BRI Gandeng BEI Ajak Nasabah Korporasi Gelar IPO

Perusahaan berpotensi mengembangkan bisnis melalui pendanaan dari pasar modal. Oleh karena itu, program kolaborasi BRI dan BEI merupakan respons tren positif.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 17 Jul 2023, 16:12 WIB
Manajemen BRI berharap nasabah korporasi BRI dapat memiliki momentum dan keuntungan dengan meraih pendanaan baru di pasar modal.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tren aktivitas pasar modal di Indonesia terus berkembang seiring dengan semakin meningkatnya jumlah investor milenial yang terlibat. Keuntungannya, perusahaan-perusahaan berpeluang besar dalam mengembangkan bisnisnya melalui pendanaan dari pasar modal.

Direktur Bisnis Wholesale dan Kelembagaan BRI, Agus Noorsanto mengatakan, pihaknya berharap nasabah korporasi BRI dapat memanfaatkan momentum serta keuntungan dari mendapatkan pendanaan baru di pasar modal untuk mengembangkan usahanya. 

"Dengan menjadi perusahaan terdaftar, perusahaan memiliki akses langsung ke pasar modal untuk mendapatkan pendanaan tambahan di masa depan melalui penerbitan saham atau obligasi. Hal ini memberikan fleksibilitas dalam manajemen keuangan perusahaan dan memperluas sumber pendanaan yang tersedia”, kata Agus dalam keterangan resminya, Senin (17/7/2023).

Dia bilang, melalui program kolaborasi BRI dan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini merupakan respons dari tren positif yang ditunjukkan pasar modal Indonesia di tengah gejolak perekonomian dunia yang dinamis. Tercatat peningkatan nilai kapitalisasi pasar menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 10 persen selama 5 tahun terakhir. 

Ditambah lagi pertumbuhan jumlah investor yang signifikan, hingga masuknya perusahaan-perusahaan rintisan (start-up) sebagai emiten di BEI yang menjadi simbol dari new engine of growth bagi perekonomian nasional.

Dengan demikian, BRI dan BEI menggelar seminar terbuka yang mengambil tema "Optimum Financing Synergy with Initial Public Offering (IPO)” pada 6 Juli 2023 di Main Hall Bursa Efek Indonesia. Kegiatan tersebut bertujuan mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam hal ini nasabah korporasi BRI untuk dapat berkembang melalui pendanaan di pasar modal dengan melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.


Tanggapan BEI

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kegiatan seminar yang dihadiri mulai dari C-Level Officers, Directors hingga Senior Executive yang merupakan nasabah korporasi BRI ini memiliki potensi untuk mengembangkan bisnisnya melalui pasar modal.

Harapannya, melalui kegiatan ini nasabah korporasi BRI mendapatkan akses ke pasar modal serta pemahaman lebih dalam mengenai optimalisasi potensi keuntungan perusahaan dari IPO atau Go Big with Go Public.

Sementara itu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh stakeholders untuk tumbuh dan sukses bersama pasar modal Indonesia. 

"Harapan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan perusahaan melalui penguatan modal lewat Initial Public Offering (IPO) dan juga cara memanfaatkan pasar modal sebagai house of growth," kata Iman.

 

 

 

 

 


46 Perusahaan Antre di Pipeline IPO BEI Memasuki Semester II 2023

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO) hingga memasuki semester II 2023.

Adapun hingga 7 Juli 2023, terdapat 45 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 45 emiten itu mencapai Rp 44,6 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 46 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor consumer cyclicals.

"Hingga saat ini, terdapat 46 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (8/7/2023).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 26 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 4 Perusahaan dari sektor basic materials

• 10 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 8 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 5 Perusahaan dari sektor energy

• 1 Perusahaan dari sektor financials

• 2 Perusahaan dari sektor healthcare

• 4 Perusahaan dari sektor industrials

• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 4 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 3 Perusahaan dari sektor teknologi

• 3 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 


OJK Sebut 65 Perusahaan Antre IPO di Pasar Modal

Petugas saat bertugas di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menyebut di pipeline, masih terdapat 90 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 69,91 triliun dengan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, penghimpunan dana di pasar modal pada Juni masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp154,13 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 43 emiten. 

"Penghimpunan dana di pasar modal di Juni masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp154,13 triliun," kata Inarno dalam RDKB OJK, Selasa (4/7/2023).

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 27 Juni 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan 419 Penerbit, 156.155 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 896,80 miliar. 

Selain itu, ia menyebut, di tengah pasar keuangan global yang bergerak bervariasi, pasar saham pada Juni 2023 menguat sebesar 0,43 persen mtd ke level 6.661,88 (Mei 2023 melemah 4,08 persen mtd ke level 6.633,26), meski non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp4,38 triliun mtd (Mei 2023 inflow Rp1,67 triliun mtd). 

Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terbesar dicatatkan oleh saham di sektor transportasi dan logistik dan keuangan. Secara ytd, IHSG tercatat melemah sebesar 2,76 persen dengan non-resident membukukan net buy atau aksi beli bersih sebesar Rp16,21 triliun (Mei 2023 net buy sebesar 20,58 triliun (ytd).

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya