Liputan6.com, Jakarta Kedatangan politikus PDI Perjuangan Budiman Sujatmiko di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memantik perhatian publik. Sosok yang sudah dikenal sejak zaman reformasi sebagai aktivis 98 mendadak merapat ke kediaman Menteri Pertahanan itu.
Pengamat Politik Khoirul Umam mengatakan, sebagai kader Banteng, langkah Budiman mengindikasi adanya perpecahan di barisan internal PDIP yang tengah mengusung Ganjar Pranowo. Sebab, pada saat bersamaan, pernyataan Budiman menggarisbawahi tentang pentingnya pemimpin militer, senior dan berpengalaman mengadapi ketidakpastian global.
Advertisement
"Budiman juga menyiratkan secara jelas dukungan politiknya pada pencapresan Prabowo di Pilpres 2024 mendatang,” tulis Umam dalam keterangan tertulis diterima, Kamis (20/7/2023).
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina menilai, manuver Budiman kali ini di luar kontrol PDIP. Langkah itu sengaja dilakukan sebagai reaksi atas upaya pihak-pihak tertentu di internal PDIP yang mencoba meminggirkan peranan dirinya di PDIP.
"Hal itu diindikasikan oleh tidak diberikannya posisi pencalegan yang layak bagi Budiman dan dirinya juga tidak dilibatkan dalam tim pemenangan pencapresan Ganjar Pranowo,” jelas Umam.
Karena itu, lanjut Umam, Budiman merasa tidak punya beban dan memilih untuk menjadi ‘partikel bebas’ dan seolah tidak ingin didikte oleh aturan organisasi konstitusi partai PDIP.
Jaringan Eks Aktivis 98 di Prabowo Menguat
Namun demikian, di sisi lain, merapatnya Budiman ke Prabowo juga menunjukkan sinyal kian kuatnya konsolidasi kalangan mantan aktivis 98 di lingkaran Prabowo.
"Ini unik sebab Prabowo mampu meyakinkan simpul jaringan kekuatan yang dulu sangat efektif mendegradasinya di Pilpres 2014 dan 2019,” takjub Umam.
Umam menggaris bawahi, dukungan simpul mantan aktivis 98 menjadi ironis karena sejarah Reformasi mewariskan tanggung jawab moral yang kekinian bertransformasi jadi politisi dan sel-sel relawan itu.
"Tentunya manuver ini akan memantik kekecewaan besar dari masyarakat yang masih peduli sejarah reformasi, namun nature politik hari ini memang telah berubah,” pungkas pria yang menjabat sebagai Sebagai Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs ini.
PDIP Panggil Budiman
Terkait dengan itu, PDI Perjuangan akan memanggil Budiman Sudjatmiko karena menemui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. PDIP menilai apa yang dilakukan Budiman ada indikasi pelanggaran disiplin organisasi.
"Iya pasti kita panggil, saya pulang dari reses dipanggil. Semua sama, itu aturan berlaku untuk semua anggota partai tanpa kecuali," kata Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun kepada wartawan, Rabu, 19 Juli 2023.
Komarudin mengaku, berpartai memiliki aturan organisasi. Ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, seluruh kader partai berlambang banteng harus tegak lurus.
"Ketika ibu Megawati memutuskan Ganjar Pranowo, ya pasti kita pendukung partai, anggota partai 230 juta seluruh Indonesia pasti juga punya pandangan yang mungkin secara pribadi tidak setuju, tapi konsekuensi sebagai orang partai ya kalau sudah diputuskan semua harus mendukung itu," ujarnya.
"Kalau tidak mau mendukung, mau bebas ya jangan gabung di PDIP, kan gitu. Kalau di PDIP pasti ada aturan," tegas Komarudin.
Apalagi, kata dia, Budiman Sudjatmiko memiliki kartu tanda anggota PDIP. Tidak bisa seenaknya mendukung calon presiden lain.
"Lah itu kan itu memberinya dukungan kepada pak Prabowo ya itu sama saja dengan tidak mendukung Keputusan ketua umum partai kan. Ya sudah tidak usah bergabung dengan PDIP kalau tidak mau diatur PDIP," tegas Komarudin.
Advertisement