Suhu Dingin Sergap Bandung pada Musim Kemarau, Begini Penjelasan BMKG

Suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni pada malam hari.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 20 Jul 2023, 15:39 WIB
Sejumlah buruh petik teh di perkebunan di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, menyiangi tubuhnya sebelum beraktivitas. Hal ini dilakukan mengingat suhu di Kertasari lebih dingin dari biasanya. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Suhu udara dingin di wilayah Bandung dan sekitarnya menyergap belakangan ini. Namun, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena alamiah ini umum terjadi ketika masa puncak kemarau pada Juli-Agustus.

BMKG Bandung mencatat dalam lima hari terakhir, suhu minimum Bandung dan Lembang berturut-turut adalah sebagai berikut:

Tanggal                                Bandung                 Lembang

14 Juli 2023                         19                           16,8

15 Juli 2023                         19,9                        16,8

16 Juli 2023                         20                           16,8

17 Juli 2023                         19,4                        16,2

18 Juli 2023                         17                           15,4

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan pada Selasa (18/7/2023) yaitu mencapai 17 derajat Celsius. Nilai Suhu minimum normal pada Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus nilainya 17,5 derajat Celsius.

Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu mengatakan, suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni di malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan, akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal pada malam hari, bumi akan melepaskan energi.

"Karena tidak ada awan, maka di malam hari hingga dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal," kata Rahayu dikutip dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/7/2023).

Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem pada malam hingga dini hari. Selain itu, Rahayu mengungkap penyebab tambahan mengapa suhu udara menjadi dingin pada puncak musim kemarau adalah karena adanya musim dingin di wilayah Australia.

"Terdapat pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia. Yang juga merupakan penyebab utama terjadinya musim Kemarau di Indonesia," ujarnya.

Angin monsun Australia ini, lanjut dia, membawa suhu dingin yang berada di wilayah Australia ke wilayah Indonesia yang berada di wilayah BBS (Belahan Bumi Selatan).

Fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2023. Pada awal September akan berangsur menghangat kembali.


Tidak Usah Panik

Ilustrasi kedinginan. (sumber: freepik)

Oleh karena itu, kata Rahayu, masyarakat diharap untuk tidak panik melihat fenomena ini. Karena, menurut dia, suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah suatu fenomena yang wajar terjadi terutama untuk wilayah Indonesia di BBS.

"Masyarakat diharap untuk menyiapkan diri dengan menggunakan jaket dan atau selimut di malam hari dan selalu menjaga stamina tubuh sehingga terhindar dari berbagai potensi penyakit," tutur Rahayu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya