Ekspor Indonesia Capai USD 20,61 Miliar per Juni 2023, Turun 5,68%

Ekspor migas Indonesia di Juni mencapai USD 1,26 miliar atau turun 3,64 persen dibandingkan Mei 2023. Sedangkan ekspor non-migas tercatat USD 19,34 miliar mengalami penurunan 5,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2023, 12:20 WIB
nilai ekspor Indonesia Jan hingga Juni 2023 mencapai USD 128,66 miliar atau turun 8,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD 120,82 miliar atau turun 9,32 persen. (dok: SI)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik(BPS) melaporkan bahwa ekspor Indonesia Juni 2023 menyentuh angka USD 20,61 miliar. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau Mei 2023, angka tersebut turun sebesar 5,68 persen.

Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan, ekspor migas di Juni mencapai USD 1,26 miliar atau turun 3,64 persen dibandingkan Mei 2023. Sedangkan ekspor non-migas tercatat USD 19,34 miliar mengalami penurunan 5,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

"Penurun ekspor non migas itu ini bisa dilihat karena penurunan nilai ekspor pada beberapa komoditas, pertama bahan bakar mineral 11,45 persen, nikel dan bahan turunannya 41,33 persen, dan logam mulia batu perhiasan permata 41,41 persen," ujar dia, di Jakarta, Senin (17/7/2023).

Sedangkan untuk ekspor migas yang mengalami penurunan sebesar 3,64 persen dikarenakan untuk gas turun sebesar 10,35 persen. "secara garis besar penurunan ekspor terjadi pada sektor migas dan nonmigas baik secara tahunan maupun bulanan seiring dengan tuenn harga komoditas ekspor unggulan kita," terang dia.

Adapun pangsa pasar ekspor non migas Indonesia pada Juni 2023 adalah China, Amerika Serikat (AS) dan India. Untuk ekspor non migas ke China USD 4,58 miliar mengalami penurunan secara bulan dan tahun dengan pangsa pasar 23,70 persen terhadap total nilai ekspor non migas juni 2023.

Kemudian ekspor non migas ke AS, ini sebesar USD 1,96 miliar ini juga mengalami penurun baik bulanan maupun tahunan, dengan pangsa pasarnya 10,11 persen.

"Ekspor non migas ke India USD 1,67 miliar naik secara bulanan tetapi menurun secara tahunan dan pangsa ekspor 8,61 persen dan komoditasnya adalah lemak dan minyak hewani atau nabati dan bahan bakar mineral," katanya.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Jan hingga Juni 2023 mencapai USD 128,66 miliar atau turun 8,86 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai USD 120,82 miliar atau turun 9,32 persen.

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdekqa.com


Siasati Gonjang Ganjing Ekonomi, Kemendag Bidik Cuan dari Ekspor ke Asia Selatan-Afrika

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mencatat pergerakan ekonomi global masih mengalami ketidakpastian pada 2023 ini. Untuk itu diperlukak siasat lain untuk tetap menjaga kinerja perekonomian Indonesia.

Salah satu yang dibidik oleh Kemendag adalah pasar ekspor non tradisional Indonesia. Artinya, ada wilayah-wilayah baru yang bakal dioptimalkan sebagai tujuan ekspor.

Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Hari Widodo menyampaikan, setidaknya ada 3 wilayah yang jadi target. Yakni, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Pilihan ini menurutnya bakal diperkuat melihat adanya pelemahan pertumbuhan ekonomi di negara-negara barat.

"Kemendag akan terus menggencarkan penetrasi ekspor ke pasar non tradisional seperti Asia Selatan, Afrika dan wilayah Timur Tengah," ujar dia dalam Diseminasi Hasil Analisis BKPerdag Tahun 2023, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2023).

Menurut catatannya, ekspor RI ke Afrika mencapai USD 6,18 miliar pada 2022 lalu. Kemudian ekspor ke Timur Tengah bisa mencapai USD 10,23 miliar. Serta, ekspor ke wilayah Asia Selatan tercatat sebesar USD 32,01 miliar.

Angka-angka ini diproyeksi terus meningkat kedepannya. Mengingat adanya sejumlah potensi perdagangan antara Indonesia dan negara di tiga wilayah tadi.

"Di kawasan Asia Selatan misalnya, memiliki penduduk lebih dari 1,8 miliar dan PDB USD 4,43 triliun. Sementara Afrika dengan penduduk 1 miliar miliki PDB USD 2,98 triliun dan Timur Tengah yang meskipun jumlah pendudukannya sedikit namun memiliki PDB yang sangat besar USD 4,97 triliun," paparnya.


Tantangan

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pada kesempatan itu, Hari meneranhkan, ketidakpaatian ekonomi global tercermin dari melemahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, diperkirakan hany sekitar 2,8 persen.

Meski begitu, tingkat inflasi bisa diprediksi mengalami penurunan menjadi 7 persen dari sebelumnya 8,7 persen di 2022 lalu.

"Dalam kondisi global dan nasional yang dipenuhi berbagai tantangan, tugas menjaga dan meningkatkan kinerja perdagangan menjadi semakin kompleks," kata dia.

"Jadi ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi oleh kita antara lain ancaman resesi dan stagflasi kemudian ada inflasi serta potensi food and energy crisis, meningkatnya penggunaan trade restriction dan trade remedies di berbagai negata untuk menghadapi ancaman krisis, kemusian meningkatnya itu multi dimensi, penurunan harga komoditas dunia dan terkait isu decarbonisation dan green trade," paparnya.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya