Menkes Budi Gunadi Beberkan Bentuk Bullying Dokter Residen, Disuruh bak Pembokat hingga Dipalak Jutaan Rupiah

Inilah bentuk bullying dokter yang dibeberkan Menkes Budi Gunadi

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jul 2023, 16:36 WIB
Menkes Budi Ungkap Aksi Bullying pada Dokter, Disuruh Layaknya Asisten Pribadi sampai Ngumpulin Uang. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin membeberkan sejumlah aksi perundungan (bullying) yang kerap menimpa dokter, terutama dokter-dokter muda yang tengah menempuh pendidikan spesialis maupun dokter internship atau magang di rumah sakit. 

Dari informasi yang diperoleh Menkes Budi Gunadi, ada yang dokter atau junior dijadikan layaknya asisten pribadi atau pembantu pribadi. Bahkan, sampai ada yang harus mengumpulkan uang jutaan rupiah untuk berbagai keperluan, seperti untuk makan-makan dan menyiapkan kontrak rumah.

"Yang saya dengar soal nomor satu adalah kelompok di mana peserta didik ini digunakan sebagai asisten, sebagai pembantu pribadi. Laundry, nganterin anak, kemudian ngurusin parkir," kata saat memberikan keterangan pers terkait 'Peraturan Bullying dalam UU Kesehatan' di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta pada Kamis, 20 Juli 2023.

"Kemudian lagi kalau ada acara, misalnya kurang sendok plastik, dia mesti cariin sendok plastik karena kita ada makan," Budi menambahkan.

Bentuk Bullying Dokter Sampai Ada yang Dicaci Maki 

Menurut Budi Gunadi, aksi bullying terhadap dokter lebih banyak bersifat suruhan pribadi. Apabila si junior enggan atau lama membalas suruhan, ada yang sampai dicaci maki.

"Dia (bullying dokter) suruhan yang sifatnya pribadi. Kalau saya lihat isinya ada yang disuruh ambil segala macam (barang), ada yang dia dicaci maki, kamu kok enggak bisa?," Budi melanjutkan.


Bentuk Bullying Dokter Lainnya Disuruh Menulis Jurnal Penelitian

Aksi bullying lainnya, ada juga junior dokter yang diminta menulis jurnal penelitian oleh seniornya. Fenomena ini pun sangat disayangkan karena dokter yang seharusnya belajar malah mengalami tindakan perundungan.

"Ada yang diminta nulis tugas dari kakak kelas senior atau juga nulis jurnal penelitian karena ada juniornya. Padahal, itu tugas buat kakak kelasnya," Menkes Budi Gunadi Sadikin menerangkan.

"Kalau misalnya melanggar melanggar etik penelitian, itu juniornya juga yang disuruh (perbaikin jurnal). Akibatnya, kasihan juniornya, dia harusnya belajar bener-bener untuk memperdalam spesialisasi yang diinginkan, kemudian disuruh tugas-tugas dari senior yang tidak ada hubungan dengan spesialisasi dia," ujarnya.


Aksi Bullying Dokter Disuruh Ngumpulin Uang Jutaan Rupiah

Kelompok kedua soal bullying malah ada berkaitan dengan uang. Cukup banyak ada yang mengumpulkan uang sampai jutaan rupiah. 

"Macam-macam (uangnya), bisa buat nyiapin rumah untuk kumpul-kumpul para senior, kontraknya setahun Rp50 juta dibagi rata dengan juniornya atau ini kan praktik sampai malam dan sama rumah sakit dikasih makan malam, tapi makan malamnya enggak enak," ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin.

"Terus seniornya bilang, kita maunya makannya makanan Jepang. Jadi setiap malam mesti makan makanan Jepang," katanya.


Sewa Lapangan dan Sepatu, Bentuk Bullying yang Diterima Dokter Muda

Contoh lainnya, ada juga yang seminggu sekali hendak pertandingan bola. Kemudian dokter juniornya disuruh sewakan lapangan bola dan sepatu-sepat.

"Ya, juniornya mesti mengeluarkan uang begitu," ujar Budi Gunadi Sadikin.

Putuskan Praktik Bullying

Aksi bullying di atas, menurut Menkes Budi Gunadi tidak pernah berani disampaikan oleh para junior. Akibatnya begitu dia menjadi senior, dia akan melakukan hal yang sama.

“Kita berniat ingin putuskan praktik bullying yang sudah berjalan berpuluh-puluh kali. Kita harus membangun lingkungan pendidikan yang aman nyaman dan kondusif untuk pelatihan pendidikan dokter spesialis,” pungkasnya.

Infografis Kasus Bullying (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya