Liputan6.com, Jakarta Persentase penduduk miskin di Indonesia terus menurun. perpaduan Intervensi kebijakan perekonomian dan perlindungan sosial menunjukkan hasil yg baik. Badan Pusat Statistik merilis angka kemiskinan periode perhitungan Maret 2023 yakni sebesar 9,36% atau sebanyak 25,90 juta orang.
Angka kemiskinan yang diumumkan BPS hari ini lebih rendah dibandingkan dengan periode September 2022 yakni sebesar 9,57% (26,36 juta orang) maupun dibandingkan Maret 2022 yakni sebesar 9,54% (26,16 juta orang).
Advertisement
"Perkembangan tingkat dan jumlah orang miskin ini menunjukan adanya tren penurunan untuk itu momentum perbaikan kesejahteraan masyarakat ini harus terus dikelola dan dipercepat," kata Direktur Eksekutif Megawati Institute, Dr. Arif Budimanta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Menurut dia, penekanan Presiden Jokowi yang ingin menghapus kemiskinan ekstrem pada tahun 2024 sedikit banyak juga berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan pada umumnya, karena rumah tangga yang disasar pada program kemiskinan ektrem seluruhnya merupakan keluarga yang masuk kedalam kategori miskin.
Tingkat kemiskinan ekstrem sendiri, menurut kajian Bank Dunia per 2022 tercatat jumlahnya menurun signifikan menjadi 1,5%.
Penurunan tingkat kemiskinan dapat berjalan lebih cepat apabila Indonesia dapat lebih ketat menjaga laju inflasi khususnya inflasi makanan yang proporsinya mencapai 74,21% dalam menentukan garis kemiskinan.
"Untuk itu, kedepan berbagai potensi gejolak harga pangan seperti dampak dari perubahan iklim, adanya El Nino, dan berbagai hal yang mempengaruhi ketersediaan dan harga pangan harus dimitigasi dengan baik," jelasnya.
Disamping itu, penciptaan lapangan kerja dan iklim usaha yang mendukung terjadinya peningkatan pendapatan (income generating) masyarakat juga menjadi strategi yang tak terpisahkan dalam upaya penurunan jumlah dan tingkat kemiskinan di Indonesia.
Tingkat kemiskinan pada Maret 2023 ini belum kembali pada level sebelum pandemi (September 2019 sebesar 9,22%) terutama untuk kondisi kemiskinan di daerah perkotaan, sehingga tren penurunan yang ada saat ini harus lebih diperkuat dengan kolaborasi dan konvergensi berbagai program yang ada baik di kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMN, korporasi swasta dan institusi lainnya.
Penduduk Miskin Indonesia Menyusut Jadi 25,9 Juta Orang
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 turun 0,21 persen poin terhadap September 2022 menjadi sebesar 9,36 persen.
Secara tahunan atau year on year (YoY), persentase penduduk miskin Indonesia juga turun 0,18 persen poin terhadap Maret 2022.
"Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang, menurun 0,46 juta orang terhadap September 2022 dan menurun 0,26 juta orang terhadap Maret 2022," jelas Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto, Senin (17/7/2023).
Atqo menjabarkan, populasi penduduk miskin perkotaan pada Maret 2023 pun turun 7,29 persen dibanding September 2022 yang sebesar 7,53 persen.
Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2023 sebesar 12,22 persen, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar 12,36 persen.
Dibanding September 2022, jumlah penduduk miskin Maret 2023 di wilayah perkotaan menurun sebanyak 0,24 juta orang. Dari 11,98 juta orang pada September 2022 menjadi 11,74 juta orang pada Maret 2023.
"Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan menurun sebanyak 0,22 juta orang, dari 14,38 juta orang pada September 2022 menjadi 14,16 juta orang pada Maret 2023," imbuh Atqo.
Adapun garis kemiskinan per Maret 2023 tercatat sebesar Rp 550.458 per kapita per bulan. Dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 408.522 (74,21 persen), dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 141.936 (25,79 persen).
"Pada Maret 2023, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.592.657 per rumah tangga miskin per bulan," terangnya.
Advertisement
Sri Mulyani Sebar Rp 366,2 Triliun Bantuan Warga Miskin hingga Anak Sekolah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, realisasi belanja pemerintah pusat hingga Mei 2023 mencapai Rp 714,6 triliun. Ia mengklaim, 51,2 persen daripadanya dinikmati langsung oleh masyarakat, khususnya warga miskin.
"Terutama masyarakat miskin. Kita lihat untuk bantuan PKH sebesar Rp 14,7 triliun ada 9,9 juta keluarga penerima manfaat. Kartu sembako Rp 16,1 triliun untuk 18,7 juta keluarga penerima manfaat," paparnya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (26/6/2023).
"Ini langsung masuk ke dalam rumah tangga dan membantu mereka yang sangat miskin," ujar Sri Mulyani.
Selain itu, pemerintah disebutnya sudah membayar Rp 19,3 triliun bagi 96,7 juta jiwa masyarakat untuk program Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Mereka kalau sakit bisa mendapatkan layanan kesehatan tanpa mengeluarkan biaya, karena pemerintah sudah membayar Rp 19,3 triliun hingga Mei 2023 untuk 96,7 juta jiwa, terutama kelompok miskin dan rentan," terangnya.
Gelontoran lainnya, untuk bantuan benih, mulsa, dan pupik organik Rp 365,6 miliar untuk 69.021 unit equivalen ha kawasan padi, jagung, kedelai, bawang dan cabai. Lalu juga bantuan alat dan mesin pertanian Rp 163,2 miliar lewat 120 traktor dan 100 cultivator.
Berikutnya, bantuan ternak Rp 57,7 miliar sejumlah 1.318 ekor hewan ternak. Kemudian bantuan benih ikan, kepiting dan udang Rp 14,5 miliar sejumlah 40,3 juta ekor.
Di bidang pendidikan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 5,3 triliun kepada 9,6 juta siswa untuk program Indonesia Pintar. Kemudian, Rp 5,8 triliun untuk program KIP kuliah bagi 692 ribu mahasiswa.
"Pemerintah melalui Kementerian Agama juga memberikan dana BOS (biaya operasi sekolah) Rp 5,1 triliun untuk 4,5 juta siswa, dan bantuan operasional perguruan tinggi negeri (BOPTN) sebesar Rp 1,78 triliun untuk 192 PTN," tutur Sri Mulyani.