Liputan6.com, Jakarta - Mata kering dapat dipicu oleh berbagai macam hal. Sayangnya, hanya sekitar 60 persen pasien yang menyadari bahwasanya mereka sudah terkena mata kering.
Hal tersebut pun terjadi bukan tanpa sebab. Spesialis mata sekaligus ketua Contact Lens Service JEC Hospitals and Clinics, Dr dr Tri Rahayu menjelaskan bahwa banyak pasien yang memang tidak mengalami gejala mata kering.
Advertisement
"Banyak yang menyepelekan penyakit mata kering atau dry eye. Bukan hanya prevalensinya termasuk tinggi, tetapi juga karena penderitanya tidak mengalami gejala yang mengganggu secara signifikan," ujar Tri saat diskusi media di Rumah Sakit Mata JEC Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (18/7/2023).
Padahal, mata kering yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Menurut Tri, pasien mata kering tidak dapat beraktivitas dengan optimal dan bergantung pada obat-obatan.
"Bahkan, jika terus dibiarkan bisa merusak permukaan mata akibat peradangan atau infeksi. Kerusakannya bisa tergolong ringan sampai berat, dan berlangsung temporer maupun permanen," kata Tri.
Mata Kering Bersifat Multifaktorial
Tri mengungkapkan bahwa mata kering bersifat multifaktorial, karena merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata.
Ada beberapa gejala mata kering yang dapat disadari. Seperti ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.
Data yang dihimpun oleh JEC menunjukkan prevalensi mata kering di Indonesia berada pada rentang 27,5 persen hingga 30,6 persen. Diperkirakan pula rasio tersebut akan terus bertambah.
Muncul Gejala Tak Selalu Pasti Kena Mata Kering
Lebih lanjut Tri mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien mata kering tidak menyadari gejala-gejala yang muncul. Namun, timbul gejala sendiri belum cukup untuk dapat memberi diagnosis soal mata kering.
"Timbulnya gejala saja tidak cukup dalam menilai seseorang terkena dry eye atau tidak. Berdasarkan temuan kami di JEC, hanya 60 persen pasien dry eye yang memiliki gejala," kata Tri.
"Artinya, lebih dari sepertiga pasien tidak bergejala dan tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami dry eye yaitu sekitar 37 persen," sambungnya.
Advertisement
Pasien Mata Kering Butuh Penanganan Jangka Panjang
Dalam kesempatan yang sama, spesialis mata dan ketua Dry Eye Service JEC Hospitals and Clinics, Dr Nina Asrini Noor mengungkapkan bahwa gangguan mata kronis seperti dry eye membutuhkan penanganan jangka panjang.
Ada pun terapi yang bervariasi untuk mengatasi mata kering.
"Terapinya sangat bervariasi tergantung keluhan, mekanisme penyebab, dan derajat dry eye yang dialami penderita. Karenanya, perlu adanya pemeriksaan diagnostik yang menyeluruh agar penderita mendapatkan penanganan dry eye yang tepat," ujar Nina.
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk menangani mata kering adalah terapi E-Eye Intense Pulse Light (IPL). Namun, Nina menjelaskan, tidak semua pasien dapat melakukan terapi satu ini.
Apa Sih yang Dialami Pasien Mata Kering?
Pasien mata kering biasanya akan mengalami kondisi tidak nyaman. Termasuk muncul perasaan mengganjal, sering memerah, berair, kering, sensasi berpasir, sering muncul kotoran, terasa lengket, dan membuat pasiennya seringkali ingin mengucek mata.
Ada pula beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan mata kering. Mulai dari faktor usia, kebiasaan menggunakan gawai, hingga diabetes melitus.
Advertisement