HEADLINE: Manuver Elite PDIP Pindah Dukungan Capres 2024, Siapa Nyusul?

Budiman Sudjatmiko bikin heboh. Mantan aktivis 1998 yang dulu begitu keras melawan rezim Orde Baru, ujug-ujug mendatangi kediaman mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.

oleh Aries Setiawan diperbarui 21 Jul 2023, 05:49 WIB
Manuver Elite PDIP Pindah Dukungan Capres 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Budiman Sudjatmiko bikin heboh. Eks aktivis 1998 yang dulu begitu keras melawan rezim Orde Baru, ujug-ujug mendatangi kediaman mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.

Suhu politik mendadak hangat. Berbagai spekulasi muncul. Maksud dan tujuan politikus PDI Perjuangan itu menemui bakal calon presiden dari Partai Gerindra jadi pertanyaan.

Drama berawal ketika Budiman Sudjatmiko tiba di Jalan Kertanegara Nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Juli 2023. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.58 WIB.

Kedatangannya terbilang mendadak. Meski sejumlah media sudah sedikit mengulas kabar pertemuan Budiman dengan Prabowo.

"Ya kita diskusi saja dengan Pak Prabowo. Saya kan sering diskusi dengan tokoh-tokoh, dengan Pak Luhut, Bu Mega, tentu saja dengan Pak Jokowi. Ini sosok nasionalis yang menurut saya pikiran-pikirannya menarik untuk kita diskusikan, untuk kita gali," ujar Budiman.

Kedatangan Budiman dan rombongan langsung disambut Prabowo di teras rumah. Saat itu Prabowo mengenakan baju safari, sebagaimana biasa sering dikenakan. Sementara Budiman memakai baju batik dan celana panjang hitam.

Sebelum masuk ke dalam, Budiman dan Prabowo lebih dulu menyapa sejumlah wartawan yang sudah menunggu. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam ruangan yang sudah disediakan tuan rumah.

Selepas pertemuan yang berlangsung kurang lebih dua jam, Budiman dan Prabowo kemudian menggelar keterangan pers. Budiman menyatakan bahwa kedatangannya atas inisiatif sendiri, bukan sebagai kader PDIP, apalagi mewakili partai.

"Ini tidak mewakili partai. Ini pribadi," ujar Budiman.

Budiman menyatakan bahwa Prabowo adalah salah satu orang terbaik yang layak memimpin bangsa. Kata pendiri Partai Republik Demokratik (PRD) tersebut, bangsa ini butuh sosok seperti Prabowo, seorang nasionalis.

Bukan cuma itu, Budiman juga mengaku punya cara pandang yang sama dengan Prabowo dalam hal kepemimpinan politik.

"Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya, dalam pengertian suatu bangsa yang ingin bangkit di tengah turbulensi karena krisis global. Karena perang biasanya butuh pemikiran dari dua tipe orang, satu intelijen, satu aktivis," ujar Budiman.

Sebelum Budiman, Effendi Simbolon sudah lebih dulu "berurusan" dengan pimpinan partai. Itu lantaran pernyataannya yang terang-terangan mendukung Prabowo. Tokoh senior PDIP itu menilai Prabowo Subianto adalah orang yang pantas menakhodai Indonesia.

Effendi menyampaikan harapan agar Indonesia dipimpin oleh sosok yang andal pada 2024 nanti. Dia menyebut sosok andal yang dimaksud seperti Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Sontak, pernyataannya itu jadi konsumsi publik. Telinga pimpinan langsung panas. Tak lama kemudian Effendi Simbolon dipanggil untuk dimintai penjelasan terkait pernyataannya itu.

Baca juga: Elite PDIP dan Relawan Jokowi Ramai-Ramai Dukung Prabowo, Banteng Moncong Putih Diuji


Budiman Sudjatmiko Siap Hadapi Konsekuensi

Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

DPP PDI Perjuangan akan memanggil Budiman Sudjatmiko usai masa reses DPR berakhir, 15 Agustus 2023. Pimpinan akan meminta penjelasan dari Budiman secara utuh apa maksud dan tujuannya menemui Prabowo Subianto

"Iya pasti kita panggil, saya pulang dari reses dipanggil. Semua sama, itu aturan berlaku untuk semua anggota partai tanpa kecuali," kata Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun kepada wartawan, Rabu, 19 Juli 2023.

Komarudin menegaskan, berpartai memiliki aturan organisasi. Ketika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres), seluruh kader harus tegak lurus. Tidak boleh ada yang melawan arus.

"Ketika Ibu Megawati memutuskan Ganjar Pranowo, ya pasti kita mendukung partai. Anggota partai seluruh Indonesia pasti juga punya pandangan yang mungkin secara pribadi tidak setuju, tapi konsekuensi sebagai orang partai, ya kalau sudah diputuskan semua harus mendukung itu," ujar Komarudin.

"Kalau tidak mau mendukung, mau bebas, ya jangan gabung di PDIP, kan gitu. Kalau di PDIP pasti ada aturan," tegas Komarudin.

Apalagi Budiman Sudjatmiko memiliki kartu tanda anggota PDIP, sehingga tidak bisa seenaknya mendukung calon presiden lain.

"Lah, itu kan memberi dukungan kepada Pak Prabowo, ya sama saja dengan tidak mendukung keputusan ketua umum partai, kan. Ya sudah tidak usah bergabung dengan PDIP kalau tidak mau diatur PDIP," tegas Komarudin.

Budiman Sudjatmiko sendiri menyatakan siap dengan segala konsekuensi atas langkahnya menemui Prabowo Subianto. Dia menegaskan akan menjelaskan semua kepada partai perihal maksud dan tujuannya menemui Prabowo.

"Kalau soal pemanggilan Dewan Kehormatan, tanggal 15 Agustus. Tapi sebelum itu, saya ingin melapor ke pimpinan, Mbak Puan dan Pak Hasto. Tanpa harus menunggu 15 Agustus, saya akan jelaskan," ujar Budiman Sudjatmiko kepada Liputan6.com, Kamis, 20 Juli 2023.

"Nanti saya laporkan ke pimpinan terkait pertemuan dengan Pak Prabowo. Kalau itu dianggap masalah, saya terima konsekuensinya," ucap Budiman.

Meski demikian, Budiman konsisten menegaskan pernyataan sebelumnya, bahwa Prabowo adalah salah satu orang terbaik yang layak memimpin bangsa ini. Indonesia, kata Budiman, membutuhkan persatuan kaum nasionalis untuk saling mendukung. Dan, Prabowo merupakan salah satu kaum nasionalis yang harus didukung.

"Supaya nasionalis menang di 2024. Poinnya saya menyatakan bahwa Pak Prabowo salah satu pemimpin potensial yang memimpin bangsa ini. Dan PDIP harus menyadari itu. Kita tidak bisa mengabaikan itu," ujar Budiman.

"Saya berharap ada pertemuan Pak Prabowo, Ibu Mega dan Pak Jokowi juga. Itu akan lebih asyik untuk kita saksikan. Intinya itu. Bu Mega dan Pak Prabowo ketemu, apalagi ada Pak Jokowi. Itu bagus tuh," tuturnya.

Selain itu, Budiman mengaku, saat ini sudah berkomunikasi dengan beberapa pimpinan, di antaranya Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Djarot Saiful Hidayat. Dari komunikasi itu, kata Budiman, Puan dan Djarot mengapresiasi serta memandang positif pertemuannya dengan Prabowo.

"Mbak Puan sebagai salah satu ketua DPP mengapresiasi. Sementara untuk yang lain belum ada. Pak Djarot mengapresiasi, positive thinking saja menyikapi pertemuan itu. Saya lagi siapkan untuk melapor, lagi cari waktu," ujar Budiman.


Elite PDIP Melawan Fatsun Politik

PDIP menyiapkan sanksi untuk Effendi Simbolon lantaran memberikan pernyataan dukungan kepada calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Pengamat politik Universitas Paramadina Khoirul Umam menilai kedatangan Budiman Sudjatmiko di kediaman Prabowo Subianto mengindikasikan kian terpecahnya barisan internal PDIP yang tengah mengusung Ganjar Pranowo untuk pilpres 2024.

"Di saat yang sama, statement Budiman yang menggarisbawahi tentang pentingnya pemimpin militer, senior dan berpengalaman menghadapi ketidakpastian global, juga menyiratkan secara jelas dukungan politiknya pada pencapresan Prabowo di pilpres 2024 mendatang," ujar Umam kepada Liputan6.com, Kamis, 20 Juli 2023.

Bukan tanpa alasan Budiman melancarkan manuver dengan menemui Prabowo, sementara partainya sudah tegas mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres pada pemilu 2024.

Langkah Budiman itu, menurut Umam, dilakukan sebagai reaksi atas upaya pihak-pihak tertentu di internal PDIP yang mencoba meminggirkan perannya di partai. Hal itu diindikasikan oleh tidak diberikannya posisi pencalegan yang layak bagi Budiman dan tidak dilibatkannya dalam tim pemenangan pencapresan Ganjar Pranowo.

"Manuver Budiman sudah di luar kontrol PDIP. Karena itu, Budiman merasa tidak punya beban dan memilih untuk menjadi "partikel bebas" yang seolah tidak ingin didikte oleh aturan organisasi konstitusi partai PDIP," kata Umam.

Di sisi lain, Umam melihat, merapatnya Budiman ke Prabowo juga menunjukkan sinyal kian kuatnya konsolidasi kalangan mantan aktivis 98 di lingkaran Prabowo Subianto.

Hal ini, kata Umam, menjadi unik sekaligus ironis. Unik karena Prabowo akhirnya bisa meyakinkan simpul-simpul jaringan kekuatan yang dulu sangat efektif mendegradasinya di pilpres 2014 dan 2019. Menjadi ironis, karena sejarah Reformasi 1998 juga mewariskan tanggung jawab moral perjuangan kepada jaringan aktivis 98 yang kini bertransformasi jadi politisi dan sel-sel relawan itu.

"Tentunya manuver ini akan memantik kekecewaan besar dari masyarakat yang masih peduli sejarah reformasi, namun nature politik hari ini memang telah berubah," ujar Umam.

Senada disampaikan Ujang Komarudin, pengamat politik dan akademisi Universitas Al Azhar Indonesia. Ujang melihat, langkah menemui Prabowo diambil Budiman karena tidak punya peran, baik di internal partai maupun tim pemenangan Ganjar Pranowo.

"Karena Budiman Sudjatmiko tidak punya peran, tidak mendapatkan jatah, tidak mendapatkan posisi. Mungkin didiamkan, tidak diurus, sehingga di PDIP Budiman tidak mendapatkan apa-apa dan tidak punya peran apa-apa," ujar Ujang kepada Liputan6.com.

"Sehingga, ya suka tidak suka, senang tidak senang, Budiman Sudjatmiko punya pilihan sendiri dengan mendukung Prabowo, walaupun harus berlawanan dengan Ketua Umum atau PDIP itu sendiri," kata Ujang.

Ujang menilai, saat ini ada masalah di internal PDIP. Salah satunya dan yang cukup memengaruhi yakni terkait pencapresan Ganjar Pranowo. Menurut Ujang, masih ada kelompok-kelompok di PDIP yang kecewa dengan pencapresan Ganjar.

"Pilihannya sudah Ganjar, harusnya kan didukung oleh semua. Tapi faktanya kan ada kader PDIP yang tidak mendukung Ganjar. Dukungan kepada Prabowo dari kader-kader PDIP menandakan ketidaksolidan itu," kata Ujang.

Lalu, apakah instruksi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sudah tidak diindahkan oleh kadernya?

"Mestinya kan fatsunnya harus ikut. Kader partai harus ikut perintah dan arahan partai, ketua umum partai. Mungkin ya tadi, ada persoalan pribadi, yang kurang sreg dengan Ganjar. Seperti Effendi Simbolon dan juga Budiman Sudjatmiko," ujar Ujang.

Baca juga PDIP soal Effendi Simbolon Dukung Prabowo: Kebebasanmu Diatur, kalau Mau Bebas Jangan di Partai


Relawan Jokowi Tidak Diurus Sehingga Pilih Prabowo

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (depan-kiri) bersama relawan Jokowi Mania (Joman) menyampaikan keterangan pers usai melakukan pertemuan di Rumah Kertanegara, Jakarta, Kamis (16/2/2023). Dalam pertemuan tersebut, relawan Joman sepakat mendukung Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024 dan bertransformasi menjadi Prabowo Mania 08. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bukan hanya elite PDIP yang memberi sinyal dukungan, relawan Jokowi pun banyak yang merapat ke Prabowo. Mereka bahkan membentuk relawan Prabowo Mania 08, yang dipimpin mantan Ketua Umum Jokowi Mania (JoMan), Immanuel Ebenezer.

Melihat fenomena ini, Ujang punya pandangan. Menurutnya, ada beberapa faktor banyak relawan Jokowi kini mendukung Prabowo Subianto di pilpres 2024.

"Relawan Jokowi banyak yang dukung Prabowo, betul. Ada ProJo, ada JoMan. Mungkin Prabowo lebih menjanjikan, mungkin lebih mengurus relawan, mengelola, benar-benar mengakomodir relawan itu," ujar Ujang.

Atau, lanjut Ujang, mungkin saja PDIP dan Ganjar tidak mengakomodasi kepentingan relawan-relawan Jokowi tersebut. Sehingga mereka lebih nyaman dan cocok dengan Prabowo Subianto.

"Karena wajar dalam psikologis, kalau tidak diurus, tidak diakomodir, relawan-relawan tersebut akan lari. Dan larinya itu ke mana lagi kalau bukan ke Prabowo," kata Ujang.

"Hari ini kita melihat relawan-relawan Jokowi ke Prabowo, faktanya seperti itu. Ya mungkin Prabowo lebih menjanjikan, Prabowo lebih mengakomodir. Dan Prabowo lebih berpotensi bisa menang," Ujang menandaskan.

Sementara itu, saat ini Ujang melihat, Jokowi masih main dua kaki. Di satu sisi Jokowi dukung Prabowo untuk menjadi suksesornya. Di sini lain, dia harus mendukung Ganjar karena pilihan partainya.

"Kita tidak bisa mengatakan hari ini Jokowi dukung Ganjar atau Prabowo. Sekarang Jokowi masih membuka pintu lebar-lebar bagi Prabowo dan Ganjar. Kecenderungan Jokowi itu kelihatan dari relawan-relawannya yang ke Prabowo. Bisa jadi arahnya Jokowi ke Prabowo Subianto," kata Ujang.

"Mungkin saja. Politik itu tidak ada yang tidak mungkin, semua serba mungkin asal kepentingannya ketemu. Kalau kepentingannya berbeda, jadi lawan. Konteks dukung mendukung itu, Jokowi bisa jadi dua kaki, cari aman," ujar Ujang.


Catat, PDIP Sangat Solid!

Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan partainya dalam keadaan baik-baik saja dan solid dari jajaran pimpinan hingga akar rumput.

"You harus catat, PDIP masih sangat solid hingga akar rumput. Sangat solid, dan itu sudah teruji, sudah teruji," ujar Djarot kepada Liputan6.com, Kamis, 20 Juli 2023.

Djarot menanggapi santai riak-riak yang terjadi di internal PDIP belakangan ini. Beberapa kader muncul dan bertemu dengan Prabowo seperti, Gibran Rakabuming Raka, Effendi Simbolon, dan kini Budiman Sudjatmiko.

"Tapi yakinlah, PDIP itu masih sangat-sangat solid, dan itu sangat teruji. Mas Gibran pun sudah menyatakan akan mengampanyekan Mas Ganjar. Jadi biasa kalau seperti ini," ujar Djarot.

Menyoal aksi Budiman menemui Prabowo Subianto, Djarot mengatakan Dewan Kehormatan Partai akan memanggilnya untuk dimintai klarifikasi. Namun dia yakin Budiman akan tegak lurus dengan partai.

"Kalau silaturahim kan boleh-boleh saja. Biar nanti dijelaskan apa maksud dan tujuannya. Saya percaya, Pak Budiman kader (PDIP), dia akan tegak lurus, dia akan satu barisan untuk memenangkan Mas Ganjar," kata Djarot.

Terkait pernyataan Budiman yang memuji Prabowo, Djarot menilai hal itu wajar. "Memuji orang kan baik. Memuji belum tentu mendukung," kata Djarot.

Infografis Manuver Elite PDIP Pindah Dukungan Capres 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya