di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 69,91 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, penghimpunan dana di pasar modal pada Juni masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp154,13 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 43 emiten.
"Penghimpunan dana di pasar modal di Juni masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp154,13 triliun," kata Inarno dalam RDKB OJK, Selasa (4/7/2023).
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 27 Juni 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan 419 Penerbit, 156.155 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 896,80 miliar.
Selain itu, ia menyebut, di tengah pasar keuangan global yang bergerak bervariasi, pasar saham pada Juni 2023 menguat sebesar 0,43 persen mtd ke level 6.661,88 (Mei 2023 melemah 4,08 persen mtd ke level 6.633,26), meski non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp4,38 triliun mtd (Mei 2023 inflow Rp1,67 triliun mtd).
Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terbesar dicatatkan oleh saham di sektor transportasi dan logistik dan keuangan. Secara ytd, IHSG tercatat melemah sebesar 2,76 persen dengan non-resident membukukan net buy atau aksi beli bersih sebesar Rp16,21 triliun (Mei 2023 net buy sebesar 20,58 triliun (ytd).
Advertisement