Liputan6.com, Batam - Keinginan orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah favorit membuat SMA yang dianggap unggulan di Batam kelebihan siswa. Akibatnya siswa tidak tertampung dan pembelajaran malah dilakukan secara daring seperti zaman pandemi.
Pantauan Liputan6.com, di SMA N Negeri 1 Batam misalnya, sekolah yang dianggap masyarakat Batam sebagai sekolah favorit itu, kelebihan siswa pada tahun ajaran 2023/2024. Siswa yang baru terpaksa harus belajar daring.
Advertisement
Kepala SMA Negeri 1 Batam Bahtiar mengatakan, pembelajaran secara daring ini nantinya akan menggunakan jadwal sama, seperti yang digunakan siswa luring.
"Jam masuknya sama, pelajaran sama, harus menggunakan seragam juga, cuma mereka hanya tidak memiliki ruang kelas saja," kata Bahtiar kepala SMA Negeri 1 Batam saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (18/7/2023)
Keputusan ini diambil usai banyaknya siswa yang tidak tertampung pada penerimaan peserta didik baru (PPDB). Namun, masih memilih untuk tetap masuk ke SMA Negeri 1 Batam. Sehingga daring menjadi opsi agar semua bisa masuk ke sekolah tersebut.
"Saat PPDB online kita menerima hanya 500 siswa saja dengan jumlah 14 rombel (rombongan belajar). Sebenarnya kita berharap tidak ada tamabahan lagi, karena 500 itu sudah banyak dan melebihi daya tampung kita," kata dia.
Ia pun sempat menyarankan kepada orang tua siswa untuk mendaftar di SMA Negeri terdekat yang masih kekurangan siswa. Namun orang tua siswa tetap kekeuh menyekolahkan anaknya di sekolah yang menurut mereka bagus.
"Akhirnya waktu itu saya masih menunggu arahan dari Kepala Dinas, setelah dapat arahan baru saya berani membuka kuota tambahan. Saya sampaikan ke orang tua, yang ada hanya kelas online saja, dan saya minta buat surat pernyataan," katanya.
Meski online, Bahtiar menegaskan, siswa akan mendapatkan hak yang sama dalam pemebelajarannya. Ia juga berharap, pembelajaran online ini tidak akan berlangsung lama.
"Kita ada lima ruang kelas yang rusak, kalau itu cepat diperbaiki, cepat juga mereka belajar langsung. Kita perkirakan paling sedikit enam bulan, paling lama setahunlah," katanya.
Nantinya siswa yang belajar online juga akan di sekolah untuk materi yang mengharuskannya praktik dan juga kegiatan ekstra kulikuler. "Hanya belajar teorinya saja di rumah," katanya.
Ia juga mengatakan, jumlah guru yang akan mengajar untuk siswa baru tidak ada kendala sejauh ini.
"Jumlah guru cukup," katanya.
Sekolah Negeri Berstatus Sama
Sementara itu Anggota DPRD kota Batam Udin P Sihaholo menilai Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) akan selalu bermasalah selama mindset masyarakat selalu menganggap sekolah negeri yang satu lebih favorit ketimbang yang lain. Padahal sekarang setiap sekolah negeri sama statusnya.
"Ini gagalnya upaya pemerintah dalam sistem pendidikan di Batam maupun provinsi," kata Udin.
Menurut Udin, sekolah negeri saat ini lebih diperuntukan bagi keluarga yang kurang mampu. Yang dilakukan pemerintah seharusnya memberikan pendidikan berkualitas, tidak cuma di sekolah negeri tapi juga sekolah swasta. Agar persebaran siswa lebih merata.
"Sekolah swasta juga banyak yang berkualitas, tidak semua harus berbondong sekolah ke negeri, pada dasarnya sekolah atau pendidikan itu baik," katanya.
Advertisement