Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan sebagaimana salah satu judul The Beatles "The Long and Winding Road", setiap negara memiliki "Jalan Panjang dan Berliku" sendiri untuk mencapai cita-citanya, termasuk Indonesia.
"Every country has its own “The Long and Winding Road”, seperti judul lagunya The Beatles. Begitu juga perjalanan Indonesia dalam mencapai cita-citanya," kata Sri Mulyani dikutip dari instagram pribadinya @smindrawati, Jumat (21/7/2023).
Advertisement
Bendahara negara ini menjelaskan, Indonesia sebagai negara yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam hal pembangunan.
Sejak merdeka, Indonesia setidaknya telah melewati 3 krisis besar mulai dari krisis moneter pada tahun 97-98, krisis keuangan global tahun 2008-2009, dan yang masih hangat, krisis pandemi beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dari ketiga krisis tersebut Indonesia belajar, sehingga mampu untuk bangkit dan tumbuh lebih kuat. Indonesia bahkan menjadi satu dari sedikit negara yang berhasil mengatasi krisis pandemi dengan cukup baik.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Hal itu terihat dari Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berhasil tumbuh 5 persen selama 6 kuartal berturut-turut. Kemudian, GDP kita sekarang berada di atas level prapandemi. Defisit fiskal Indonesia mampu kembali di bawah 3 persen kurang dari 3 tahun konsolidasi fiskal tercepat.
"Indonesia menjadi inspirasi successful story di antara negara G20 yang lain.Tapi pandemi bukan krisis yang terakhir. Masih banyak tantangan yang akan dihadapi generasi Indonesia ke depan climate change, teknologi digital, dan lain-lain," ujarnya.
Disisi lain, Menkeu berpersan kepada generasi millennials bahwa penting bagi kita untuk belajar, bisa membaca dan menganalisis data, karena ini yang akan menjadi dasar untuk menentukan arah kebijakan, sekaligus bekal Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
"Perjalanan kita mungkin “long and winding”, tapi kita punya bekal untuk menghadapi masa depan," pungkas Menkeu Sri Mulyani.
Sering Dicap Menteri Jago Ngutang, Sri Mulyani Beri Jawaban Menohok
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menanggapi pihak-pihak yang menilai dirinya sebagai menteri suka "ngutang" untuk pembiayaan proyek Pemerintah.
"Kalau di ruangan ini Anda cuma bilang wah ini Bu Menteri Keuangan utang melulu, Anda udah ketinggalan kereta jauh banget! Karena sekarang itu we are taking about so many choices of instrument menghadapi tantangan yang makin kompleks," kata Sri Mulyani dalam sambutannya di acara IDE Conference 2023, di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Lebih lanjut, bendahara negara ini menjelaskan, semua negara membutuhkan pembiayaan ekstra salah satunya dengan berhutang. Hal itu dilakukan guna menghadapi situasi ekonomi global yang diselimuti ketidakpastian, termasuk Indonesia.
Kendati demikian, Sri memastikan bahwa pengelolaan utang dilakukan dengan baik dan penuh kehati-hatian.
"Utang itu tidak berarti kita kemudian slopy atau ugal-ugalan, oleh karena itu kita harus hati-hati sekali," sebutnya.
Sebagai informasi, adapun utang pemerintah per April 2023 tercatat sebesar Rp7.849,89 triliun. Jumlah tersebut turun Rp28,19 triliun dari Maret 2023 yang tercatat sebesar Rp7.879,07 triliun. Dengan demikian, rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 38,15 persen.
Catatan tersebut masih berada di bawah batas aman atau thresold rasio utang pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rasio utang maksimal 60 persen dari PDB dan defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB.
Advertisement
Sri Mulyani Cerita Menkeu Negara G20 Murung saat Bertemu di India, Ini Penyebabnya
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan terdapat hal yang menarik saat mengikuti agenda pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 di India.
Dimana raut wajah para Menteri Keuangan yang hadir tampak kurang gembira. Hal itu dikarenakan situasi dunia yang masih diselimuti ketidakpastian, diantaranya tekanan geopolitik masih berlangsung, krisis pangan, energi, dan APBN di setiap negara terganggu.
"Kita dalam situasi dunia yang pesimis, karena dunia dalam situasi yang tidak mudah. Ada tekanan geopolitik karena perang, menimbulkan dampak terhadap krisis pangan, energi, dan APBN di semua negara berdarah-darah karena fiskalnya, 'negara harus hadir' di tiap negara, dan mereka defisit besar, rasio utangnya juga sangat tinggi," kata Sri Mulyani dalam sambutannya di Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2023, Kamis (20/7/2023).
Kendati demikian, dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani menyampaikan kesuksesan Indonesia berhasil pulih dari pandemi.
Alhasil paparan Sri Mulyani disambut oleh mereka, lantara ditengah situasi dunia yang pesimis ini dibutuhkan kisah inspiratif untuk memotivasi negara-negara lain untuk bangkit dari pandemi.
Fiskal Indonesia
Sri Mulyani bercerita bahwa Indonesia mampu mengkonsolidasi fiskal hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun, padahal UU nomor 2 tahun 2020 tentang penanganan pandemi memberikan waktu 3 tahun.
Meskipun dilakukan konsolidasi yang sangat cepat, namun kata Sri Mulyani ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh di atas 5 persen selama 6 kuartal berturut-turut bahkan sudah di atas level sebelum pandemi.
"Defisit APBN yang tadinya tahun 2020 dibuka untuk bisa di atas 3 persen, yaitu 6,1 persen, kita end up dengan sekarang sudah turun di tahun 2022 dengan 2,38 persen. Ini adalah konsolidasi fiskal tercepat, jadi mereka di G20 menyebut 'it's good to hear a country still managing well and performing well, because we need that success story'," pungkasnya.
Advertisement