Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik mengumumkan penurunan tingkat kemiskinan menuju level prapandemi dan tren surplus neraca perdagangan yang masih berlanjut.
Tingkat kemiskinan melanjutkan tren penurunan menjadi 9,36 persen per Maret 2023 setelah sempat menyentuh angka dua digit akibat krisis pandemi.
Advertisement
Angka ini lebih rendah dibanding angka prapandemi per Maret 2019 yang sebesar 9,41 persen meskipun masih sedikit di atas titik terendah prapandemi per September 2019 yang sebesar 9,22 persen.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sebesar 25,90 juta orang, turun 0,46 juta orang dari September 2022. Secara akumulatif, sejak Maret 2021 hingga Maret 2023 tercatat 1,6 juta orang yang berhasil keluar dari garis kemiskinan. Secara spasial, tingkat kemiskinan per Maret 2023 menurun baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan penurunan angka kemiskinan pada Maret 2023 ini sejalan dengan terus menguatnya aktivitas ekonomi, menurunnya angka pengangguran, serta inflasi yang semakin terkendali.
Penyaluran Bansos
Selain itu, penyaluran bansos Triwulan I 2023 juga efektif dengan realisasi Program Keluarga Harapan (PKH) mencapai 89,3 persen, sementara Kartu Sembako mencapai 86,5 persen.
Disisi lain, pada Maret 2023, Pemerintah juga menggulirkan tambahan bantuan pangan beras dalam rangka menjaga akses pangan rumah tangga miskin dan rentan serta menjaga stabilitas harga pangan.
"Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, dan menjaga stabilitas inflasi sehingga dapat mengakselerasi penurunan tingkat kemiskinan hingga di bawah level prapandemi,” kata Febrio Kacaribu dalam keterangan resminya, di Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Menurutnya, tren penurunan kemiskinan ini sejalan dengan fokus kebijakan jangka pendek Pemerintah untuk mempercepat penurunan kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen pada tahun 2024 mendatang. "Dalam jangka panjang, penurunan kemiskinan akan menjadi pijakan untuk mencapai cita-cita Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045,” lanjut Febrio.
Neraca Perdagangan
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia di bulan Juni 2023 mencatatkan surplus sebesar USD3,45 miliar, dengan ekspor sejumlah USD20,61 miliar dan impor sejumlah USD17,15 miliar.
Dengan demikian, total surplus perdagangan Indonesia secara kumulatif sejak Januari hingga Juni 2023 mencapai USD19,93 miliar. Ini menandakan surplus neraca perdagangan Indonesia telah terjadi selama 38 bulan berturut-turut.
“Kinerja neraca perdagangan Indonesia yang tetap mencatatkan surplus menunjukkan posisi keseimbangan eksternal Indonesia yang tetap kuat di tengah tren pelemahan pertumbuhan global, termasuk moderasi harga komoditas. Perkembangan kinerja ekonomi global yang menunjukkan tren pelemahan serta harga komoditas yang masih fluktuatif ini akan terus kami pantau agar dampaknya terhadap laju ekspor dapat terus dimitigasi,” pungkasnya.
Advertisement
Penduduk Miskin Indonesia Menyusut Jadi 25,9 Juta Orang
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 turun 0,21 persen poin terhadap September 2022 menjadi sebesar 9,36 persen.
Secara tahunan atau year on year (YoY), persentase penduduk miskin Indonesia juga turun 0,18 persen poin terhadap Maret 2022.
"Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang, menurun 0,46 juta orang terhadap September 2022 dan menurun 0,26 juta orang terhadap Maret 2022," jelas Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto, Senin (17/7/2023).
Atqo menjabarkan, populasi penduduk miskin perkotaan pada Maret 2023 pun turun 7,29 persen dibanding September 2022 yang sebesar 7,53 persen.
Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2023 sebesar 12,22 persen, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar 12,36 persen.
Dibanding September 2022, jumlah penduduk miskin Maret 2023 di wilayah perkotaan menurun sebanyak 0,24 juta orang. Dari 11,98 juta orang pada September 2022 menjadi 11,74 juta orang pada Maret 2023.
"Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin perdesaan menurun sebanyak 0,22 juta orang, dari 14,38 juta orang pada September 2022 menjadi 14,16 juta orang pada Maret 2023," imbuh Atqo.
Adapun garis kemiskinan per Maret 2023 tercatat sebesar Rp 550.458 per kapita per bulan. Dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 408.522 (74,21 persen), dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 141.936 (25,79 persen).
"Pada Maret 2023, rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,71 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.592.657 per rumah tangga miskin per bulan," terangnya.