Liputan6.com, Jakarta - Banjir bandang yang melanda kawasan India utara ternyata berdampak pada bangunan ikonis sekaligus destinasi wisata terpopuler di negeri itu, Taj Mahal. Air banjir limpasan dari Sungai Yamuna mengelilingi dinding luar monumen yang dibangun sebagai pernyataan cinta Kaisar Mughal Shah Jahan untuk Mumtaz Mahal pada Selasa, 18 Juli 2023.
Banjir juga menenggelamkan sebuah taman di belakang Taj Mahal. Peristiwa langka itu sempat terekam lewat sejumlah video dan foto di media sosial. Para ahli memperingatkan situasi tersebut akan lebih sering terjadi di masa datang sebagai dampak perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Kamis (20/7/2023), menurut laporan CNN-News 18, Survei Arkeologis India (ASI), yang merawat situs-situs bersejarah, meyakini bahwa banjir tersebut tak mengancam keberadaan monumen yang dibangun pada abad ke-17 tersebut. Taj Mahal diketahui dikunjungi jutaan turis setiap tahun.
Bencana banjir secara rutin menimpa area tersebut sepanjang musim monsun di India yang berlangsung dari Juni hingga September. Para ahli menyebut, perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan yang disebabkan banjir.
Pihak berwenang pada pekan lalu mengatakan bahwa volume air Sungai Yamuna, anak Sungai Gangga, telah mencapai rekor tertinggi. Itu memicu evakuasi warga massal. Otoritas negara bagian utara India juga melaporkan puluhan kematian akibat banjir besar. Permukaan sungai sepanjang 1.376 kilometer yang mengalir dari Himalaya dan melalui beberapa negara bagian itu naik jadi 208,57 meter pada Kamis, pekan lalu, kata para pejabat.
Situs Warisan Dunia UNESCO
Taj Mahal adalah salah satu situs Warisan Budaya Dunia UNESCO. Berdasarkan laman UNESCO, Taj Mahal terletak di tepi kanan Sungai Yamuna di Taman Mughal yang luas yang mencakup hampir 17 hektare di Distrik Agra, Uttar Pradesh.
Monumen ini dibangun Kaisar Mughal Shah Jahan untuk mengenang istrinya Mumtaz Mahal dengan konstruksi dimulai pada 1632 M dan selesai pada 1648 M, dengan masjid, wisma, dan gerbang utama di selatan. Sementara, halaman luar dan serambi ditambahkan selanjutnya dan selesai pada 1653 M.
Di dalamnya terdapat beberapa prasasti sejarah dan Quranik dalam aksara Arab yang telah memudahkan pengaturan kronologi Taj Mahal. Bangunan itu dianggap sebagai pencapaian arsitektur terbesar di seluruh jajaran arsitektur Indo-Islam.
Keindahan arsitekturnya memiliki kombinasi ritmis dari padatan dan rongga, cekung, cembung, dan bayangan terang, serta lengkungan dan kubah yang semakin meningkatkan aspek estetika. Perpaduan warna jalur kemerahan lanskap hijau subur dan langit biru di atasnya menunjukkan monumen dalam warna dan suasana yang selalu berubah.
Advertisement
Alami Sejumlah Kerusakan
Selama bertahun-tahun, Taj Mahal diterpa masalah polusi udara, serangga, dan pariwisata massal yang merusak mausoleum ikonisnya dan menyebabkan bagian luarnya berubah jadi kuning kehijauan. Hal itu bahkan sampai membuat Mahkamah Agung India turun tangan.
Duet hakim tinggi Madan Lokur dan Deepak Gupta telah memeriksa foto-foto dari para penggiat kelestarian lingkungan, dan sepakat menyebut kondisi Taj Mahal saat ini berada di titik kritis. Mereka mendesak pemerintah segera mencari bantuan ahli untuk mengatasi perubahan warna yang mengkhawatirkan di Taj Mahal.
"Bahkan jika memiliki keahlian, Anda tidak menggunakannya. Atau mungkin Anda tidak peduli," kata hakim pengadilan pada pihak pemerintah, sebagaimana dikutip dari BBC pada 2 Mei 2018.
Dinding marmer putih pada bangunan makam agung yang dibangun pada abad ke-17 itu perlahan berubah warna jadi kuning. Bahkan, sebagian di antaranya telah berubah warna jadi cokelat dan agak kehijauan. Polusi, dampak konstruksi, dan kotoran serangga dituding jadi beberapa penyebab utama perubahan warna mencolok pada Taj Mahal.
Dampak Perubahan Iklim Hantui Situs-Situs Warisan Dunia
Pemerintah India sebelumnya telah menutup ribuan pabrik di sekitar kompleks wisata Taj Mahal sebagai tanggapan terhadap laporan kerusakan yang diterima. Namun, menurut para aktivis lingkungan, kebijakan itu belum cukup ampuh mengikis risiko kerusakan pada salah satu bangunan yang termasuk tujuh keajaiban dunia itu.
Salah satu masalah yang cukup disorot adalah tentang kurang efektifnya penanganan limbah di Sungai Yamuna, yang melintas di dekat Taj Mahal. Disebut bahwa limbah tersebut membuat serangga memilih membuang kotoran ke dinding Taj Mahal, membuatnya berisiko berubah warna dalam jangka waktu lama.
India, negara terpadat di dunia, adalah salah satu negara paling parah terdampak krisis iklim, menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), berpotensi memengaruhi 1,4 miliar orang di seluruh negeri. Beberapa bagian India utara, termasuk Agra, tetap berisiko tinggi terkena banjir dalam beberapa minggu mendatang karena hujan deras yang terus menerus dan air yang keluar dari bendungan, menurut pihak berwenang India.
Sementara itu, puluhan situs Warisan Dunia menghadapi risiko banjir dan erosi karena cuaca ekstrem yang semakin intens. CNN menyebut, mural dan patung gua Buddha kuno di sepanjang Jalan Sutra China, yang berasal dari abad ke-4, berada di bawah "ancaman langsung" dari curah hujan ekstrem yang dibawa perubahan iklim, demikian temuan para peneliti.
Mereka memperingatkan karya seni di beberapa gua sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan beberapa artefak bisa hilang dalam beberapa tahun. Di Korea Selatan, hujan lebat telah merusak puluhan situs warisan budaya, kata Administrasi Warisan Budaya (CHA) negara itu, Selasa, 18 Juli 2023.
Advertisement