Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak dan gas (migas) pada semester I 2023 masih di bawah target yang ditetapkan.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengutarakan, realisasi lifting migas di semester I 2023 lalu terdampak oleh sejumlah kecelakaan kerja yang terjadi pada awal tahun ini.
Advertisement
"Beberapa pekerjaan investasi tertunda pengembangan. Di PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di awal tahun ada accident, fatality kemudian dilakukan safety stand-down," jelas Nanang di Kantor SKK Migas, Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Berkaca pada pengalaman itu, SKK Migas kemudian melakukan inspeksi terhadap rig atau alat pengeboran di sejumlah wilayah kerja. Hasilnya itu memang sudah tidak laik pakai.
"Maka itu semua rig tidak hanya di PHR, di seluruh Pertamina grup diinspeksi, ternyata sebagian tidak digunakan lagi. Harus dilakukan perbaikan, peralatan safety," ujar Nanang.
Nanang melaporkan, realisasi lifting minyak di 6 bulan pertama 2023 mencapai 615,5 ribu barel per hari (BPH). Itu naik 0,16 persen dibandingkan capaian semester I 2022 sebesar 614,5 ribu BPH.
Namun itu masih di bawah target realisasi lifting minyak semester I 2023 sebesar 618,7 BPH, atau setara 99,5 persen dari target.
Sementara realisasi produksi gas selama semester pertama tahun ini sebesar 5.308 juta kaki kubik per hari (MMscfd).
"Realisasi itu turun 0,3 persen apabila dibandingkan dengan semester 1 tahun lalu yang mampu 5.326 MMscfd atau sementara target tahun ini sebenarnya 6.160 MMscfd," jelas Nanang.
Lebih lanjut, Nanang menyampaikan, sektor hulu migas hingga semester II berjalan ini masih mengalami kekurangan alat pengeboran. Tak hanya itu, jumlah pekerja juga masih tercatat minus untuk bisa menyelesaikan berbagai proyek yang berkontribusi langsung terhadap produksi.
"Jadi pada posisi sekarang kekurangan rig, kita berusaha terus penuhi tambahan rig tapi harus sesuai dengan inspeksi atau persyaratan safety," tandasnya.