Saham Netflix Anjlok Usai Umumkan Kinerja Kuartal II

Netflix yang mengumumkan penjualan kuartal II dan proyeksi pendapatan kuartal III yang meleset dari prediksi consensus telah menambah kekhawatiran investor.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Jul 2023, 13:28 WIB
Saham Netflix (NFLX) lesu pada Kamis, 20 Juli 2023 waktu setempat usai mengumumkan kinerja kuartal II yang kurang mengesankan. (unsplash.com/@thibaultpenin)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Netflix (NFLX) lesu usai mengumumkan kinerja kuartal II yang kurang mengesankan. Raksasa streaming itu mencatatkan penjualan kuartal kedua dan proyeksi pendapatan kuartal ketiga yang meleset dari perkiraan konsensus.

Perusahaan menambahkan, pertumbuhan akan memakan waktu. Pernyataan itu rupanya menambah kekhawatiran investor yang mendorong saham turun lebih dari 8 persen pada Kamis.

"Kuncinya adalah bahwa kami memberikan pendapatan sesuai dengan ekspektasi kami di kuartal II, dan kami berada di jalur yang tepat untuk mempercepat pendapatan tersebut di kuartal III dan semakin mempercepatnya di kuartal IV.Itu benar-benar tujuan utama kami seputar percepatan pendapatan, dan kami siap mewujudkannya," kata CFO Netflix Spencer Neumann, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (21/7/2023).

Neumann mengatakan, pertumbuhan pendapatan akan didorong oleh kombinasi harga, volume, dan aliran pendapatan baru seperti iklan, tetapi inisiatif tersebut akan membutuhkan waktu untuk matang. Tepat menjelang hasil, perusahaan diam-diam menghapus paket streaming bebas iklan dengan harga terendah di Amerika Serikat (AS).

Netflix meluncurkan penawaran berbasis iklan pada November dengan harga USD 6,99. Neumann mengatakan dalam telepon bahwa pendapatan iklan tidak diharapkan menjadi kontributor besar tahun ini, dan dia mengharapkan peningkatan bertahap.

Secara keseluruhan, Netflix menambahkan 5,89 juta pelanggan bersih di kuartal II, jauh di atas perkiraan 2,1 juta. Keuntungan sebagian besar disebabkan oleh tindakan keras terhadap tindakan berbagi kata sandi, atau dikenal sebagai peluncuran berbagi berbayar, yang diluncurkan di AS pada akhir Mei.

"Sebagian besar pertumbuhan pendapatan kami tahun ini berasal dari pertumbuhan volume melalui keanggotaan berbayar baru, dan itu sebagian besar didorong oleh peluncuran bagi hasil kami. Ini adalah akselerator pendapatan utama kami di tahun ini dan kami berharap dampaknya akan meningkat selama beberapa kuartal... Pendapatan rata-rata per keanggotaan, atau ARM, juga akan meningkat seiring waktu seiring bertambahnya pendapatan," imbuh Neumann.

 

 


Analis Tetap Yakin terhadap Strategi Perseroan

Ilustrasi menonton layanan Netflix. (Pixabay)

Meski begitu, analis tetap yakin dengan strategi perusahaan kendati terjadi penurunan saham setelah-pendapatan.

"Kesabaran adalah suatu kebajikan.Investor terlalu bersemangat dalam pembagian berbayar, dan sementara akselerasi pendapatan akan memakan waktu lebih lama, kami pikir ini menciptakan titik masuk bagi investor jangka panjang yang sabar. Kenaikan harga dan margin ada di depan. Kami mempertahankan target USD 500 kami, peringkat Overweight," jelas analis Wells Fargo Steve Cahall.

Analis Wedbush Alicia Reese dan Michael Pachter setuju, menulis dalam sebuah catatan tindakan keras berbagi dan ad-tier baru mulai berdampak positif pada hasil."m

Analis mempertahankan peringkat Mengungguli (Outperform) mereka pada saham dan menaikkan target harga menjadi USD 525 per saham, naik dari sebelumnya USD 475.

"Kami pikir Netflix memiliki posisi yang baik di lingkungan yang suram ini karena para streamer sedang mengubah strategi, dan harus dinilai sebagai perusahaan yang sangat menguntungkan dan tumbuh lambat," kata para analis. 

Salah satu kesimpulan terpenting dari hasil kuartal II adalah bahwa Netflix tetap fokus pada peningkatan profitabilitas dan arus kas bebas. Sementara Tim Nollen, analis teknologi media senior Macquarie mempertahankan peringkat Netral dan target harga USD 410, menjelaskan reaksi harga saham adalah hasil dari sentimen yang meningkat.

"Kami pikir saham pada dasarnya maju dengan sendirinya ke dalam laporan ini," imbuh dia.


Wall Street Beragam, Saham Tesla hingga Netflix Bebani Indeks Nasdaq

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 20 Juli 2023. Indeks Dow Jones mencatat penguatan untuk sembilan hari berturut-turut setelah hasil laba lebih baik dari perkiraan dari Johnson & Johnson.

Kenaikan indeks Dow Jones selama sembilan hari berturut-turut adalah kemenangan beruntun harian terbaik Dow Jones sejak 2017. Namun, wall street tertekan setelah penurunan laba dari Netflix dan Tesla.

Dikutip dari CNBC, Jumat (21/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 163,97 poin atau 0,47 persen ke posisi 35.225,18. Indeks S&P 500 tergelincir 0,68 persen ke posisi 4.534,87. Indeks Nasdaq anjlok 2,05 persen ke posisi 14.063,31.

Indeks Dow Jones menguat didukung kinerja saham blue-chip. Saham Johnson & Johnson melonjak 6 persen setelah perseroan menaikkan panduan setahun penuh dengan mencatat hasil kuartalan yang melampaui prediksi wall street.

Selain itu, perusahaan asuransi Travelers juga mengalahkan perkiraan analis untuk kinerja kuartalan sehingga meningkatkan saham.

Namun, kinerja laba tidak merata dan menyeret indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq ke zona merah. Saham Netflix susut lebih dari 8 persen setelah raksasa streaming itu membukukan pendapatan yang jauh dari perkiraan analis.Harapan tinggi telah dongkrak saham hampir 50 persen pada 2023.

Sementara itu, saham Tesla anjlok 9,7 persen. Pada Rabu melam, CEO Tesla Elon Musk dan eksekutif lainnya menuturkan, produksi kendaraan akan melambat selama kuartal III seiring penutupan untuk perbaikan pabrik.

 


Kinerja Perusahaan di S&P 500

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, perusahaan dalam S&P 500 yang telah melaporkan laba sejauh ini mencapai 74 persen telah melampaui harapan, demikian data FactSet. Kekuatan laba perusahaan telah menciptakan optimisme untuk soft landing bagi perekonomian.

“Meskipun jumlah prognosticator bear market telah menipis mengingat kinerja pasar yang mengesankan, masih ada kontingen yang telah melihat tren baru-baru ini tidak lebih dari reli pasar bearish,” ujar Brian Belski dari BMO Capital Markets.

Sementara itu, 20 saham di indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan 11 di antaranya mencapai posisi tertinggi sepanjang masa. Tiga dari 20 adalah produsen pembangun rumah, dan mencatatkan rekor tertinggi pada satu titik. Salah satu juga ada di indeks Dow Jones.

Koreksi di saham consumer discreationary di indeks S&P 500 pada pekan ini belum cukup untuk hapus keuntungan dari awal bulan.

Sektor consumer discreationary mencatat kinerja terburuk dari 11 sektor indeks saham dengan penurunan hampir 2,5 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 naik 0,7 persen selama sepekan.

Namun, penurunan ini belum cukup untuk menutupi kenaikan sektor ini pada awal bulan. Sektor tersebut masih naik sekitar 0,5 persen secara bulanan.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya